Share

Bagian 235

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-05 10:19:34

Aku bangkit, dan turun dari ranjang. Membuka lemari dan mengulurkan surat yang beberapa bulan ini aku sembunyikan darinya.

"Apa ini?"

"Surat tanah yang aku beli bersama Mas Agam. Dia mengirimkan sebagai kado pernikahan kita," lembaran itu hanya diterima tanpa dibuka. Dirinya diam. Nampak tengah berpikir. Aku hanya duduk sembari sabar menunggu, apa yang akan dikatakan olehnya.

"Berikan pada Agam! Dinta dan Danis tidak membutuhkan. Apa yang aku miliki sangat lebih dari benda ini, Nia. Dan aku berharap, dengan ini, sakit dalam hati kamu melihat penderitaan Agam akan hilang. Dan aku, akan mengizinkannya untuk menemui Dinta dan Danis kapanpun. Ingat! Hanya bertemu. Bukan untuk membawa mereka pergi," aku hampir tidak percaya dengan apa yang kudengar tadi. Dengan cepat, kupeluk erat tubuh lelaki yang berhati mulia itu.

"terima kasih, Mas. Aku janji, tidak akan meninggalkanmu. Aku janji, akan selalu mendampingi Mas sampai maut memisahkan kita," kami saling tatap.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nur Inayah
gatel banget sih jadi perempuan,sini aku garukin pake gergaji
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
Anti²... kepedean.. kepercayaan diri yang tinggi sekaleeeeeee
goodnovel comment avatar
Dewy Septi Maryeni
udh kegeeran aja si antu eh anti....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 236

    "Ada yang ingat, ada yang lupa. Tidak semuanya aku ingat. Karena, ada kenangan buruk yang memang sudah aku kubur dalam-dalam," jawaban telak yang diberikan Tohir, membuat Anti tidak berkutik. Senyum manja yang sebelumnya tersungging, kembali redup."Mas, aku minta maaf, ya? Dulu, aku termakan rayuan Agam. Seandainya saja, dia tidak hadir untuk menganggu, pastilah kebahagiaan masih selalu menghiasi kehidupan keluarga kecil kita. Aku menyesal ...""Iya, jadikan sebagai pelajaran. Untuk kamu kelak menjadi istri yang setia. Sebesar apa pun rayuan itu datang, bila hatimu itu penuh dengan iman dan rasa takut pada Allah, pasti tidak akan tergoda. Jangan menyalakan satu pihak, Anti. Karena perselingkuhan terjadi antara dua orang. Belajarlah menyadari dan mengakui kesalahan. Bukan melempar itu pada orang lain," meskipun apa yang diucapkan mantan suaminya itu terdengar lemah lembut, namun terasa menusuk relung hati Anti."Kamu tidak kasihan sama bayi kamu, Anti? Apakah ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 237

    Mobil yang dikendarai Agam menembus pekatnya kabut di siang menjelang sore itu. Tidak ada sepatah katapun terucap di dalam kuda besi yang meluncur dengan kecepatan sedang itu. Sang sopir merasa enggan, hendak mengajak bercakap dengan pria yang memangku anak bayi yang baru lahir dengan tatapan sendu.Agam larut dalam pikirannya. Ada banyak hal ia risaukan. Meskipun kehadiran malaikat kecil tanpa dosa itu tidak ia anggap beban. Namun, tetap saja, beberapa kebiasaan dalam menjalani aktivitas sehari-harinya harus disesuaikan dengan keberadaan anak hasil hubungan gelapnya bersama Anti.Mobil telah sampai di halaman kantor, yang menjadi rumah sementara bagi Agam saat ini. Gerimis kecil masih tersisa, seakan langit ikut merasakan pedihnya hati, sesosok makhluk kecil tiada daya yang kehadirannya tidak disambut dengan senyum dan dekapan penuh cinta."Mas Agam tunggu dulu, aku yang turun terus cari payung. Biar dedek bayinya tidak kehujanan," perintah sopir yang usi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 238

    Beberapa hari berlalu, Agam mulai menyesuaikan diri dengan keadaan yang sekarang. Malam ia lewati sendiri, belajar semua hal dari awal. Mengganti popok, memberi susu, menidurkan saat menangis. Hanya memandikan saja yang tidak ia lakukan. Memilih meminta bantuan pada Tuti sekaligus menjaga saat dirinya harus mengantor.Siang itu, bapak dan ibu Agam datang menjenguk dengan niat melihat cucu mereka yang baru lahir.Tidak ada rasa bahagia mendapat kunjungan dari orang tuanya karena hatinya telah mati dengan sikap tak peduli yang selalu ia dapat.Agam yang saat itu sedang melipat pakaian dengan Bilal tidur lelap di atas ayunan yang berbentuk keranjang, hanya melirik seklias tanpa menyapa."Salim ayo, sama Pakde!" bukannya menanyakan kabar, pertama kali yang ibunya tunjukkan malah cucu kesayangan dan kebanggaannya."Pakde ..." Aira memanggil manja namun, tidak dihiraukan oleh Agam. Hatinya sudah beku bahkan terhadap anak yang dulu sangat ia sanjung itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 239

    Dirinya bukan berarti baik-baik dengan keputusan berdamai dengan Agam. Masih aja sepercik rasa khawatir namun, pria itu berusaha mempertahankan apa yang telah ia dapatkan dengan menjalin hubungan baik dengan Agam. Berharap dengan hal itu, Nia tidak akan terbebas dari rasa mengasihani dan memikirkan nasib mantan suaminya. "Agam," panggilan dari Pak Irsya membuat Agam yang tengah asyik memperhatikan tingkah Dinta dan Danis menoleh. "Ya, Pak …." Mereka saling bertatapan. "Perbaiki diri terus. Agar hal yang baik akan kamu temui setelah ini." Agam mengangguk paham. Nia yang sedari tadi keluar, masuk membawa dua bantal baru, juga sebuah plastik besar yang isinya makanan. Ibu dari Dinta dan Danis itu langsung mencari baskom untuk meletakkan berbagai makanan yang ia bawa. Lalu, kembali ke luar dan masuk dengan membawa perlengkapan dua anaknya yang akan menginap. "Mas Danis, hati-hati lho, ya! Adeknya jangan sampai ditindih." Pesan Nia pada ana

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 240

    "Cium pipi kanan, cium pipi kiri, hidungnya, keningnya, dagunya …." Danis terus berujar sambil menciumi adik bayinya."Gantian, Dek!" seru Dinta."Sebentar, Kakak ... Adek belum puas." Danis menyahut tanpa menoleh. Perhatiannya fokus pada adik kecil yang sangat ia sukai."Tapi 'kan, dari tadi kamu terus, Dek, yang cium-cium Bilal." Dinta cemberut."Ini, ini, iya, iya, Adek ngalah,"Agam yang duduk di kursi sambil menyantap makanan yang dibawa Nia, tidak berhenti tersenyum. Malam yang indah bagi dirinya. Sekalipun tanpa sosok pendamping yang menemani, namun, apa yang terjadi di hadapannya saat ini adalah kebahagiaan yang sangat sempurna.Bilal, sosok bayi malang yang tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu, tetapi, masih ada Dinta dan Danis yang memberi ketulusan rasa tanpa syarat apapun.Hingga menjelang jam sembilan malam, Agam bercengkrama dengan ketiga anaknya. Entah kebetulan atau memang ikatan sebuah rasa persaudar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 241

    Di sela-sela acara makan mereka, Agam merasa tenggorokannya tercekat. Menyadari bahwa, ini adalah saat terakhir kebersamaan dirinya dengan kedua anaknya. Entah kapan, kesempatan seperti ini akan terulang kembali."Kakak sama Adek, kapan-kapan main ke sini lagi, ya?" tanya Agam ragu. Kedua anak yang ia tanya hanya mengangguk saja.Agam benar-benar memanfaatkan momen sebelum Dinta dan Danis dijemput kembali oleh ibunya. Pria itu mengajak anak-anak bermain, sekalipun hatinya begitu diliputi sedih.Nia dan Pak Irsya datang lebih awal. Pukul dua mereka sudah sampai. Agam segera menyalami keduanya dan kembali pada Bilal yang menangis minta susu. Gurat-gurat kecewa ditampakkan kedua kakak beradik yang masih ingin bermain bersama adik bayinya."Ibu kenapa cepat datang?" tanya Danis dengan mimik muka sedih."Iya, kami masih mau di sini. Katanya sore?" Dinta ikut protes."Soalnya sore Ibu mau ada acara kondangan." Nia mencoba memberi pengertian. Semen

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 242

    Apa yang dikatakan Anti barusan membuat hati Erina meradang. Rasa empati yang tadi sempat singgah, musnah seketika."Siapa sih, Mbak, yang mau gagal terus? Aku juga sudah berusaha maksimal. Tapi kan Allah belum menentukan. Mau gimana lagi?" Erina menjawab dengan mimik muka sedih. Anti sama sekali tidak merasa bersalah telah menyinggung temannya itu."Kamu banyak dosa kali, Rin! Makanya gak lolos-lolos. Coba deh, kamu ingat-ingat, kamu punya salah apa sama orang!" Erina semakin malas meladeni omongan Anti."Mbak, jadi keputusannya Mbak Anti tetap mau minta balikan sama Mas Tohir, tapi masih mau mendekatki polisi Feri?" tanya Erina memastikan. Sebagai bahan informasi untuk Tohir nanti."Ya, sedapatnya aja. Kalau bisa sih,punya suami, punya selingan juga, Rin," kelakar Anti disudahi dengan tawa renyah. "Ah, lupa! Kamu kan jomblowati forever. Mana tahu rasanya pindah-pindah lelaki. Satu aja belum punya." Anti cekikikan sendiri dengan kalimat yang ia sampaikan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 243

    Hari telah berganti. Kini, Bilal sudah lewat umur empat puluh hari jadi, sudah bisa dibawa ke luar rumah. Agam mulai menata hidupnya kembali. Terjun lagi di dunia pertanian yang beberapa bulan ini ia geluti.Pagi hingga siang, menjelang sore, Bilal dititipkan di rumah Tuti. Sedang Agam bekerja di kantor sembari mengurus kebun barunya.Suatu malam, saat Bilal telah terlelap, Agam berpikir teringat kata-kata Dinta yang menyuruhnya untuk pindah dari kantor. Bila dipikir, memang kantor bukanlah tempat yang nyama untuk ditempati seorang bayi. Letaknya agak terpisah dari rumah warga. Namun, harus ke mana dia?Bila ingin terjangkau dari tempat tinggal kedua anaknya yang lain, itu artinya harus pindah. Akan tetapi bila pindah, sulit sekali mengontrol tanaman yang ia tanam. Lagipula, belum tentu bertemu dengan orang sebaik Tuti juga Yanto.Dinta dan Danis belum pernah datang lagi. Hanya, mereka hampir setiap hari melakukan panggilan video dengan adik bayinya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status