Share

Bab 94 Mengancam

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-31 20:16:05

"Tam, hentikan!" Rania terus memberontak, meski usahanya itu sudah pasti sia-sia.

Dan Tama bukanlah seseorang yang gampang menyerah hanya dengan gertakan itu, karena sekarang dia justru merengkuh tubuh Rania. Dia memejamkan mata sambil menyandarkan dagunya di pundak Rania.

"Aku merindukan aroma tubuhmu … " bisik Tama, sambil memejamkan mata.

Rania menelan ludah dengan hati berdesir. Tak pernah dia sangka, akhirnya setelah empat tahun mereka bisa bertemu lagi. Dalam keadaan yang benar-benar tidak dia duga, dimana Tama menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Sesaat kemudian dia mendengar suara dengkuran yang terdengar seperti desisan. Rania tahu Tama sudah tertidur, di dalam pelukannya. Dengan segenap kekuatannya Rania berusaha melepaskan tubuh Tama dari tubuhnya sendiri, membaringkan pria itu di atas sofa.

"Mama?" Terdengar suara si kecil Athar di belakang punggung Rania.

Rania hampir saja melonjak. "Sayang, kok bangun? Ayo tidur lagi, ini masih malam," Rania buru-buru mengajak Tama p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 95 Cemburu

    Suara Tama yang berat menciutkan nyali Rania. Seketika juga dia menyesal telah meluluhkan hatinya untuk Tama sesaat yang lalu, mengira Tama sudah berubah menjadi pria yang lebih baik. Tapi perkiraannya salah. Tama tetaplah pria kejam yang hobi mengintimidasinya.Sadar jika Rania mundur karena takut, Tama lantas salah tingkah dan berusaha mengatur agar ekspresinya lebih lembut di depan Rania. Dia bahkan mencoba meraih wanita itu, tapi dia justru makin menjauh sambil menarik Athar seakan mereka berdua dalam kondisi terancam."Ran, maafkan aku … " ucap Tama pada akhirnya. "Aku tidak berniat menakutimu,""Pergilah, Tama," tandas Rania tegas. "Aku tidak ingin Athar meniru semua sikapmu yang kasar padaku,"Tama mencengkeram kepalanya, merasa frustasi luar biasa pada dirinya sendiri. Dia tetap saja dingin, meski dia berusaha untuk berubah lebih lembut di hadapan Rania demi meluluhkan hati wanita itu. Tapi nyatanya justru dia sendiri yang menghancurkan segalanya."Kumohon, Ran … ""Pergi," Ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 96 Rencana Mada

    "Kenapa suamimu tiba-tiba datang?" tanya Bagas, setelah keduanya sampai di parkiran dosen.Wajah Rania murung. "Mungkin Laura yang memberitahu,""Kemana Laura? Dia tidak pernah datang lagi,"Pertanyaan Bagas seketika menyadarkan Rania jika Laura sudah tidak menghubunginya selama beberapa hari. Padahal adik iparnya itu setiap hari selalu menghubungi hanya untuk bisa video call bersama Athar.Rania langsung mengecek ponselnya untuk menghubungi Laura. Namun sampai detik kedelapan, tidak ada tanggapan. Firasat buruk mulai menghantui pikiran Rania, apalagi di saat Laura menghilang, Tama justru datang menemuinya. "Ran, benarkah kata pria itu?" Bagas terdiam. "Benarkah jika kamu belum bercerai resmi dari suamimu?" Bagas akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan hal yang mengganjal di hatinya.Rania terdiam, teringat akan ucapan bodoh Vinko yang membuat Bagas harus sedikit jaga jarak dari Rania. "Aku tidak bisa berkomentar. Maafkan aku," sesal Rania. "Apakah kamu akan pergi setelah tahu se

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 97 Sang Kekasih

    Arif tidak bisa mempercayai Mada begitu saja, dan memutuskan untuk terus berdiam di depan kantor Mada meski pertemuan mereka berdua sudah berakhir. Arif terus merenung, memikirkan kecemasannya pada Rania dan anaknya. Dia sudah tidak lagi berhubungan dengan Rania, namun berkat Laura, dia tahu jika Rania hidup bahagia bersama anaknya. Tiba-tiba kaca pintu Arif digedor sebegitu kuat hingga pria itu melompat kaget. Laura berdiri dengan raut wajah cemas, tak sabar untuk mendengar cerita pertemuan antara Arif dan Mada. Laura bergegas masuk ke dalam mobil ketika Arif sudah membuka pintu. Sebelum wanita itu sempat membuka mulut, Arif sudah lebih dulu mengecup bibir Laura, membuat Laura yang terkejut hanya bisa membeku.Di dalam hati Arif merasa amat bersyukur mendapatkan wanita muda seperti Laura yang tidak hanya ingin dilindungi, namun bersedia melakukan apa saja untuk cintanya. Meski hidup Laura sempat berantakan karena efek alkohol, tapi Laura bisa bangkit menjadi orang sempurna seutuhnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 98 Kehilangan

    Bagas mondar-mandir tak karuan, sambil memegangi ponselnya yang baru saja dia pakai untuk menghubungi Laura. Dia merasa keputusannya sudah tepat dengan membawa Athar bersamanya, ketimbang ikut bersama Rania. Ketika melihat gelagat pria muda yang rapi itu, Bagas sudah yakin jika ada sesuatu yang tidak beres. Dan itu semua terbukti benar, karena tiga jam sejak Rania pergi bersama pria itu, Rania sudah tidak bisa dihubungi."Om, Mama mana? Kok Mama belum pulang?" Athar bertanya dengan wajah polosnya.Bagas bersimpuh untuk menyamakan tingginya dengan Athar. "Mama masih sibuk, jadi kamu sama Om dulu ya,""Athar!" panggil mama Bagas, girang bukan main ketika melihat Athar. Wanita tua itu menyambut Athar ke dalam dekapannya, persis seperti seorang nenek kepada cucunya. "Athar di rumah Oma dulu, ya. Nanti kalau Mama sudah pulang, Athar pulang sama Mama," bujuk mama Bagas.Awalnya Athar ragu, namun saat melihat Oma membawa kereta mainan untuknya, dia pun luluh. Masalahnya sudah selesai, karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 99 Mati

    Beberapa saat sebelumnya …"Bagas!" Laura berlari, menghampiri Bagas yang sudah berdiri harap-harap cemas di depan rumah Rania. "Kamu tidak lapor polisi, kan?" tanyanya memastikan.Bagas menggeleng. Laura pun lega, dan memutar tubuh hendak kembali ke mobilnya. Tapi Bagas menahan tangan Laura."Kenapa? Kenapa aku tidak boleh menghubungi polisi?" tuntut Bagas, tidak terima jika tidak diberi jawaban.Laura menggigit bibir. Dia tentu tidak bisa bilang kepada Bagas bahwa keluarganya memang berbisnis dalam dunia gelap, dan polisi tidak boleh terlibat dalam apapun. "Sebaiknya kamu tidak tahu, Gas," jawab Laura diplomatis. "Kita harus segera pergi, sebelum Rania celaka,"Perkataan Laura makin membuat Bagas berdebar. Sekali lagi dia menahan tangan Laura, kali ini makin kuat. Bahkan dia tidak peduli meski Laura sedikit mendesis kesal karena dari tadi Bagas selalu menahannya."Aku harus ikut," tandas Bagas tegas.Laura melongo. Kemudian menoleh ke belakang, ke arah mobilnya beserta isi di dalamn

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 100 Masih

    Kata-kata Rania terdengar penuh dengan keputusasaan. Dia tidak menginginkan akhir yang tragis, terutama untuk Tama. Dengan matanya yang berkaca-kaca, Laura mencoba memahami perasaan Rania. Dia merasa berat melihat keadaan Rania yang begitu tertekan dan cemas. Laura tahu dia tidak bisa mengendalikan takdir, tetapi dia ingin memberikan dukungan sebisa mungkin pada Rania. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Laura mencoba menenangkan Rania sebisanya."Kita akan menghadapi ini bersama-sama," ujar Laura dengan suara lembut, mencoba menenangkan Rania."Gas … " Rania tiba-tiba teringat akan Bagas. Bagas yang kebetulan duduk di jok depan bersama sopir, seketika menoleh. "Ada apa, Ran?""Mana Athar? Apa dia baik-baik saja?""Jangan cemaskan Athar. Dia aman. Dia di tempat aman," Bagas ikut mencoba menenangkan Rania."Dia dimana?" Rania belum merasa lega sebelum memastikan Athar berada bersama orang yang tepat."Dia bersama Mama," jawab Bagas.Satu beban di pundak Rania perlahan hilang, saat ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 101 Sesuai Inginmu

    Laura semakin memojokkan Vinko. Apalagi setelah pertanyaannya terlontar dan sudah hampir satu menit Vinko diam tidak menanggapi. Laura memandang sekeliling, memastikan Rania tidak membuntuti mereka."Jawab, Vin!" seru Laura. "Kamu masih mencintainya, kan?" Ada sorot kekesalan di balik tatapan Laura. "Apa yang akan kamu dapatkan dari menginterogasiku seperti ini?" Vinko justru menantang. "Tidak akan ada yang berubah, Lau,""Lalu, kenapa kamu datang sendirian? Mana Regina?""Dia mengurus anakku," jawab Vinko santai. Dia mengelus bagian belakang kepalanya, pertanda dia ingin segera pergi.Laura mulai meregang, lebih santai. Dia juga membiarkan Vinko pergi meski pikirannya masih belum mempercayai segala ucapan Vinko. Kepalanya berputar, mengikuti langkah kaki Vinko yang kembali ke koridor ruang darurat dimana ada Rania di sana.Tapi Laura masih di tempatnya, menyandarkan punggung yang kelelahan ke dinding rumah sakit yang berlapiskan keramik putih pucat. Sesekali dia menghembuskan nafas

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 102 Begitu Tampan

    Setelah menunggu sekitar tiga jam, akhirnya para perawat membawa ranjang Tama ke ruang VVIP, ruang rawat inap terbaik di rumah sakit itu. Meski jika dibandingkan dengan rumah sakit milik keluarga Hadi di kota besar, rumah sakit itu tetap kalah jauh. Namun karena kondisi Tama yang kritis tidak memungkinkannya untuk melakukan perjalanan jauh. Dokter akan mengizinkan Tama dipindahkan setelah keadaannya jauh lebih baik.Elektrokardiograf sudah dinyalakan di samping ranjang Tama, sebagai monitor yang akan mengawasi setiap pergerakan positif dari tubuh Tama. Untuk sementara waktu Tama akan dalam kondisi tidak sadarkan diri, sembari terus berusaha memulihkan diri. Tim medis akan melakukan segala upaya untuk menjaga fungsi organ vitalnya dan mencari penyebab dari kondisinya.Rania duduk di samping ranjang Tama–dengan mata yang makin kelelahan, karena selama tiga jam sama sekali tidak istirahat. Laura yang tidak tega melihat kondisi itu, memutuskan untuk maju dan membujuk Rania agar mau istira

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17

Bab terbaru

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 132 Terlahir Kembali

    Mendengar teriakan minta tolong dari Rania, Tama merasa adrenalinnya langsung melonjak. Tanpa ragu-ragu, dia segera menghubungi para anak buahnya yang masih tersisa dan memberi tahu mereka tentang keadaan darurat yang sedang dihadapi oleh Rania. Tama memberikan semua informasi yang dia miliki, termasuk nomor ponsel Rania agar bisa dilacak. Tama mencoba untuk tetap tenang dan fokus, meskipun kecemasannya yang tak terhindarkan. Dia bersumpah untuk melindungi Rania dan membawanya pulang dengan selamat, tidak peduli apapun resikonya.Arif tiba di kantor Tama dengan langkah cepat dan wajah yang tegang setelah mendapatkan informasi tentang kondisi Rania. Dia telah mengutus anak buahnya untuk segera melacak keberadaan taksi yang diduga menculik Rania.Ketika Arif memasuki kantor, dia melihat Tama yang sibuk berbicara dengan petugas polisi dan segera mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.“Tuan, bagaimana kondisi Rania?” tanya Arif cemas.“Apa kamu sudah menghubungi anak buahmu?”Arif meng

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 131 Tolong Aku!

    Dewi berlari kecil berusaha mencari keberadaan Rania pagi ini di dalam rumah besarnya. Kabar tentang Rania yang akan kembali bersama Tama, sudah tentu terdengar sampai telinganya. Arif sendirilah yang memberitahu Dewi, karena sejak semalam pria itu sibuk mengemasi barang Rania dan Athar–dengan bantuan Laura.“Rania!” Akhirnya Dewi menemukan Rania sedang memasak di dapur.Rania memutar badan, dan tersenyum begitu cerah. Dia mengisyaratkan pelayan rumah untuk pergi memberi ruang bagi Dewi dan Rania. Setelah mereka tinggal berdua, Dewi berjalan mendekat. Dia memang ingin mendengar langsung dari mulut Rania tentang rencana itu.“Apa benar kamu akan kembali ke rumah Tama?” tanya Dewi cemas.Rania hanya mengulaskan senyum. “Semoga ini keputusan tepat untuk saya dan Athar,” timpalnya.Wajah Dewi masih menyiratkan kekhawatiran. Perlahan dia menggenggam tangan Rania. “Jika boleh jujur, aku tentu senang mendengarnya. Tapi … kebahagiaanmu yang terpenting,” tegas Dewi. “Aku sangat senang menerima

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 130 Kembali Pulang

    Rania memimpin langkah Athar melewati pintu gerbang kantor yang kini telah berubah wajah menjadi sebuah restoran keluarga yang luas dan ramai. Cahaya lampu yang lembut memperlihatkan suasana hangat di dalamnya, di mana aroma makanan yang menggugah selera menguar di udara. Dalam cahaya lembut yang memancar dari lampu-lampu gantung di restoran keluarga itu, Rania memasuki ruangan dengan perasaan antara terkejut dan haru. Di sana, di tempat yang dahulu menjadi kantor Tama sebagai seorang peminjaman ilegal dengan banyak preman berwajah bengis, kini telah berubah menjadi sebuah tempat yang hangat dan penuh cinta, mengundang keluarga untuk berkumpul.“Ayah!” seru Athar, menunjuk ke arah Tama.Rania melihat Tama sibuk di dekat meja kasir, dengan senyuman hangat yang menyapanya begitu dia memasuki restoran. Mata Rania tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perubahan besar yang dilakukan Tama setelah melalui masa lalu yang gelap. Dalam hati, ia merasa tersentuh oleh usaha keras Tama

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 129 Dianggap Lemah

    Dona duduk menyandarkan punggung, dengan kedua tangan dilipat. Tatapannya tajam ke arah Mada yang terus menyeringai seakan tengah menggoda Dona, mengingat kehidupannya di penjara yang membosankan. Mada tiba-tiba maju, mencondongkan tubuhnya hingga membuat Dona jengah dan spontan mundur.“Ayolah, Don. Kita bisa melakukannya di sini, secepat mungkin. Ada ruangan khusus agar kamu merasa nyaman,” goda Mada, berusaha menggapai Dona.Dona menepis tangan Mada yang hampir mengenai tubuhnya. “Menjauh dariku, biadab!” umpatnya kasar.Mada masih menyeringai. Namun dia memilih mundur. “Lalu apa maumu datang ke sini?” tanyanya.“Aku ingin membatalkan kerjasama kita!” sentak Dona. “Jangan pernah lagi mengganggu atau menghubungiku!”“Batal?” ulang Mada. Dia sejenak diam untuk mencerna ucapan Dona. Kemudian menyeringai seperti yang sudah-sudah. “Siapa bilang kamu bisa membatalkannya?”Dona mendengus kesal. Dia merasa bodoh karena hampir saja tertipu oleh tipu daya si gila Mada. Dengan satu kaki dihen

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 128 Menolak Kerjasama

    Dona melepas kacamata hitamnya, kemudian pandangannya melihat sekeliling bangunan restoran itu. Senyumnya terus terulas, namun bagi Arif tidak ada aura cerah di wajah Dona. Yang ada justru maksud licik tersembunyi yang bisa saja merugikan restoran dan Tama. Arif masih teringat akan peringatan Vinko mengenak rencana Mada, yang bisa saja kali ini menggunakan Dona sebagai alat.“Apa maumu?” ulang Arif, karena Dona tidak menjawab.“Restoran ini sudah buka, kan? Tentu saja aku datang sebagai pelanggan,” jawab Dona angkuh. Lantas berjalan dengan tubuhnya yang semampai, memasuki pelataran restoran itu.Arif tidak bisa berkutik karena restoran itu memang terbuka untuk umum, dan jika Dona datang sebagai pelanggan itu artinya Arif tidak bisa menolak. Namun bukan berarti Arif bisa mengendorkan kewaspadaannya, karena dari balik dapur restoran, matanya terus awas ke arah Dona.“Bos, kenapa dia ada di sini?” tanya salah seorang karyawan yang matanya mengikuti arah tatapan Arif. Dia tentu saja menge

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 127 Tidak Diundang

    Tuan Hadi sempat membeku setelah mendengar ucapan Vinko. Jika bisa, dia pasti mencegah Vinko untuk sekali lagi membuat kegaduhan, namun Tuan Hadi bukanlah tipe orang yang bisa berterus-terang dengan perasaannya. Dia memilih diam dan canggung, tidak menimpali ucapan Vinko. Namun Vinko tetaplah pria pintar, salah satu anak kandung Tuan Hadi yang berharga. Dia sadar jika sang ayah tidak menyukai tema pembicaraan mereka.“Ayah tahu kenapa aku dan Regina bercerai?” ujar Vinko, mengganti topik.Tuan Hadi menyesap rokoknya dalam-dalam. “Yang kutahu, Regina bukanlah wanita bodoh,”“Benar. Benar sekali,” Tatapan Vinko lurus memperhatikan Athar yang fokus bermain. “Dia sangatlah pintar. Satu-satunya wanita terpintar yang pernah kukenal,” Dia lalu menoleh ke arah Tuan Hadi. “Kenapa ini semua harus terjadi?” Dia justru bertanya.“Kuharap dugaanku salah, Vin,” timpal Tuan Hadi singkat.“Dia yang menggugat cerai pertama kali,” lanjut Vinko. Dia sempat tersendat saat bicara, tampak sangat menahan ra

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 126 Senyum Penuh Maksud

    Rania semakin bahagia saat dia terbangun di pagi yang terik, Tama masih tertidur di sebelahnya. Pria itu memejamkan mata, namun bibirnya tersenyum tipis seakan tengah mengalami mimpi indah. Tanpa sadar Rania juga ikut tersenyum. Dia pandangi Tama dengan jemarinya yang memainkan anak rambut Tama. Kemudian Rania mengecup kening Tama tipis, berusaha agar Tama tidak terbangun.Sambil mengendap-endap Rania keluar dari kamar, mulai menuruni tangga menuju dapur besar yang ada di lantai bawah. Di sana Rania sudah disambut oleh salah satu pelayannya yang tampak bahagia karena akhirnya Rania kembali. Keduanya melepas rindu, lantas Rania mengajak pelayannya itu untuk membantunya menyiapkan sarapan untuk Tama.“Kamu sedang apa?” tegur Tama, dengan wajah bangun tidur menghampiri Rania yang sibuk menata meja makan.“Aku menyiapkan sarapan kesukaanmu. Nasi goreng,” jawabnya.Tama mengulaskan senyum tipis. Kemudian dia menarik kursi dan duduk sembari menunggu Rania selesai menyiapkan hidangan.“Aku b

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 125 Menikmati Sentuhan

    Tama mendorong kepala Rania untuk bersandar di atas lengannya, sambil pria itu mengelus lembut kepala Rania demi menenangkan tangisan istrinya itu. Sesekali Tama mengecup kening Rania yang masih terus menangis. Udara yang semua terasa begitu dingin, perlahan sedikit hangat bersamaan dengan dua tubuh mereka yang perlahan mulai menyatu.“Malam ini kamu tinggal di sini bersamaku,” tandas Tama. “Biar Arif yang menjaga Athar,”Mata Rania yang sembab sempat berkedip dua kali untuk berpikir. Namun Tama buru-buru membungkam bibir Rania dengan telunjuknya, seakan mengerti bahwa wanita itu sebentar lagi akan mengelak.“Turuti aku untuk kali ini,” pinta Tama lembut.Tama mulai bangkit berdiri untuk mengambil ponsel. Namun gerakannya harus berhenti ketika Rania menarik ujung kemejanya.“Apakah aku bisa mempercayaimu lagi?” tanya Rania bimbang.Tama berkedip pelan satu kali. “Aku tidak memintamu mempercayaiku. Hukumlah aku, Ran,” jawab Tama.“Bukankah empat tahun berpisah itu sudah cukup menghukum

  • Istri Muda Tuan Sadis   Bab 124 Hukum Aku

    Tama terus mendorong dan mengulum bibir Rania seakan tidak memberi kesempatan wanita itu untuk sedikit mengambil nafas. Seperti sebuah hasrat yang telah dipendam bertahun-tahun, dan kini Tama bisa mengeluarkannya dengan begitu dahsyat hingga sulit dibendung. Rania hampir saja kewalahan dan tidak menyadari tangannya mendorong kencang sebuah vas yang tergeletak di sisi ruangan. Suara vas yang pecah berkeping-keping membuyarkan suasana diantara keduanya, membuat Tama menjauh dari tubuh Rania untuk mengecek keadaan. Nafas keduanya tersengal, gugup luar biasa hingga wajah mereka memerah. Sesekali Tama melirik ke arah Rania yang juga begitu gugup dan mencoba untuk menguasai diri.“Bukankah ini vas langka favoritmu?” Rania mencoba membersihkan sisa vas yang ada. Dia membungkuk, mengambil pecahan yang paling besar. “Argh!” Tanpa sadar tangan Rania tergores ujung runcing pecahan vas itu.Tama seketika melonjak dan menarik tangan Rania yang terluka. Dia kecup tangan itu, dengan niat ingin meng

DMCA.com Protection Status