Siapa yang dapat melawan apa yang sudah ditakdirkan Tuhan? Tidak ada. Selain berpasrah diri dan mengikuti semua yang ditentukan-Nya. Surya dan Melisa kembali ke kampung, setelah menjenguk Virgo. Meski kesannya seperti terlambat, tapi kesadaran diri yang mulai ditunjukkan Virgo, membuat Surya bersyukur. Semoga saja, apa yang dia katakan tadi, akan terjadi. Dia ingin menjadi peternak ikan? Ah. Membayangkannya saja, membuat Surya tersenyum senang. Jika dengan melewati semua hal menjengkelkan tentang Virgo, bisa membuat dia sadar dan berubah, maka, dengan tulus, akan Surya lakukan.Dia berharap, Melisa pun akan mengalami hal demikian. Hingga sikap egois, manja dan mau menang sendiri itu, bisa hilang dari hidupnya.Surya juga menyadari satu hal. Dia adalah anak kampung yang kebetulan bisa berhasil di kota, sekarang takdir mambawa dia kembali ke tempat asalnya. Sebenarnya perubahan sikapnya, karena pengaruh dari Talita yang sangat kuat. Walaupun sebenarnya, tidak seharusnya, pengaruh da
"Bunda." lirih suara Anatasya memanggil Anaya. Anaya yang sedang mengamati kiriman video CCTV di ponselnya, langsung menekan tombol, untuk memanggil perawat.Wanita cantik itu, menggenggam tangan anak gadisnya, dengan wajah sumringah."Bunda di sini Sayang. Bunda sayang Acha. Apa yang sakit Nak?""Bunda. Aku haus." lirih suara Anatasya.Dokter dan perawat tiba di ruangan. Memeriksa Anatasya, lalu, berkata dengan senang "Perkembangannya sangat baik. Tubuhnya merespon obat dengan cepat. Setelah ini, kasih makan dan minum teratur dan bergizi, supaya cepat pulih." "Terima kasih Dokter." ucap Anaya. Anaya memberikan Anatasya minum. "Bunda. Kapan aku bisa pulang?" tanya Anatasya."Eh. Baru juga sadar Sayang. Belom bisa pulang dong." Anaya tau, jika Anatasya sangat tidak suka bau obat- obatan dan bau rumah sakit. Dia paling tidak betah lama-lama di rumah sakit. "Bentar lagi, polisi mau ke sini Nak. Mau nanya tentang kejadian kebakaran itu. Ada yang videoin." kata Anaya, setelah selesai
Wawan terus saja tertawa, melihat Renata yang tidak berdaya. Efek dari obat perangsang yang dia berikan sangat kuat. Jika tidak di salurkan, bisa di pastikan, tubuh Renata akan mengalami kejang-kejang. Gadis cantik itu, tidak bisa menghindar lagi. Kewarasannya sudah hampir hilang. Dia memohon pada Wawan, untuk menyelamatkan dirinya. Tentu saja Wawan berjingkrak senang. Video penghinaan Renata dan Niken padanya, yang dia dapatkan dari mata-matanya, membuat Wawan berambisi untuk membuktikan kepada Renata, jika dia adalah pria yang kuat di atas ranjang. Meskipun pergaulan Renata seperti itu, tapi dia masih bersegel. Tidak sembarangan menjajakan tubuhnya kepada laki-laki. Namun, hari ini, dia harus menuai apa yang sudah dia tabur. Jika dia sangat menjaga harga dirinya sebagai seorang gadis, mengapa dia tega, merusak masa depan gadis-gadis lain, dengan menyerahkan mereka kepada manusia jahanam seperti Roy? Dan pada akhirnya, dia harus membayar dengan mahal. Kegadisannya sebentar lagi
Hendrawan dan Anaya, menyusul Niken, yang keluar dari ruangan itu dengan wajah yang ditekuk. Anaya menahan Niken dengan sapaan yang lembut. "Nyonya, terima kasih, sudah datang menjenguk anak kami. Meskipun tadi, anda salah kamar."Niken membalikan badannya. Melihat dua orang yang sangat dia benci, berdiri bersisian di hadapannya. Giginya gemeletuk menahan gusar. "Siapa yang mau menjenguk anak kamu? Gak sudi!"Anaya tersenyum. Lalu menatap suaminya. Memberikan isyarat, supaya dia bicara. Hendrawan menarik nafas dalam. Sebenarnya, dia sungguh muak berhadapan lagi dengan Niken. Apalagi harus bicara dengannya. Namun, apa daya, ini semua demi kebaikan anak-anaknya. "Begini Nyonya. Saya dan istri saya, ingin bicara hal yang penting dengan anda. Mengingat ini sangat penting, lebih baik kita bicara di tempat lain saja," ucap Hendrawan. Niken tertawa sinis. Semakin menjadi benci di hatinya terhadap Anaya. Gara-gara wanita ini, dia harus mendapatkan perlakuan ketus dari pria yang masih san
Beberapa waktu telah berlalu. Keadaan Tantri tidak berubah. Dia semakin kurus dan tidak berdaya. Aki Tungki bolak balik memberikan obat, namun, keadaan Tantri tidak mengalami perubahan justru semakin parah. Sedangkan Sunia, wanita itu merasa sedikit terganggu karena Tantri belum juga menyerahkan surat warisan dan memberitahukannya tentang letak harta-harta yang dia simpan selama ini.Selama dalam perawatan, Sintia tidak pernah absen datang menjenguk Tantri, meskipun dia tau, apa yang dia lakukan tidak ada gunanya, namun, dia tetap akan datang. Dia tidak mau memberi waktu kepada Tantri dan Sunia, untuk membicarakan tentang harta. Tanpa mereka ketahui, selama ini, Tantri menyimpan satu rahasia. Harta yang dia maksudkan dalam pembicaraannya beberapa waktu lalu dengan Sunia, adalah harta milik Nilam. Istri pertama Rustam. Mahar, perhiasan, dan beberapa properti atas nama Nilam sudah dia ambil alih, dengan membalik nama menjadi, miliknya. Yang mengetahui semua itu hanyalah Brian. Karen
Ting ... Ting ... "Asallamualaikum. Maaf, apakah kita bisa berkenalan?"Melisa yang sedang fokus menulis surat lamaran kerja, harus menghentikan kegiatannya sebentar, karena suara notifikasi pesan masuk di ponselnya. Nomor baru. Klik. Ada yang mengajak kenalan. Siapa dia? Klik foto Profil. Seorang pria tampan dengan wajah teduh. Pakai baju koko warna peach lengkap dengan kopiah hitam, menambah manis dan teduh wajahnya.Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia sudah terlambat. Melisa sudah tidak sempat lagi membalas pesan itu. Bahkan tidak mencoba mengingat, apakah dia pernah bertemu dengan si pria atau tidak. Dimasukannya semua surat-surat, lalu pergi. Dari Mira sepupunya, Melisa tau jika ada penerimaan karyawan di salah satu PT, yang baru saja di resmikan. Dia sudah mendapatkan izin Surya supaya bisa bekerja. Entah pekerjaan seperti apa nanti yang akan dia kerjakan, mengingat selama ini, Melisa tidak pernah bekerja. Dengan langkah gugup, Melisa memasuki ruang hrd. Sudah ba
Sinar mentari menyirami permukaan bumi yang lembab. Menggeser waktu dengan cepat. Menuntun setiap makhluk untuk lebih cepat bergerak, karena waktu tidak pernah menunggu siapapun. Melisa yang sudah siap sejak subuh, duduk menunggu Surya selesai bersiap-siap. Ayahnya itu akan mengantarkan dia bekerja untuk pertama kalinya. Tidak bisa dikatakan bagaimana senangnya hati Surya, melihat perubahan dalam diri anak gadisnya itu. Melisa pernah mengutarakan keinginannya untuk bekerja. Baru bicara saja, Surya sudah sangat bersyukur, apalagi hari ini dia mulai bekerja. "Kakak dapet kerja di bagian apa?" tanya Surya, saat mereka sudah di mobil. "Gak tau di mana Pa. Yang penting dapet kerjaan aja udah seneng aku." ucap Melisa dengan gembira. Sangat jelas dia begitu bahagia. Senyum terus terukir di bibirnya. Pekerjaan ini, akan menjadi salah satu kesibukan buat Melisa, agar dia tidak terlalu mengingat kejadian sial dalam hidupnya. Betapa dia menyimpan sedih dan lara, karena dia bukanlah wanita
Pertemuan bisnis itu, sekaligus dengan acara kumpul sahabat. Edward adalah teman Calvin. Mereka satu sekolah, satu kompleks tempat tinggal saat masih di Jerman. Dan sekarang, saat pindah ke Indonesia pun, mereka tetap bersama.Dari Calvin, Edward mendapatkan hunian di Bonafit Hills. Dan bisa berkerja sama dengan Perusahaan ArOne dan perusahaan keluarga Kusuma. Inggrid berjalan mendahului Melisa lalu bergabung dengan yang lainnya. Sedangkan Melisa, hanya bisa duduk di tempat yang disediakan untuk perusahaan mereka. Gadis itu mengamati sekitarnya dengan seksama. Bukan main suksesnya anak-anak ayahnya ini. Cafe ini sangat ramai, di dominasi anak muda. Tempat pertemuan mereka adalah ruangan yang terpisah, namun masih bisa melihat keadaan di sekitar cafe. Karena hanya di batasi dengan dinding kaca.Karyawan yang seliweran kesana-kemari, dan para ojek online yang mengantri pesanan, membuktikan, menu makanan di sini, memang berkualitas. Tentu saja, karena Arga adalah seorang koki handal.