Share

Bagian 211

“Heh! Sudah, sudah! Jangan ngeledekin orang seperti itu. Bersyukur bukan kalian yang berada di posisi Iyan dan Rani,” ucap istri imam mesjid terdengar samar.

Aku berjalan cepat agar lekas sampai rumah. Mengajak Ibu untuk memeriksa Aira ke puskesmas terdekat.

Di ruang serba putih kami bertiga berada saat ini. Bukan hanya bertiga, ada banyak pasien lain. Akan tetapi, kami dipisahkan oleh kelambu yang tinggi. Ruang penginapan yang berpenghuni empat pasien menjadi pilihan untuk menginap Aira. Sesuai dengan kelas BPJS yang kami miliki.

“Cuma terkilir saja. Ini bengkaknya saya kasih obat. Sementara juga saya kasih obat tidur agar Aira tidak menangis,” ucap Dokter jaga siang tadi. Ibu sedang pamit pulang untuk mengurus keperluan Bapak.

Aku memandangi tubuh Aira yang pulas. Dengkur halusnya menandakan kalau dia begitu terlelap. Bibirnya tambah besar dengan bekas darah mulai mongering. Setetes air mata mengenai pipi ini. Benarkah kamu anak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Leiliwati Oencoe
kalau minjam perhiasan Nia dikasih gak ya...
goodnovel comment avatar
Zabdan N Iren
kok g insaf insaf sech benar Baner menguras esmosi selalu kelurga mantan mertua Nia ............
goodnovel comment avatar
Ning Wahy
dari awal ortu Iyan sudah salah mendidik anak dan cucu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status