Share

Bab 06. Mandikan aku!

Zea menghela napas panjang. Zayyan masih memungginya.

"Aduh, apa yang harus aku lakukan?" Gadis cantik bergelar dokter itu menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Sementara Zayyan masih merajuk. Entah kenapa dibentak seperti tadi membuat hatinya sedikit tergores sakit? Zea adalah orang pertama yang berani membentaknya.

"Kak," panggil Zea. "Aku siapkan sarapan dulu ya, Kak," ujar gadis itu kikuk. Zea takut jika Zayyan menggamuk dan menyakiti ayahnya.

Zayyan masih tak menggubris. Entah kenapa dia ingin Zea membujuk serta merayunya seperti yang sering dilakukan Zevanya? Apakah ini hanya perasaan kebetulan atau memang Zayyan membutuhkan perhatian lebih dari seseorang? Sejak sang ibu meninggal, dirinya seperti kehilangan kasih sayang yang didapatkan oleh banyak orang.

"Iya sudah, Kak. Aku keluar dulu!" Zea mendesah saat lelaki itu tak menanggapi ucapannya.

"Tunggu!" cegah Zayyan saat Zea hendak keluar dari kamar.

"Eh, Iya, Kak." Zea berbalik dan tersenyum.

"Mandikan aku!" pinta Zayyan.

Sesaat Zea terdiam, seperti kehilangan kesabarannya saat mendengar ucapan lelaki yang berstatus suami kakaknya itu. Memandikan?

"Memandikan Kakak?" ulang Zea memastikan.

"Aku rasa pendengaranmu masih baik," ketus Zayyan menyimak selimutnya dan turun dari ranjang.

"Tapi 'kan Kakak bisa mandi sendiri," ucap Zea. Gadis itu melihat kesembarangan arah untuk menyembunyikan wajah merahnya.

"Kau ha–"

"Mommy!"

Tiba-tiba Ar masuk ke dalam kamar mereka sambil menangis.

"Astaga, Son!" Zayyan langsung menghampiri anaknya dengan wajah panik.

"Sayang, kenapa?" tanya Zea yang juga tak kalah panik.

"Hiks, Mommy!" Ar malah memeluk Zea sambil menangis.

"Iya, Son, kenapa? Ayo cerita sama Mommy!" Zea melepaskan pelukan keponakannya itu dan mengusap pipi basah Ar.

"Tuan Kecil." Dua pelayan baru saja datang dengan napas tersengal-sengal.

"Siapa suruh kalian masuk?" Zayyan menatap tajam kedua pelayan itu.

"Maaf, Tuan." Keduanya segera keluar dengan wajah pucat.

Zayyan paling tidak suka ada orang asing masuk ke dalam kamarnya kecuali Ar dan pelayan yang memang ditugaskan membersihkan kamar itu. Zea adalah orang ketiga yang boleh masuk dengan bebas dalam kamar lelaki itu. Bagi Zayyan, kamar adalah tempat privasi yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang.

"Ar mau dimandikan sama Mommy. Ar tidak mau mandi sama Bibi." Air mata lelaki kecil itu berderai.

"Iya, Son. Ayo mandi sama Mommy!" ajak Zea berdiri. Ini adalah alasan supaya dia bisa bebas dari perintah aneh kakak iparnya itu.

"Siapa yang menyuruh kau keluar?" Zayyan menatap Zea tajam. Tangannya terlipat di dada dengan wajah kesal karena Zea terus saja membantah perintahnya.

"Kak, aku mau memandikan Ar," ucap Zea beralasan.

"Mandikan Ar di sini dan mandikan aku juga!" perintah Zayyan yang seperti tak bisa diganggu gugat.

"Tapi–"

"Iya, Mommy. Ar juga mau mandi sama Daddy," sambung Ar tersenyum ke arah ayahnya.

Zayyan tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya dia harus memberi hadiah pada anaknya karena sudah membantu membujuk wanita keras kepala itu.

"Ayo, Son!" Zayyan mengangkat tubuh kecil putra kesayangannya itu.

"Ayo, Dad," balas Ar memeluk leher Zayyan dengan posesif.

Zea menarik napas sedalam mungkin. Kenapa dia harus terikat dalam jerat kedua pria ini?

"Kenapa masih berdiri di situ?" sindir Zayyan melihat Zea yang masih diam saja. "Siapkan air mandi untuk aku dan Ar!"

* * *

"Ah, Sayang, ayo lebih cepat lagi! Aku sudah tidak tahan."

Di sebuah kamar mewah tampak dua orang saling bergelut di atas ranjang. Bibir keduanya terus mengecap dari tadi, bertukar saliva satu sama lain untuk mencari kenikmatan dan sensasi dari masing-masing sentuhan.

"Kau benar-benar enak, Sayang," ucap sang lelaki melepaskan pangutan mereka.

Lelaki itu beralih ke arah perut. Beberapa kali dia menyesap perut putih mulus wanita yang ada di bawahnya sehingga meninggalkan bekas kenikmatan.

"Marvin, ayo teruskan!" seru wanita tersebut.

Keduanya bergantian memimpin permainan mereka. Hingga akhirnya mereka sama-sama kelelahan karena pergulatan panas tersebut.

"Kau berkeringat, Sayang," ujar sang lelaki menyeka keringat yang membasahi dahi wanita itu.

"Kali ini permainanmu luar biasa, Marvin. Aku menyukainya," imbuh sang wanita memeluk lelaki itu dengan erat.

"Tentu saja. Aku selalu membuatmu puas," balas sang lelaki mengecup ujung kepala wanita yang tengah bersandar di atas dadanya itu.

Napas keduanya masih tersengal-sengal. Entah berapa ronde yang mereka mainkan malam ini, keduanya seakan tak pernah puas walau diulang berkali-kali.

"Terima kasih, Sayang," ujar sang wanita tersenyum senang setelah merasakan kehangatan yang belum pernah dia dapatkan dari suaminya.

"Aku juga berterima kasih padamu, Sayang," balas lelaki bertato tersebut.

"Bagaimana keadaan perusahaanmu?"

"Masih belum stabil. Kau harus bekerja lebih keras lagi membujuk Zayyan agar dia mau menginvestasikan uangnya ke perusahaanku," ucap lelaki itu.

"Huh, aku malas sekali jika harus membujuk pria kaku itu," ketus sang wanita.

Lelaki itu malah terkekeh. Tangannya mengusap rambut panjang wanita yang ada dalam dekapannya ini.

"Jangan begitu. Bagaimanapun Zayyan adalah pohon uang kita," ucap sang pria. "Atau sebaiknya kau pulang saja dulu ke rumah?" saran lelaki tersebut.

"Pulang?"

Zevanya Ananda Mikola, wanita cantik dan model papan atas berusia 25 tahun. Dia dinikahi dan menikahi pria kaya raya dan pewaris utama Leigh Group untuk saling menguntungkan sama sekali. Di mana Zevanya harus melahirkan anak untuk pria itu agar mewarisi harta kekayaannya. Tentu ada perjanjian tertulis di antara mereka.

Dalam pernikahan sang suami tidak menerima wanita itu sebagai istrinya. Sementara Zevanya juga merasakan hal yang sama. Jadi, pernikahan mereka hanya sebagai status untuk menutupi diri dari publik.

"Aku yakin jika aku pulang, pria brengsek itu tidak akan mengampuniku," jawab Zevanya.

"Zayyan tidak akan membunuhmu, Sayang. Ar sangat menyayangimu, jika dia menyakitimu sama saja dia menyakiti putranya sendiri," ujar Marvin. Marvin adalah teman ranjang Zevanya. Keduanya menjalin hubungan sejak awal pernikahan Zayyan dan Zevanya. Tak hanya itu, Marvin juga sebagai salah satu tempat dirinya berlari saat Zayyan selesai memberinya uang puluhan hingga ratusan juta.

"Sejak anak itu lahir, aku tidak peduli padanya," sahut Zevanya.

* * *

Miko duduk dengan tatapan kosong sambil menatap foto kedua putri kembarnya.

"Zea, maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bermaksud menjadikanmu penganti dari kakakmu," ucapnya merasa bersalah.

Sebagai seorang ayah, sebenarnya Miko sangat cemas dengan kehidupan baru Zea. Sebab dia tahu bagaimana kejamnya Zayyan. Pria kejam yang tak memiliki perasaan. Tak bisa Miko bayangkan jika Zayyan tahu bahwa Zea bukan istrinya, pasti lelaki itu akan mengamuk dan bisa saja membunuh Miko dan Zea.

"Paman," panggil seorang pria tampan masuk ke dalam ruang kerja lelaki paruh baya itu.

Secepatnya Miko mengusap air matanya dan menyimpan foto itu kembali ke dalam nakas.

"Ada apa, Sean?" Dia tersenyum ramah pada pria yang berbaju putih khas kedokteran itu.

"Aku tidak suka basa-basi, Paman. Di mana Zea?"

Bersambung ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Angel Soares
novel ini bagus untuk di baca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status