Share

Bagian 204

“Bude …” panggilan lembut dari Aira menyadarkan diri dari lamunan.

“Eh, Aira belum makan ‘kan? Ayo, Bude suapi …” aku berusaha mengalihkan pembicaraan kareba tidak punya kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan darinya.

Selepas ashar, Iyan pulang. Setelah mandi dan berganti baju, kami duduk bersama di teras balai. Menikmati gemericik air sungai yang mengalir tepat di samping rumah kami.

“Bagaimana tadi acara imtihannya, Mbak? Aira dapat perlakuan yang tidak menyenangkan lagi-kah?” Iyan bertanya dengan getar suara sedih. Sepertinya, dia sudah punya gambaran tentang apa yang terjadi pada putri semata wayangnya. Aku diam memilih tidak menjawab. “Aku sudah tahu jawabannya, Mbak!” tambahnya lirih.

“Iyan, kamu tidakkah menyadari, apa yang menimpa keluarga ini, barangkali itu karena apa yang kita lakukan dulu sama Nia juga anak-

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status