Share

Bagian 187

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-17 10:50:27

Ruang tamu yang berukurn sedang dengan nuansa hijau. Tidak ada sebuah fotopun terpajang di sana. Istri Utadz Mirza membawa minuman untuk kami. Beliau juga tidak kalah ramah dari sang suami. Setelah berbasa-basi sebentar, aku langsung mengutarakan maksud kedatangan ke mari.

“Orang yang pernah terkena gangguan jin, apalagi sampai parah, susah untuk sembuhnya, Mas. Sembuh total maksudnya. Karena, ibarat tubuh Mbak Rani itu sebuah rumah, pintunya sudah terbuka. Mereka dengan mudah masuk ke dalam, bila si pemilik tidak berusaha mengunci.” Ustadz Mirza menjelaskan sembari memperagakan kedua tangannya seperti gerakan membuka. Aku mengangguk-angguk, tanda memahami apa yang disampaikan.

“Bagaimana cara menguncinya, Ustadz?” Aku bertanya, berharap mendapat pencerahan dan penjelasan.

“Dengan memperkuat ibadah, mas! Tidak ada orang yang sakit, hanya disembuhkan oleh orang lain saja, tanpa si sakit itu berusaha dan be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Ayang Sary
yng komen pda bilang iyan kok gk sadar² sm kesalahnya..dan ranilah penyebab ini semua...buk ibuk...begitulah cinta, udah cinta tai kucing pun rasa cokelat haaahaa...mau brpa besar kesalahan istriny, ttp aja agam yg masih dsalahkn
goodnovel comment avatar
Zabdan N Iren
iiiii bikin emosi g sadar sadar apa
goodnovel comment avatar
Wahyu Indayani
agam lagi agam lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 188

    AgamAda rasa kasihan pada Bapak harus melihatnya memikirkan masalah seorang diri tapi, biarlah itu sudah menjadi resiko beliau. Aku paham, bagaimanapun Bapak terlihat pilih kasih dan tidak adil padaku. Namun, bagaimanapun, beliau adalah orang tuaku. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Sudah menjadi pilihan hati untuk memilih hidup bersama dengan Iyan dan Rani.Kewajibanku sebagai anak adalah berbakti. Dan selama ini sudah kulakukan itu. Selebihnya, urusan Iyan, bukan lagi tanggungjawabku.Melupakan semua masalah yang terjadi baik dalam rumah tanggaku maupun keluarga, aku mencoba menyibukkan diri bercocok tanam. Bahkan sekarang, kebun belakang kantor sudah aku sulap menjadi taman cabai. Memanfaatkan lahan kosong yang tentunya sudah dengan izin kepala kantor. Beliau menyambut baik niatku dan kegiatan ini.Dengan modal dari tabungan yang tersisa, aku membeli ratusan plastik polybag. Memilih menggunakan media tanam ini supaya lebih hemat tenaga, karena aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 189

    “Adek, Ayah tidak akan menculik Adek kok …”“Papa takut, Ayah mengajak kami tinggal sama Ayah …” Danis yang polos, berbicara dengan jujurnya.“Tidak, Sayang! Ayah tidak punya rumah bagus untuk mengajak kalian tinggal.”“Ayah, Ayah kalau telepon jangan lama-lama,, ya? Soalnya kalau lama, Papa suka protes sama Ibu. Papa tidak mau, Ayah sering telepon …” apa yang diucapkan Dinta barusan membuat dada ini nyeri. Seburuk apa pun, aku ayah mereka.“Ya sudah, Ayah tutup ya, teleponnya? Sampaikan sama Ibu, sama Papah, maaf kalau Ayah mengganggu. Kakak dan Adek, sehat-sehat, ya? Ayah selalu merindukan kalian …”“Ayah juga, ya? Sehat-sehat di sana? Kakak tutup dulu ya, Yah?” Tanpa mengucap salam penutup, panggilan video diakhiri begitu saja oleh Dinta. Hati ini sakit.Sebesar apa pun salahku dulu, apa aku tidak berhak untuk berubah? Apa aku tidak boleh b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 190

    “Ayah sudah bilang ‘kan? Aira jangan ikut bermain, di rumah saja sama Mbah, atau Bude Eka,” bujukku berusaha menenangkan perasaannya.“Aira bosan di rumah, Yah …” kadang aku tidak habis pikir dengan Sarah anak Mbak Eka. Dia jarang sekali mau datang ke sini untuk hanya sekadar menamni Aira yang kesepian.“Ayok, main sama Ayah …” ajakku berusaha menghibur. “Ayah jadi kuda, Aira yang naik,, ya?”“Ayah kan perutnya sakit, sama kayak Aira …” ah iya, lupa! Aku yang sekarang adalah seorang pria lemah. Kuajak Aira masuk rumah.Aku kini duduk di depan Aira, dia menggunakan alat-alat make up ibunya untuk merias wajah ini. Ah, Rani, tidakkah ada keinginan untukmu sembuh? Lihatlah aku yang menanggung semuanya sendiri. Meski keadaannya tidak parah tapi, Rani masih sering terbengong dan enggan bekerja. Terkadang juga tiba-tiba teriak histeris. Hal itulah yang membuatku memustuskan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 191

    POV AgamMengesampingkan segala resiko yang mungkin kuhadapi, aku memutuskan untuk datang menemui Dinta. Niat baik yang terpatri dalam hati, semoga mendapatkan rida dari Allah.Aku sengaja izin pada atasan. Beliau tidak keberatan karena selama ini memang aku tidak pernah bolos bekerja.Kali ini, aku akan memberikan hadiah yang tidak murahan untuk Dinta.Menempuh jarak ratusan kilometer untuk sampai di rumah mantan istriku. Melewati hutan lalu sampai di pusat kabupaten kemudian melanjutkan perjalanan kembali dengan melalui hutan pinus lagi.Sampai di pasar, aku berhenti, memakirkan kendaraan pada tempat yang dsediakan lalu menuju sebuah toko perhiasan.Ada debar bahagia dan sedih beradu menjadi satu. Seumur-umur, baru kali ini, dengan niat yang tulus hendak membelikan sebuah benda berharga untuk Dinta.Deretan toko pakaian sekaan melambai-lambai menyuruhku mampir. Apalagi bila yang kulihat adalah toko pakaian anak-anak. Dalam hati berk

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 192

    Sepeninggal bapak tua itu, aku masih termangu di atas kendaraan. Menatap jalanan aspal lurus di dapanku yang teduh oleh rimbunnya pohon di samping kiri jalan. Dengan berat hati, kulajukan motor juga menuju rumah Nia.Tidak kutemui bapak yang tadi. Karena beliau biasanya mengambil jalan pintas setapak agar lebih cepat sampai.Memasuki gang rumah Nia, sudah terlihat suasana yang ramai. Ada beberapa pedagang mainan yang mangkal di sekitar rumah. Sebuah panggung besar terlihat berdiri di halaman. Nyaliku kembali menciut. Kutepikan motor di halaman salah satu warga. Turun dengan dada berdebar-debar.Melangkah memasuki pengarangan Nia yang langsung berjalan melewati panggung, netra ini menyapu seluruh tempat. Lagi, ada rasa sakit dalam hati ini. Kuhembuskan napas secara perlahan. Berusaha menahan air mata agar tidak jatuh.Rumah Nia tidak terlalu ramai, namun tetap terlihat ada aktivitas di sana. Berkali-kali mencoba mencari kebradaan kedua anakku namun nihil.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 193

    “Apa Ayah punya uang untuk membeli ini?” Pertanyaan Dinta barusan menyentak hati ini kembali. Teringat lagi, dahulu kala, aku selalu mengatakan padanya bahwa aku tidak punya uang. Sebagai sebuah alasan agar dirinya tidak meminta banyak hal.“Punya. Ayah sekarang selalu punya uang. Jadi, mulai sekarang, jika Kakak menginginkan sesuatu, bilang sama Ayah,, ya?” Jawabku berbohong. Aku akan memperbaiki semua hal. Hubunganku dengan mereka harus lebih baik dari dulu. Di sisa umur, diriku ingin selalu ada di saat mereka membutuhkan. Semoga saja ada rezeki, bila memang suatu hari Dinta dan Danis benar-benar meminta sesuatu hal, semoga saat itu Allah memberikanku jalan rezeki.“Tidak usah, Ayah … Papa Irsya punya uang banyak,” ujar Danis polos. Ah, iya. Lagi-lagi aku lupa kalau mereka kini sudah memiliki seorang pelindung yang tidak kurang suatu apa pun.“Mas Agam …” suara panggilan itu, aku mengenalnya. Wanita

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 194

    Kaki ini melangkah gontai, saat tangisan Dinta belum juga reda. Sekali lagi, netra menatap dua buah hati yang terlihat terluka atas kejadian hari ini. Lagi, aku menjadi penyebab mereka menangis.Dalam hati berjanji, akan merengkuh sakitnya rindu dalam sepi dan sendiri. Karena nyatanya, hadirku selalu menciptakan tangis untuk dua makhluk yang sangat aku cintai.“Ayah …” masih terdengar teriakan Dinta memanggil, saat tubuh ini sudah bersiap di atas kendaraan. Aku menoleh, bayang tubuhnya mengabur karena air mata cukup menghalangi pandangan. “Hati-hati di jalan …” bukan rasa bahagia yang tercipta sebab diperhatikan oleh dia yang pernah aku sakiti, akan tetapi justru semakin sakit dan menyayat hati, sedikit perhatian yang diberikan olehnya itu.“Ayah … kapan-kapan main ke sini lagi,, ya?” Danis dengan polosnya berteriak. Tubuh kecilnya langsung diangkat sang kakek ke dalam gendongan. Aku hanya mengacungkan dua

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 195

    “Maaf Anti, bila memang acara diskusi kali ini akan berlangsung lama,sudikah bila, aku meminta segelas air putih? Karena tenggorokan ini sangat kering …” mengorbankan rasa malu, aku memberanikan diri untuk meminta sesuatu hal sangat dibutuhkan tubuh saat ini. Anti memandang ibunya. Muak rasanya, hanya segelas air saja, menunggu persetujuan dari sang ibu. Tak lama, Anti berdiri, masuk ke dapur dan kembali lagi dengan segelas air putih.Kuteguk habis, minuman tanpa rasa yang diberikan oleh dia, wanita yang masih menjadi istriku.“Jadi bagaimana Agam? Apakah kamu bersedia membiayai seluruh acara tujuh bulanan Anti sesuai yang kami inginkan?” bapak Anti kembali bertanya tanpa memberikan sikap ramah. Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya dengan pelan. Senyum tersungging dari bibir ini. Merasa mendapatkan sebuah ide untuk menjawab.“Sebelum saya menjawab pertanyaan, lebih tepatnya permintaan dari Bapak dan Ibu, izinkan sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status