Share

BAB 173

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mobil pun melaju dan berkendara selama hampir dua puluh menit. Setelah melewati stasiun kereta, perkampungan dan bahkan kebun-kebun luas yang tak terawat, mereka kini tiba di satu kampung yang tidak terlalu padat.

Ford Ranger yang Aliya dan Dean tumpangi berhenti di depan sebuah rumah panggung yang tidak terlalu besar. Tingginya hanya sekitar enam puluh senti dari permukaan tanah. Rumah panggung itu terlihat sangat sederhana, namun beraneka tanaman hias tertata cantik di samping kanan kiri kaki tangga.

“Kita ke siapa?” Aliya menoleh ke kanannya dan mendapati Dean yang mencabut kunci lalu membuka seat belt yang ia kenakan.

“Kita mampir ke orang-orang yang cukup penting untukku…”

“Oh..” Kening Aliya berkerut samar. ‘Ngga mungkin kan, Dean membawaku ke keluarganya?’ pikirnya sedikit cemas.

“Sebenarnya hari ini memang jadwalku mengunjungi mereka. Semula aku hendak minta ganti hari pa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 174

    “Duh punten pisan Kang Saip. Punten abdi nembe dongkap. Pun biang nuju teu damang,” (Maaf sekali Kang Saif. Maaf saya baru datang. Ibu saya lagi sakit) ujar seorang wanita berkerudung putih berusia sekitar tiga puluhan, ketika Dean telah selesai bersama anak-anak itu.“Teu sawios Teh. Abdi ge kaleresan aya priyogi deui, janten teu tiasa lami di dieu. Hapunten pisan janten ngawagel waktos teh Ani…” (Tidak apa-apa Teh. Saya juga kebetulan ada perlu lagi, jadi tidak bisa lama disini. Maaf sekali jadi mengganggu waktu Teh Ani) kata Dean pada wanita itu.Setelah Dean menyerahkan sebuah amplop dan menyampaikan beberapa hal pada wanita bernama Ani itu, ia lalu berpamitan. Anak-anak berhamburan keluar hanya untuk melambaikan tangan mereka pada Dean dan Aliya.Beberapa saat kemudian Dean dan Aliya telah berada dalam mobil mereka yang perlahan mulai menjauh dari rumah panggung tempat anak-anak itu berada.“Kenapa kau tidak bilan

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 175

    Mata Aliya membelalak. Tangannya mencengkeram kuat pada pegangan tangan di kiri atasnya. Meski ia sempat terhentak ke depan, tubuhnya tertahan oleh seat belt serta tangan kiri Dean yang menahan bahu Aliya.Begitu nyaris!Andai tadi Dean tidak membanting setir dan berbelok ke kanan, mungkin hantaman bola-bola api itu akan menghancurkan mobil yang mereka kendarai.Baru saja mulut Aliya terbuka hendak berkata, tiga bola api kembali menghantam jalur jalan mereka.“Aahh!!” Aliya menutup matanya kuat-kuat.Dean kembali membanting setir untuk menghindar. Pedal gas yang ia injak kian dalam, menyentak tubuh Aliya hingga punggungnya merapat erat dengan jok yang ia duduki.Kedua mata Aliya masih terpejam rapat. Jantungnya berdentam sangat kuat. Butiran keringat mulai membasahi keningnya.Sama sekali ia tidak berani membuka matanya untuk melihat apakah bola api tadi mengenai mobil ini atau tidak.‘Ya Tuhan! Ada apa in

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 176

    Di tengah padang rumput, empat ratus meter dari tempat Aliya disembunyikan, Dean berdiri tegap. Wajahnya yang tenang tidak bisa menyembunyikan sorot dingin yang terpancar dari tatapannya yang begitu tajam.Angin berhembus pelan, biji dandelion beterbangan di udara. Sayapnya yang selembut kapas, membuat biji dandelion itu terbang begitu jauh. Namun bertentangan dengan kelembutan itu, tampak kelebatan cepat muncul satu demi satu dengan membawa aura yang terasa berat.Kaki-kaki mereka menapak dan menjejak kuat rerumputan di bawahnya.Satu, dua, tiga hingga akhirnya tampak tujuh belas orang berdiri melingkari, mengepung Dean yang tetap berdiri dengan tenang. Desau angin meniup ringan kemeja flanel Dean yang tidak terkancing. Pun demikian dengan ke tujuh belas orang-orang itu. Dengan warna serupa, ujung pakaian mereka terayun.“Siapa kalian dan apa tujuan kalian menyerang saya?” Dean berkata pelan, namun getarannya sampai ke seluruh p

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 177

    “Kau datang, Einhard,” respon dari Dean yang tetap santai namun seluruh tubuh yang siaga.“Bagaimana Aliya? Di mana dia?” tanya sosok itu yang ternyata adalah Elang, dengan sedikit memiringkan kepalanya ke kiri.“Ada di tempat yang aman. Mereka tidak akan mendeteksinya, kecuali Aliya tanpa sadar mengeluarkan energinya,” sahut Dean pelan. “Saya sudah meminta ia tetap mengendalikan dirinya. Semoga saja ia tetap tenang,” lanjut Dean lagi.Selintas teringat oleh Dean yang meminta Aliya untuk mengatur pernapasannya. Hal yang sengaja Dean tekankan untuk dilakukan oleh Aliya, semata agar Aliya terfokus pada pengendalian dirinya dan tidak mengeluarkan energi miliknya tanpa sengaja.Sekali energi itu terpancar dari Aliya, maka orang-orang yang mengejar mereka akan tahu bahwa wanita yang mereka buru, ada di sini. Sembilan penyerang yang semula bergeletakan dan sebagian batuk darah, mulai bangkit perlahan

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 178

    Suasana padang rumput yang semula begitu tenang dan menyejukkan karena semilir angin sepoi-sepoi, telah berubah menjadi medan pertempuran antara Elang, Dean dan Agni melawan enam belas elemen api berbaju merah.Enam belas elemen api penyerang Elang dan kawan-kawan, terus menyerang tanpa henti, dengan kekuatan penuh. Namun Elang, Dean juga Agni tampak tidak kesulitan menghempas semua serangan mereka lalu menghantam balik mereka.“Ah sialan! Kalian bikin malu harkat martabat elemen api!”Agni menyerang musuhnya dengan beberapa kali umpatan. Meski terlihat tidak sekuat Dean dan Elang, namun Agni tidak bisa dikatakan berada pada level rendah.Ia bergerak lincah seolah tak terhentikan.Sementara Elang dan Dean sama-sama mematikan.Lima menit berikutnya.BRUUUAAGG!!Enam belas musuh mereka, para penyerang elemen api berbaju merah itu, terkapar seluruhnya.“Hah!” dengkus Agni. “Ga ada apa-apanya ka

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 179

    Entah sudah berapa lama Aliya menunggu dalam lubang yang dibuat oleh Dean untuk persembunyiannya itu. Ia dalam posisi duduk menekuk dan memeluk lututnya erat.Meskipun tubuhnya terasa hangat di dalam sini, rasa takut masih menderanya. Namun ia juga teringat pesan dari Dean yang memintanya untuk tetap tenang dan mengatur pernapasannya.Dalam segala ketidaktahuan diri Aliya tentang dunia ini --dunia elemen-- yang dapat ia lakukan hanyalah menuruti apa yang dikatakan oleh Dean. Seseorang yang ia anggap jauh lebih paham dan berpengalaman tentang ini semua.Semua doa ia panjatkan kuat-kuat dalam hati.Bayangan kedua orangtua dan ketiga adik-adiknya melintas cepat. Memohon agar semua baik-baik saja, karena ia masih belum menemui kedua orangtuanya untuk bersimpuh memohon maaf.“Mama.. Papa… Maafkan Aliya…” bisiknya lirih dengan mata yang telah bergenang. Ia tidak tahu, apakah ia akan masih bisa melihat kedua orangtuanya lagi deng

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 180

    Lounge sebuah hotel bintang lima. Seorang pemuda berjaket merah dan seorang pria muda yang mengenakan kemeja flanel dan kaos berwarna putih, tampak duduk di tengah ruang yang di dominasi warna cokelat, jingga, hitam dan emas. Mereka duduk di sofa vintage yang saling berhadapan. Sang pemuda tampak gelisah dan beberapa kali menengok ke arah pintu, sementara sang pria muda tampak lebih tenang dan duduk dengan sabar. Tak lama berselang, seorang pria muda lain datang dengan tangan menggenggam ponsel. Ia tampaknya baru mengakhiri sebuah panggilan. “Akhirnya lu dateng juga,” pemuda berjaket merah berkata. “Maaf, saya sedikit telat,” ujar pria yang baru datang. Ia lalu mengambil tempat di sofa kosong di antara kedua pria yang telah duduk sebelumnya. “Aliya?” Dean, pria muda yang mengenakan kemeja flanel itu bertanya pada pria yang baru saja datang. “Di kamar. Saya tidak membawanya kesini,” jawab pria itu, yang adalah Elang. “Kau akan memberitahunya setelah kita selesai di sini?” Dean

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 181

    “Oh God…” lirihnya, lalu tangan kanan mengacak rambutnya. “Sama… gue juga mimpi Moony di usia empat belas tahun…” Baik Dean dan Elang saling melempar pandang. Sesaat kening mereka berdua tampak berkerut, menunjukkan pikiran -pikiran yang tengah singgah di kepala mereka, bukanlah merupakan hal yang simpel. “Oke. Kita bertiga di sini sekarang. Kita bertiga, dengan elemen berbeda, memiliki mimpi yang sama di usia yang sama,” Dean melanjutkan setelah menarik napas panjang. “Apa saya boleh tahu, sejak kapan kalian menyadari memiliki kekuatan elemen?” “Setelah mimpi bertemu Aliya itu,” jawab Elang. “Ya, sama. Gue juga,” sahut Agni. Dean terdiam sesaat. “Bagaimana denganmu?” Elang bertanya. “Saya sedikit lebih awal. Sebelum mimpi itu,” jawab Dean pelan. “Baiklah. Kita lanjut.” Elang menatap dalam ke arah Dean. Ia menyadari kilatan suram yang tampak olehnya dari sorot mata Dean. Dan Dean tampak bergegas mengganti topik, seolah menghindari melanjutkan pembahasan tentang awal dia memili

Bab terbaru

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   Catatan Penulis

    Hai GoodReaders!! Akhirnya “Istri Ku Sang Ratu Bumi” telah sampai di penghujung cerita. Terima kasih banyak untuk seluruh GoodReaders yang dengan setia mengikuti kisah ini hingga akhir. Author mohon maaf jika pada tulisan yang GoodReaders baca dalam cerita ini, masih ditemukan banyak typo atau kata-kata rancu dan hal lain yang tanpa sadar Author lakukan. Author berharap GoodReaders dapat menikmati juga menyukai karya ini. Adakah kesan dan pesan kalian untuk Author? Would love to know it! Adakah tokoh favorit kalian? Aliya? Elang? Dean? Agni? Atau lainnya? Author dengan senang hati membaca kesan kalian dan pesan kalian untuk mereka :D Jangan lupakan untuk memberi review di luar buku ya… Bintang lima dari kalian akan menambah semangat author melanjutkan Session 2 buku ini. Sambil menunggu, kalian bisa buka karya on going Author dengan judul “Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan”. Love-love yang banyak untuk kalian semua! Sampai Jumpa di karya-karya Author lainnya…. Luv U!!

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 299

    Mereka semua telah menjadi bagian dari keluarga bagi Aliya. Keluarga kedua yang berbeda dunia. Dunia aneh penuh kejutan yang hidup berdampingan dengan manusia umumnya. Siapa yang pernah menyangka, ternyata sejak lama ada kehidupan seperti ini di tengah-tengah kehidupan normalnya dahulu? Kini tatapan Aliya membidik pada sang suami, Einhard Sovann Gauthier. Pria tampan yang tampak asyik mengajak putri mereka berbicara. Meski demikian, tak dapat dipungkiri, Aliya bisa merasakan sesuatu yang menekan kuat yang terpancar dari Elang. Meski pria tampan itu tengah bermain dengan bayi mungil, namun aura kekuasaan nan tenang dan terkendali, menyelimuti suaminya. Membuat siapapun tak kuasa menentang dan menghindari membuat masalah dengannya. Senyum di bibir Aliya kian merekah. Matanya berbinar menangkap pemandangan yang begitu menyejukkan hatinya itu. Fayza tampak tergelak ketika hidung Elang menyerbu perut mungil sang putri. Hatinya begitu damai melihat semua pemandangan yang ada di sekit

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 298

    “Sekali lagi aku minta maaf, Dean. Sungguh…”Dean menghela napas pelan. “Apa yang kau bicarakan, Al?”Ia terhenti karena teko yang dipanaskan Aliya telah berbunyi.“Biar aku saja,” katanya sembari berjalan mendekat untuk mematikan kompor lalu mengangkat teko dan menuangkannya ke dua cangkir dan empat gelas belimbing yang telah diisikan kopi dan gula oleh Aliya sebelumnya.Tangannya mengaduk telaten setiap gelasnya. “Jika kau berpikir kepergianku karena berada di dekatmu itu menyakitkan untukku dan untuk menjauh darimu, kau keliru Aliya.”“Aku pergi karena memang ada sesuatu yang harus kulakukan. Dan itu baru bisa kulakukan saat ini, ketika situasi di sini telah kondusif. Einhard seorang elemen yang kini berada di ambang Level Satu. Einhard seorang diri, sudah bisa menakuti semua elemen yang ada di sini saat ini, Al.”Dean selesai mengaduk dan meletakkan sendok ke bak cuci piring dan melanjutkan. “Sekalipun aku pergi, kita sekarang punya Nawidi yang seorang Level Dua Tingkat Tertinggi.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 297

    “Einhard, duduk di sini,” Dean beralih pada Elang yang berdiri di sebelah Aliya. Elang lalu menggamit pergelangan tangan Aliya dan menariknya untuk duduk di antara Dean dan Nawidi. Dengan patuh Aliya mengikuti suaminya dan membalas semua sapaan dari Agni dan teman-teman elemen lainnya dengan hangat. “Fayza di mana?” tanya Dean lagi setelah Elang dan Aliya duduk. “Kami tinggalkan di rumah dulu dengan bi Sumi dan Asih,” jawab Elang. Tangannya menerima sodoran jagung bakar dari Dean. “Thanks.” “Liebling, kau mau?” Elang mengoper jagung bakar itu ke Aliya. “Ngga, Liebe. Kau aja,” tolak Aliya. Ia melemparkan pandangan ke sekeliling, lalu beralih pada Dean. “Kau mau kemana? Pertanyaanku tadi belum di jawab.” Dean tersenyum. “Aku ada kerjaan di Botswana, Al.” “Apa?? Botswana? Afrika??” Mata Aliya membulat. “Jauh banget. Ada apa di sana?” “Emm… Kerjaan lama ku.” “Liebling, bisa tolong buatkan kopi untukku?” Elang menyentuh lengan istrinya itu. “Aku--” Tatapan Aliya beralih pada Elang

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 296

    “Gung, dulu gimana si cewek itu. Lu buang kemana?” “Ya kali, dia barang. Main buang-buang aja.” Agung meringis. Bukan karena luka di tangan kiri yang ia derita setelah latihan tadi. Namun karena mendengar pertanyaan Agni. “Kok baru nanya sekarang?” tanyanya dengan tangan yang sibuk mengulur kain kasa panjang untuk membalut luka-luka di sela tangannya. “Gue baru kepo, Gung. Asli, waktu itu gue eneg banget denger nama tu cewek. Baru kali ini gue agak legaan,” tukas Agni sambil membantu Agung menggunting kasa tersebut, merobek ujungnya lalu mengikatnya kuat. “Ish! Pelan-pelan, Ni.” “Jangan cengeng lu.” Agni mengoles antiseptik pada bekas luka lain di tangan kanan Agung. Meski tidak sedalam luka di tangan kiri, namun tetap saja menggambarkan betapa keras latihan yang baru saja ditempuh Agung. “Lain kali lu perhitungkan ritme serangan si bang Nawi, Gung. Dia punya pola sendiri dengan alter variasinya. Pas bagian lu, itu pola yang dia gunain waktu nyerang gue latihan kemaren,” tutur

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 295

    Angin semilir menghantarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Beberapa dedaunan kering berjatuhan perlahan menyentuh tanah di tepian kolam renang dengan pantulan kilau terik mentari di atas air. Gerakan tangan Elang membelah air dan mendorong kuat tubuhnya meluncur. Sudah lima balik ia menggunakan gaya kupu-kupu, setelah enam balik sebelumnya menggunakan gaya bebas untuk membawa dirinya menyentuh tepian kolam renang sekian kali. Elang berhenti di pinggir dan memutuskan menyudahi kegiatan berenangnya siang itu. Kedua lengannya bertumpu pada tepian dan setengah melompat, membawa tubuhnya keluar dari dalam kolam. Ia duduk di tepian sambil mengusap wajah untuk menyingkirkan bulir air yang membasahi wajah tampannya. Mata coklat tua itu menerawang, membawa ingatannya kembali pada percakapannya dengan Dean semalam. “Saat itu ayahmu melalui Hecate mencari juga wanita elemen bumi dan sempat menyangka ibuku adalah salah satunya. Dia sebenarnya bukanlah seorang elemen bumi, Hecate salah

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

DMCA.com Protection Status