Share

Bagian 203

Author: Nay Azzikra
last update Huling Na-update: 2022-01-21 12:05:05

Sarah berusaha untuk menghibur dan menguatkan hati ini. Namun, tidak semudah itu. Berhari-hari, aku hanya berdiam di rumah, tidak pernah makan. Ibu datang karena diberitahu Sarah.

“Tolong jangan bilang sama siapa pun, Bu! Aku tidak mau jadi bahan pergunjingan. Biarlah ini hanya kita yang tahu,” pintaku pada Ibu, karena beliau memang tidak bisa jaga rahasia. Jadi, harus aku kasih peringatan lebih dulu.

Ya, hari-hari setelahnya aku masih belum bisa bangkit dari keterpurukan. Untungnya, di saat seperti ini, aku sudah tidak memiliki anak kecil, jadi, bisa leluasa rebahan tiap hari.

“Kalau Ibu seperti ini, aku harus bagaimana, Bu? Apa aku keluar aja sekolahnya? Kerja di pabrik sepatu. Biar tidak merepotkan Ibu …” ucapan dari Sarah menampar keras hati ini. Bagaimanapun, aku harus bangun. Demi dia anak semata wayang kami. Ah, hanya aku saja. Seno sepertinya tidak. Dia pasti punya anak dengan wanit

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Minthil She Judhezt
bude Eka nyadar sekarang to
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
hukum sosial lebih ngena ya dari pada ucapan
goodnovel comment avatar
Masrianti MamaKinan Rifqireefa
memang harus seperti itu tegurannya biar sadar, syukur klo mau tobat, kayak si Iyan tu masih blm sadar, tetap aja dendam sama mas Agam yg gk bersalah.. msh merasa dia yg benar
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 204

    “Bude …” panggilan lembut dari Aira menyadarkan diri dari lamunan.“Eh, Aira belum makan ‘kan? Ayo, Bude suapi …” aku berusaha mengalihkan pembicaraan kareba tidak punya kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan darinya.Selepas ashar, Iyan pulang. Setelah mandi dan berganti baju, kami duduk bersama di teras balai. Menikmati gemericik air sungai yang mengalir tepat di samping rumah kami.“Bagaimana tadi acara imtihannya, Mbak? Aira dapat perlakuan yang tidak menyenangkan lagi-kah?” Iyan bertanya dengan getar suara sedih. Sepertinya, dia sudah punya gambaran tentang apa yang terjadi pada putri semata wayangnya. Aku diam memilih tidak menjawab. “Aku sudah tahu jawabannya, Mbak!” tambahnya lirih.“Iyan, kamu tidakkah menyadari, apa yang menimpa keluarga ini, barangkali itu karena apa yang kita lakukan dulu sama Nia juga anak-

    Huling Na-update : 2022-01-21
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 205

    Author“Sama Nia juga dong, Pak! Yang lebih kenal dengan Aira ‘kan, Nia. Bukan saya,” apa yang diucapkan pak Irsya, sukses membuat muka Pak Hanif bersemu merah. Pak Irsya lalu memesan makanan.“Nggak usah, Mas! Dulu saja, sudah terbiasa seperti ini. Apalagi sekarang? Sudah tidak penting lagi buat aku,” raut muka Mbak Eka terlihat kaget, tidak menyangka, Nia yang dulu menerima dengan segala perlakuan mereka, tiba-tiba bisa mengucapkan hal se-berani itu.“Pak Irsya apa kabar? Walah, sudah lama tidak bertemu,, ya? Saya lihat kok semakin gagah saja?” Pak Hanif lagi-lagi menunjukkan sikap sok akrab-nya pada suami Nia.“Baik,” Pak Irsya menjawab datar. “ Maaf, itu kulit Aira kenapa ya, Pak?” tanya suami Nia kemudian.“Oh, itu kena air panas,” jawab bapak lirih.Mereka terdiam. Nia terlihat sudah tidak nyaman berada dalam posisi seperti sekarang ini. Apalagi, Pak Ha

    Huling Na-update : 2022-01-22
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 206

    “Gak usah sombong! Anak itu harus diajari berbagi sama saudaranya. Suatu saat nanti juga butuh,” Iyan berujar sambil menatap tajam Nia.“Kamu bicara sama aku, Iyan? Apa tidak salah? Ajari anak kamu sopan santun dulu! Aku tahu bagaimana cara mendidik anak. Dan satu lagi, punyalah rasa malu. Jangan memamerkan anak pada orang lain.Tidak semua orang suka sama anak kamu. Dan satu lagi! Kapan aku butuh kamu? Kapan aku butuh kalian? Selama bercerai dari kakak kamu, kami hidup mandiri. Bahkan menghilang dari hidup kalian. Gak malu kamu? Anak kamu tadi yang membutuhkan barang Dinta.”“Buk, Pak! Ke sini kenapa? Kita punya meja sendiri. Kenapa masih di situ?” Mbak Eka berteriak kecil pada orang tuanya. Bu Nusri dan Pak Hanif dengan langkah malu, berpindah tempat. Helaan napas lega, keluar dari mulut Nia.Lik Udin berdiri dan menyalami Nia, Pak Irsya serta anak-anaknya untuk menetralisir suasana.“Sehat, Nia?&rdqu

    Huling Na-update : 2022-01-22
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 207

    “Mbah, kalau Mbah selalu seperti itu, Aira bakalan jadi anak yang egois! Lama-lama, Aira bakalan dibenci orang. Gak heran, kalau sekarang banyak ibu yang anaknya tidak boleh main bareng. Aku aja yang sodaranya ogah! Mbah itu keterlaluan memanjakan. Dikiranya tadi, aku gak malu apa, waktu Mbah menyodorkan Aira di depan Mbak Nia dan suaminya? Itu perbuatan yang memalukan, Mbah! Mereka tuh benci banget sama Aira, seharusnya Mbah sadar diri!”“Sarah!” aku membentak.“Kenapa, Bu? Mau belain? Bela aja terus! Biar kayak tuan putri. Sekalian aja, bayar semua orang biar takluk sama dia. Anak sultan mah bebas. Asalkan banyak uangnya. Aku mah ogah, jadi kacung Aira! Lihat aja, beda sekali sama Dinta dan Danis yang tahu adab. Kelihatan manis gitu jadi anak. Dididik dengan benar sih. Gak kaya Aira. Lihat mukanya aja, aku enek!”“Sarah!” bentakku sambil memandang tajam padanya. Tapi dirinya malah bangkit dan berlalu pergi.

    Huling Na-update : 2022-01-22
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 208

    Fajar telah menyingsing. Kicauan burung terdengar saling manyahut di kebun belakang rumah menimbulkan kesan damai, bila hati ini tidak sedang menahan gundah. Bayangan Seno bila sedang di rumah, waktu seperti sekarang ini, dirinya tengah bergulat dengan cangkul. Membersihkan kebun dan merabuk tanaman-tanaman agar tumbuh subur.Seno, akankah kamu kembali pada kami? Atau, selamanya tidak akan pernah bertemu?Motor yang dikendarai Iyan berhenti di halaman rumahku yang luas. Terlihat sekali, dirinya menahan emosi.“Kenapa?” aku bertanya penasaran.“Mbak! Sarah mana?” dari nada bicaranya aku tahu kalau, Iyan begitu marah pada anakku. Apa ini karena peristiwa semalam?“Ada apa?”“Mbak tidak usah pura-pura tidak tahu! Mbak, Sarah punya pikiran gak sih? Anak sekecil Aira kenapa dia cubit?”“Eh itu, iya, aku minta maaf. Soalnya kata Sarah, Aira menggigit Sarah duluan. Emang bekasnya ada, kok

    Huling Na-update : 2022-01-22
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 209

    IyanSiapa pun orangnya, tidak ada yang boleh menyakiti anak dan istriku. Aku tidak akan rela bila itu terjadi. Begitupun dengan Sarah. Semenjak kejadian di rumah sakit, aku tidak ingin lagi menyapa gadis remaja anak dari kakak kandungku.Mbak Eka akhirnya memilih pergi ke Jakarta mengadu nasib karena memang dirinya harus melanjutkan hidup meski tanpa Mas Seno di samping mereka. Dan dia juga harus menjadi tulang punggung untuk Sarah.“Minta maaflah sama Nia, Iyan! Barangkali, apa yang kamu dan aku alami saat ini karena akibat dari apa yang kita lakukan dulu pada dia,” di hari lebaran, Mbak Eka masih memberikan nasihat padaku. Sarah datang tapi, aku menghindarinya.“Memang aku salah apa sama Nia, Mbak? Aku tidak pernah berbuat jahat, ataupun menyakitinya,” jawabku tidak suka.“Iyan, sadarkah kamu? Kebahagiaan kita dulu, dengan uang gaji Agam, itu menyakiti Nia juga anak-anaknya!”“Mbak! Yang kita maka

    Huling Na-update : 2022-01-23
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 210

    Dari Lik Udin aku tahu, kalau Bapak seperti biasa ada di sawah. Ibu berkeliling jualan sambil membawa Aira. Dan untungnya, Lik Udin yang sedianya akan ke desa sebelah, melihat.Rani sudah aku beri obat penenang dan saat ini tertidur pulas. Lik Udin melanjutkan lagi niatnya untuk ke rumah teman di desa sebelah. Kupandangi tubuh Rani yang terbaring di atas kasur kapuk di kamar kami.Tentang permintaannya untuk memiliki gelang seperti punya Nia, apa aku harus meminta maaf seperti saran Mbak Eka? Setelahnya meminta Nia untuk meminjamkan gelang itu padaku? Tapi, keenakan Nia nanti. Merasa di atas awan.Ya Allah, kenapa menderita seperti ini hidupku?Aku keluar kamar dan duduk termenung di ruang tamu. Ibu terlihat pulang sambil menggendong Aira yang mulutnya berdarah. Wanita yang melahirkanku itu terus mengomel.“Kenapa?” tanyaku panik dan tergopoh mengambil tubuh Aira. Anak semata wayangku malah menjerit histeris saat lengannya tersent

    Huling Na-update : 2022-01-23
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 211

    “Heh! Sudah, sudah! Jangan ngeledekin orang seperti itu. Bersyukur bukan kalian yang berada di posisi Iyan dan Rani,” ucap istri imam mesjid terdengar samar.Aku berjalan cepat agar lekas sampai rumah. Mengajak Ibu untuk memeriksa Aira ke puskesmas terdekat.Di ruang serba putih kami bertiga berada saat ini. Bukan hanya bertiga, ada banyak pasien lain. Akan tetapi, kami dipisahkan oleh kelambu yang tinggi. Ruang penginapan yang berpenghuni empat pasien menjadi pilihan untuk menginap Aira. Sesuai dengan kelas BPJS yang kami miliki.“Cuma terkilir saja. Ini bengkaknya saya kasih obat. Sementara juga saya kasih obat tidur agar Aira tidak menangis,” ucap Dokter jaga siang tadi. Ibu sedang pamit pulang untuk mengurus keperluan Bapak.Aku memandangi tubuh Aira yang pulas. Dengkur halusnya menandakan kalau dia begitu terlelap. Bibirnya tambah besar dengan bekas darah mulai mongering. Setetes air mata mengenai pipi ini. Benarkah kamu anak

    Huling Na-update : 2022-01-23

Pinakabagong kabanata

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status