Share

Bagian 194

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2022-01-17 11:04:04

Kaki ini melangkah gontai, saat tangisan Dinta belum juga reda. Sekali lagi, netra menatap dua buah hati yang terlihat terluka atas kejadian hari ini. Lagi, aku menjadi penyebab mereka menangis.

Dalam hati berjanji, akan merengkuh sakitnya rindu dalam sepi dan sendiri. Karena nyatanya, hadirku selalu menciptakan tangis untuk dua makhluk yang sangat aku cintai.

“Ayah …” masih terdengar teriakan Dinta memanggil, saat tubuh ini sudah bersiap di atas kendaraan. Aku menoleh, bayang tubuhnya mengabur karena air mata cukup menghalangi pandangan. “Hati-hati di jalan …” bukan rasa bahagia yang tercipta sebab diperhatikan oleh dia yang pernah aku sakiti, akan tetapi justru semakin sakit dan menyayat hati, sedikit perhatian yang diberikan olehnya itu.

“Ayah … kapan-kapan main ke sini lagi,, ya?” Danis dengan polosnya berteriak. Tubuh kecilnya langsung diangkat sang kakek ke dalam gendongan. Aku hanya mengacungkan dua

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Dewie Sartika
makin seru aja nih
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Jangan mau gam,bilang sama orang tua anti kl km gak dibutuhkan sama anaknya
goodnovel comment avatar
Nur Janah
sabar ya gam...SMG kamu sukses dg cabe ya dan jadi jutawan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 195

    “Maaf Anti, bila memang acara diskusi kali ini akan berlangsung lama,sudikah bila, aku meminta segelas air putih? Karena tenggorokan ini sangat kering …” mengorbankan rasa malu, aku memberanikan diri untuk meminta sesuatu hal sangat dibutuhkan tubuh saat ini. Anti memandang ibunya. Muak rasanya, hanya segelas air saja, menunggu persetujuan dari sang ibu. Tak lama, Anti berdiri, masuk ke dapur dan kembali lagi dengan segelas air putih.Kuteguk habis, minuman tanpa rasa yang diberikan oleh dia, wanita yang masih menjadi istriku.“Jadi bagaimana Agam? Apakah kamu bersedia membiayai seluruh acara tujuh bulanan Anti sesuai yang kami inginkan?” bapak Anti kembali bertanya tanpa memberikan sikap ramah. Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya dengan pelan. Senyum tersungging dari bibir ini. Merasa mendapatkan sebuah ide untuk menjawab.“Sebelum saya menjawab pertanyaan, lebih tepatnya permintaan dari Bapak dan Ibu, izinkan sa

    Last Updated : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 196

    “Harusnya kamu menolak, Agam! Anti sudah berkeluarga, Agam, kenapa kamu malah memanfaatkan dia? Tidak bisakah, kamu menghindar?” ibu Anti ternyata sama egoisnya dengan ibu-ku. Membela anak meskipun salah. Pantas saja, Na begitu marah pada Ibu waktu itu. Kini, aku berada pada posisi yang sama. Ah, kenapa apa yang pernah diperbuat seseorang, berbalik keadaan di suatu ketika?“Saya kan baik hati, Bu. Saya menolong anak Ibu yang gatel, selalu mendekat dan merayu saya. Kasihan Bu, udah gak tahan, jadi, saya merelakan diri ikut berbuat dosa, demi membuat anak Ibu merasa nikmat. Saya relakan keperjakan saya untuk memberi Anti kepuasan. Bahkan bila tahu kejadiannya akan seperti ini, waktu itu, aku adukan saja kelakuannya pada ayahnya Nadia,” tidak tahan lagi, aku mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan.“Agam! Berhenti merendahkan Anti seperti itu!” bapak Anti berteriak. Entah karena malu, atau marah? Beda tipis-lah. Anti menundu

    Last Updated : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 197

    Sebuah harapan baru terbit dalam hati ini. Tentunya, Dinta yang barusaja menghubungi aku, tidak lepas dari izin Nia. Dan sudah barang tentu pula Pak Irsya mengetahui. Semoga, ini awal yang baik.Aku tidak bisa merubah keadaan yang sudah terjadi, oleh karena salahku. Namun, aku masih bisa mengubah keadaan ini menjadi hubungan yang lebih baik. Berpisah tidak harus menjadikan kami seperti musuh. Bismillah, semoga Allah meridai.Kelopak mata terasa berat, ada rasa lega yang menyelimuti hati ini. Senyum tersungging, sebelum diri ini benar-benar terlelap.Pagi hari, diriku bangun dengan perasaan yang jauh lebih baik. Sebuah pesan masuk kembali menjadi semangat baru untuk hari ini.[Pagi Ayah, semoga Ayah hari ini bahagia] senyum terpatri kala membaca doa sederhana yang Dinta berikan.[Pagi juga, Kakak Cantik! Semoga Kakak juga bahagia] balasku.Setelah menjalani rutinitas pagi, aku melihat kebun belakang yang tanamannya masih basah terkena e

    Last Updated : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 198

    Anti Bukan tanpa alasan, sikap ini acuh pada Mas Agam. Namun, seakan masih ingin mengikat dirinya agar tidak jauh dari aku. Iya, semua itu dilakukan hanya untuk menyelamatkan harga diri yang sudah terlanjur hancur. “Kamu lakukan pendekatan pada Nadia, Anti. Buatlah agar dia mau membujuk Tohir supaya kembali sama kamu. Setelah anak ini lahir, berikan pada Agam. Biar dia yang mengurus. Anggap saja, anak kamu hanya satu. Itu bila kamu ingin hidup kamu kembali bahagia,” ucap Ibu penuh dengan penekanan. “Tapi bagaimana dengan hubunganku dengan Mas Agam sementara ini, Bu?” aku bertanya bingung. “Ya, jalani jangan terlalu dekat. Cukup saja kamu buat, Agam bertanggung jawab atas kehamilanmu. Sesekali suruh pulang ke sini, untuk menutupi keadaan kamu di hadapan tetangga,” lanjut Ibu memberi saran. Aku yang saat itu tengah mencuci piring di wasteffel dapur, menghentikan aktivitas sejenak. Menatap Ibu dengan ragu. Namun, Ibu memberi sorot yang be

    Last Updated : 2022-01-20
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 199

    Ibu yang mengetahui perihal pertemuan kami, antusias menyusun rencana.“Pokoknya, kamu harus memperlakukan Nadia dengan sangat baik di sini. Buat agar dia merasa, kamu adalah ibu terbaik untuk dia,” ucap Ibu bersemangat.“Bu, aku memperlakukan Nadia dengan baik, bukan karena itu juga kali. Karena Nadia anak yang sangat aku rindukan,” protes aku berikan pada Ibu.“Eh iya, maksudnya ‘kan, sambil menyelam, minum air,” jawab Ibu malu.Dua hari setelah pertemuan kami, Nadia diantar oleh seorang ojek pulang ke rumah. Kata Nadia, itu tetangga Mas Tohir.Aku sangat bahagia, setelah berpisah selama berbulan-bulan lamanya, kini, tubuhnya bisa aku dekap. Nadia menangis terisak saat memelukku. Sebagai orang yang melahirkan dan merawatnya, bisa ku-rasakan, sebuah kerinduan yang terpendam dalam hati gadis kecil yang akan menginjak remaja itu.“Nadia menginap di sini,, ya? Nadia kangen ‘kan, sama kamar

    Last Updated : 2022-01-20
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 200

    Aku kembali membahas perihal Mas Agam dengan Ibu. Beliau juga sepertinya ada kekhawatiran akan ketidakhadiran suami formalitasku itu.“Gini saja, kamu pura-pura sakit perutnya. Pasti Agam mau datang. Habis itu dia marah atau tidak, yang penting sudah ke sini. Yang penting, kita tidak malu. Ibu yakin, kalau sudah di sini, Agam pasti tidak akan pergi sekalipun kamu berbohong. Dia pasti akan tetap mengikuti sampai acara selesai,” saran yang cukup masuk akal. Aku akan mencoba itu.“Baik, Bu …”“Oh iya, bagaimana rencana kamu untuk mendekati Tohir kembali?”“Lha, bagaimana Bu? Nadia yang akan kita gunakan sebagai alat saja, sudah marah sama aku,” jawabku putus asa.“Bagaimana kalau, kamu juga pura-pura sakit supaya Nadia mau menjenguk ke sini?”“Kita pikirkan setelah acara tujuh bulanan selesai ya, Bu?”Tiga hari kemudian, acara dilangsungkan. Sesuai kesepakatan

    Last Updated : 2022-01-20
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 201

    Setelah terdengar riuh suara orang mengaji, aku keluar kamar. Dan masuk ke dapur. Langkah kaki ini, aku buat dengan sengaja agak lambat. Hanya sebentar, menengok persiapan makanan untuk suguhan, kemudian kembali lagi duduk di sfa depan televisi. Karena tamu yang diundang tidak banyak, maka ruang tamu yang kursinya dikeluarkan semua, cukup untuk menampung mereka semua.Saat mencoba melirik beberapa pria yang sedang membacakan tahlil, mereka kebetulan juga tengah menatapku dengan tatapan yang penuh kecurigaan. Aku berpindah posisi, mengambil bagian sofa yang menghadap ke bagian belakang rumah, agar mereka tidak bisa diriku.Selesai acara, kasak-kusuk menanyakan keberadaan Mas Agam, terdengar di telinga ini. Itu artinya, Mas Agam tidak masuk untuk ikut mengaji. Keterlaluan sekali dia! Mau ditaruh dimana muka ini? Ah, sial! Berpikir demikian, membuatku mengingat jawaban orang gila yang tadi siang.“Silakan dicicipi hidangan seadanya …” Bapak terde

    Last Updated : 2022-01-20
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 202

    Mbak EkaTidak ada yang lebih menyakitkan dan membingungkan daripada posisi aku saat ini. Ditinggal suami tanpa kabar dan berita. Tanpa kejelasan status pernikahan kami. Sebagian besar asset yang Seno miliki telah dijual dan dibawa pergi. Kini, aku hanya bertahan dari merawat satu buah kebun yang ditanami pohon cengkeh sebagai satu-satunya penghasilanuntuk hidup aku dan Sarah. Itu-pun panen dalam satu tahun sekali.Dulu, Seno sangat memperhatikan kebutuhan kami berdua, dengan rajin mengirim jatah bulanan setiap bulan. Namun, semenjak kepergiannya beberapa bulan lalu dengan membawa uang banyak, hanya sekali saja dia mentransfer sejumlah uang. Setelah itu, bahkan, nomornya-pun sudah susah untuk aku hubungi.Apakah dia di sana baik-baik saja? Masih hidup-kah? Atau uangnya bangkrut, barangkali? Atau juga, dia kerampokan sehingga kehilangan semuanya termasuk handphone untuk menghubungi kami. Berbagai pikiran buruk berkecamuk

    Last Updated : 2022-01-21

Latest chapter

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status