Beranda / CEO / Istri Palsu Tuan Presdir / Bab 09. Membujuk

Share

Bab 09. Membujuk

Penulis: FitrianiYuriKwon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Cup... Cup, Son. Jangan menangis ya!" hibur Zea sambil menepuk pundak keponakannya itu.

"Hiks, Mommy, Ar ingin main belsama daddy," renggek Ar dengan air mata yang leleh.

Zea menatap kasihan keponakannya itu. Ar kecil harus merasakan kehilangan kasih sayang kedua orang tua sebelum waktunya.

"Bagaimana kalau main sama Mommy saja?!" tawar Zea.

Ar menyeka air matanya. Lalu tangannya memeluk leher Zea dengan posisi, lelaki kecil nan tampan itu mengangguk patuh.

"Tapi janji jangan menangis lagi!" Zea menunjukan jari kelingkingnya tanda janji.

"Janji!" Ar mengaitkan jari kelingkingnya dengan Zea.

"Iya sudah, ayo."

"Kalian mau jalan ke mana?"

Zea dan Ar terkejut ketika melihat Zavier tiba-tiba datang dan bertanya demikian.

"Uncle!" renggek Ar.

"Kenapa, Son?" Zavier tersenyum sambil mengusap kepala Ar yang berada di gendongan Zea.

"Ar mau jalan-jalan." Tatapan mata pria kecil itu seperti sebuah permintaan yang harus diwujudkan.

"Mau jalan ke mana? Biar Uncle antar!" u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Angel Soares
bagus ceritanya ...
goodnovel comment avatar
Ambarwati Suwarni
bagus cerita ny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 10. Ayah dan anak

    Seorang wanita tampak keluar dari mobil. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya. Dia mengenakan dress selutut dengan warna merah menyala. Rambut bergelombang dengan warna kuning keemasan yang kontras dengan warna kulit putihnya. "Aku sudah lama tidak bertemu ayah," gumamnya menatap gedung pencakar langit yang ada di depannya. Wanita itu berjalan gontai memasuki perusahaan. Semua karyawan membungkuk hormat padanya. Lalu dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang bertuliskan direktur terpampang jelas di depan pintu. "Ayah." Miko yang tengah asyik dengan berkas-berkas di tangannya sontak berdiri dan terkejut mendengar panggilan dari putrinya itu. "Zevanya." Miko sontak berdiri dengan mata berkaca-kaca. "Akhirnya kau kembali." Miko berhambur memeluk anak sulungnya itu. Dia bernapas lega karena Zevanya kembali, artinya Zea bisa lepas dari kepura-puraannya menjadi istri Zayyan. "Kau ke mana saja selama ini?" Miko melepaskan pelukan putrinya. "Ayah tidak perlu tahu a

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 11. Kebahagiaan Ar

    "Kenapa diam?" tanya Zayyan tersenyum mengejek ketika Zea seperti bungkam dengan pertanyaannya. "Mommy memang belum pelnah masak buat Ar," sambung Ar yang juga menatap Zea. Zea langsung kikuk, wanita cantik bergelar dokter itu menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung harus jawab apa. Dalam hati Zea merutuki dirinya yang lupa bahwa saat ini dia masih menyamar jadi Zevanya. "Iya sudahlah karena Ar ingin makan masakan Mommy, kita makan di rumah saja!" seru Zayyan mengalihkan pembicaraan. Ar tidak boleh tahu jika yang bersamanya bukanlah Zevanya — sang ibu. "Iya, Daddy," sahut Ar tersenyum sumringah. Zea bernapas lega karena lelaki ini tidak lagi bertanya panjang lebar. Padahal dalam hati rasanya dia sudah mau kabur, apalagi tatapan mematikan yang Zayyan layangkan padanya. "Mommy, Ar mau makan ayam goyeng!" seru Ar. "Tentu saja, Son. Mommy akan masak makanan apa saja yang Ar suka," sahut Zea mengusap kepala lembut Ar. "Hore!" Leo yang duduk menyetir di bang

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 12. Dokter jadi model

    "What's? Pemotretan?" Mata Zea membola ketika membaca surat kontrak di tangannya. "Iya, Nona. Anda juga akan menjadi bintang iklan produk baru Leigh Group bersama tuan Morgan," ujar Lewi, asisten sekaligus manager Zevanya. Zea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kali ini dia benar-benar sudah pasrah, bagaimana bisa dia menjadi model iklan serta beberapa majalah lainnya. Sementara dia basicnya seorang dokter yang sudah biasa berkutat dengan alat-alat medis. "Kenapa Anda terlihat kaget, Nona? Bukankah Anda yang menandatangani surat kontrak ini?" Lewi menatap Zea curiga. Ada yang aneh dari nona muda-nya itu. Sikap Zea juga sedikit berubah, biasanya wanita itu akan semena-mena menyuruhnya. "Bukan, aku tidak terkejut, tapi..." Zea menggantung ucapannya. Sekilas wanita cantik itu terbayang pada senyuman sang ayah yang masih melekat di hatinya. "Tapi apa, Nona?" tanya Lewi seperti tak sabar mendengar kelanjutan dari ucapan Zea. "Tidak, Kak. Tidak apa-apa," kilah Zea sambil meng

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 13. Mengikat

    Sudut bibir Zayyan tertarik ketika mendengar nama istrinya disebut. "Apa itu artinya istri palsuku akan membintangi iklan produk kita kali ini?" tanya Zayyan. "Benar, Tuan. Saat ini nona Zea sedang menuju perjalanan menuju ke sini," jawab Leo. "Apakah Anda ingin membatalkan kontrak kerjasama dengannya?" tanya Leo mengintip wajah Zayyan yang tampak sedikit berbeda. Zayyan terdiam sejenak. Lalu lelaki itu menatap Leo. "Jelas tidak, Leo. Aku ingin lihat, bagaimana dia memerankan perannya sebagai Zevanya. Apakah dia bisa atau malah menunjukkan diri bahwa dia tak memiliki kemampuan untuk menjadi dua orang," jawab Zayyan tersenyum licik. Saatnya dia melihat seperti apa wanita yang menyamar menjadi istrinya itu. "Baik, Tuan," sahut Leo membungkuk hormat. "Lalu bagaimana dengan wanita itu?" "Saya sudah mengirimkan kontrak kerjasama ke perusahaan tuan Marvin, Tuan," jelas Leo. "Bagus. Terus pantau pergerakan mereka. Aku yakin, wanita jalang itu akan kembali nanti jika uangnya su

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 14. Surat kontrak

    Zea menunduk dengan wajah yang sudah merah seperti tomat. Dia bingung harus jawab apa dan kadang juga merutuki kebodohannya yang ceroboh. "Sudahlah, jangan dibahas," sarkas Zayyan. Lewi mengangguk. Walaupun dalam hati dia merasa ada yang tidak beres dengan nona muda-nya itu. Sementara Zea menghela napas lega, untung saja dirinya tidak ditanya yang aneh-aneh. "Silakan tandatangani, Nona!" Zea mengambil pulpen di tangan Leo lalu menandatangani surat kontrak kerjasama itu. Tanpa dia sadari, bahwa itu adalah awal Zayyan mengikat dirinya untuk tetap selalu berada di samping lelaki tampan itu. "Selama lima tahun ke depan Anda tidak boleh bekerjasama dengan agency mana pun!" ucap Leon sekali lagi mengingatkan. "Baik, Tuan," jawab Lewi mewakili. "Kalau begitu kami permisi, Tuan!" pamit Lewi membungkuk hormat. Seperti orang bodoh, Zea mengikuti apa yang managernya lakukan. "Kau..." Zayyan menunjuk ke arah Zea. "Iya, Kak?" "Temani aku makan siang!" pinta Zayyan. Lewi terkesiap

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 15. Menyelidiki

    Seorang pria paruh baya tengah menatap kosong ke arah jendela ruangannya yang transparan. Dia menatap kekosongan di antara terik matahari yang terasa mencengkram. "Selamat siang, Tuan," sapa seorang pria muda memakai jas rapi seraya membungkuk hormat padanya. "Bagaimana?" tanyanya tanpa melihat sang asisten. "Peluncuran senjata baru kita sudah mendapat izin, Tuan. Ada beberapa negara yang nanti akan ikut hadir dalam acara itu," jelas sang asisten. "Baik, atur semuanya. Pastikan izin negara bersifat valid, aku tidak mau ada permainan lagi!" titahnya. "Baik, Tuan," sahut sang asisten. "Bagaimana dengan putraku? Cucuku?" tanyanya. Walaupun sudah belasan tahun hubungannya dengan sang anak tunggal tidak baik, tetapi pria paruh baya itu selalu memantau dan mengawasi pergerakan anaknya. "Tuan muda baik-baik saja, Tuan. Hubungan tuan muda dengan nona Zevanya juga semakin hari semakin membaik," jelas pria berpakaian rapi itu. Sejenak pria berusia itu terdiam. Sebenarnya dia mera

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 16. Heran

    "Sini, Kak. Biar aku ambilkan!" Zea mengambil piring dari tangan Zayyan. Semua yang di meja makan memperhatikan sikap aneh Zea. Tak pernah sebelumnya Zevanya bersikap semanis itu pada suaminya. Lagian percuma karena Zayyan pasti akan menolak dan tidak suka dengan sikap istrinya itu. "Kakak mau yang mana?" "Yang mana saja boleh," jawab Zayyan sambil tersenyum. Zavier mengangga melihat sang kakak yang tersenyum manis seperti itu. Ini benar-benar ada yang aneh, biasanya Zayyan tak mau sama sekali melihat istrinya sebagai seorang wanita yang layak dicintai, tetapi kali ini dia seperti sedang jatuh cinta. "Mommy, Ar juga," pinta Ar. "Sebentar ya, Son." Zea tersenyum sambil mengambilkan makanan untuk putranya. Sementara Grace dan Ruth tidak mau ikut makan. Kedua wanita itu kesal melihat Zea yang tampak disukai oleh Zayyan. "Ar mau disuapin Mommy atau makan sendiri?" "Disuapin Mommy!" seru Ar cepat dengan wajah sumringah dan bahagia. Zea terkekeh pelan. Lalu dia menyuapi k

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 17. First kiss

    Zea memukul dada Zayyan agar melepaskan ciuman mereka. Sontak ciuman Zayyan terlepas. Sementara Zea menghirup udara sebanyak mungkin. Lelaki ini benar-benar ingin membunuhnya. Apalagi ini pertama kalinya Zea berciuman karena sebelumnya dia belum pernah bersentuhan dengan lelaki manapun. "Kakak benar-benar ingin membunuhku!" protes Zea mengusap dadanya. Zayyan masih menghimpit tubuh gadis itu. Dia mengusap bibir basah Zea akibat ulahnya. Sudut bibirnya tertarik melihat wajah merah gadis ini. Rasanya dia ingin tertawa karena telah mencium gadis sepolos Zea. "Kenapa? Bukankah kau selalu ingin bersentuhan dengan bibir mansiku ini?" goda Zayyan. Zea mendelik. Orang ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Jelas-jelas Zea tak menyukai kakak iparnya itu, jangankan ingin bersentuhan dengan bibir Zayyan. Melihat pria itu saja dia malas, jika bukan karena sang ayah. "Kakak mengambil ciuman pertamaku!" ujar Zea tanpa sadar bahwa kini dia sedang menyamar menjadi orang lain. Zayyan t

Bab terbaru

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 8. (Ending)

    Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 7.

    "Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 6.

    Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 5

    "Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 4.

    "Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 3.

    Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 2.

    "Melihat tuan Zavier dan nona Shania yang menikah, aku jadi ingin menikah," ujar Niko mendesah. "Memang punya calon?" Josua melirik sahabatnya. "Ada, banyak," jawab Niko penuh percaya diri. Jika dia mau banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi istrinya. Namun, wanita-wanita itu hanya mengincar harta dan ketampanannya saja. Niko ingin menemukan wanita yang tulus mencintai dirinya, seperti Zea mencintai Zayyan contohnya. Sementara Samuel terdiam saja. Dia melihat betapa cantik dan bahagianya Shania duduk di pelaminan bersama lelaki terbaik pilihannya. Lagi-lagi, pria itu tersenyum kecut karena selalu gagal dalam hal percintaan. Padahal selain jatuh cinta pada Zea berkali-kali, ia juga menyukai Shania dan berharap wanita itu akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Namun, apalah daya jodoh memang tidak selalu bisa dipaksakan. "Hem!" Josua berdehem di dekat telinga Samuel. "Kenapa?" tanyanya. Walaupun sudah tahu, tetapi sengaja bertanya untuk sekedar basa-basi. "Tidak," kilah Sam

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 1. Wedding Day Zavier & Shania

    Shania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis cantik berstatus model itu tampak tersenyum lebar, ketika gaun mewah tersebut melekat dengan sempurna di tubuh ramping dan juga mungilnya."Kak, apa aku sudah cantik?" tanyanya pada sang kakak yang sedari menunggunya. "Cantik!" balas Sean. "Apa kak Zavier akan terpesona padaku?" tanyanya lagi yang seolah belum puas. "Tidak," jawab Sean. Shania mendengkus kesal. Ia menatap kakaknya malas. "Kakak." "Sudahlah, jangan terlalu lama. Zavier sudah menunggu," ujar Sean terkekeh melihat wajah kesal adiknya. Lagian Shania terus bertanya, apa dia cantik? Apa Zavier akan terpesona padanya? Sean saja bosan dengan pertanyaan tersebut. "Ayo, Kak!" ajak Shania. "Tapi..." Gadis itu mendesah pelan. "Tapi, kenapa?" Sean menatap adiknya. Shania tersenyum kecut. Di hari bahagia harusnya dikelilingi oleh orang tua serta orang-orang yang menyayanginya. Namun, tidak dengan Shania sang ayah dan sang ibu bahkan tak meluangkan waktu sedikitpun untu

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Ekstra part 3. (Ending)

    Zayyan bangun pagi sekali. Sementara Zea masih terlelap nyaman. Sejak hamil, wanita ini tak hanya manja tapi juga sedikit pemalas. "Sayang, bangun!" panggil Zayyan"Sudah siang ya, Kak?" Zea sontak duduk sembari mengucek matanya. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan sejuta nyawanya yang terasa hilang ke alam mimpi. "Iya, Sayang. Ayo cuci muka dulu!" Zayyan menyimak selimut mereka. "Iya, Kak." "Kakak gendong, ya." Zayyan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Usia kehamilan Zea sudah memasuki bulan keenam. Jadi masa mengidamnya pun sudah berkurang hanya manjanya masih kuat. "Kak, maaf merepotkan mu," ucap Zea tak enak hati. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku ingin kau terus manja-manja padaku." Zayyan mencolek dagu istrinya dengan gemas. "Ehem, tidak mungkin aku manja terus, Kak. Sudah ayo cuci muka, kita harus siapkan sarapan untuk anak-anak," ajak Zea. Setelah mencuci muka dan gosok gigi kedua pasangan itu keluar dari kamar mandi. Seperti biasa aktivitas pagi adalah mengur

DMCA.com Protection Status