Seperti yang sudah diduga, pagi-pagi sekali bahkan sebelum jam enam. Violet nampak tergesa-gesa ingin pergi. Ia pergi dengan diam-diam. Karna itu sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak menimbulkan suara.Dengan cepat ia akan membuka pintu tapi tiba-tiba, “Mau pergi ke mana kau di pagi buta seperti ini?!”Benar sekali. Rupanya Vladimir bahkan lebih dulu mengintai Violet. Karna dari awal ia sudah tau bahwa Violet pasti akan pergi pagi ini. Dan sudah pasti, Violet pun mulai menjadi tegang karna dengan jelas ia ketahuan oleh Vladimir.Vladimir kemudian mulai berjalan mendekati Violet sementara itu Violet hanya bisa mematung dengan wajah yang pucat. Entah apa yang akan dilakukan oleh Vladimir pada Violet, yang pasti kini wajah Vlaidimir nampak begitu murka.“Kau tidak bisa menjawab pertanyaan mudahku? Kenapa Violet? Kau takut padaku atau takut kekasihmu itu akan kecewa karna menunggumu?!” bentak Vladimir.Tapi entah apa yang ada dalam kepala Violet, kekuatan apa yang merasukinya sehingga t
Beruntung setelah kekacauan di jalanan, akhirnya Vladimir pun menemukan Violet. Di tepi sungai Themes, Violet berdiri mematung menatap sungai yang sedang ramai dilalui oleh kapal-kapal yang terus hilir mudik. Tak menyadari bahwa saat ini Vladimir berjalan menuju ke arahnya, Violet terus memandang dengan sedih.Sedangkan Vladimir yang merasa lega karna Violet baik- baik saja dan tidak pergi bersama Jhonatan, tanpa basa basi ia pun segera menarik tangan Violet dan membawa Violet ke dalam dekapannya. Awalnya Violet yang cukup terkejut dengan kehadiran Vladimir itu pun berusaha untuk melepaskan diri dari Vladimir.Tapi entah kenapa setelah mendengar degup jantung Vladimir yang beitu kencang, akhirnya Violet pun membiarkan dirinya berada dalam pelukkan Vladimir. Perlahan, rasa hangat pun mulai menyelimuti Violet. Dan ia pun membiarkan dirinya berada dalam pelukkan hangat Vladimir.“Terimakasih. Terimakasih kau bersedia tinggal untukku,” ucap Vladimir yang masih terus mendekap tubuh Violet.
“Kita akan pergi ke Paris besok. Jadi cepatlah berkemas sekarang!”“Apa? Kenapa tiba-tiba pergi ke Paris? Dan kenapa aku juga ikut pergi?”Pertanyaan Violet itu memang sungguh menjengkelkan. Bagaimana tidak? Ketika Vladimir berniat akan mengajaknya untuk menghabiskan waktu berdua atau kata lainnya bulan madu, ia justru sangat tidak peka dan mempertanyakan hal yang tidak penting.“Lalu apakah aku harus bulan madu sendirian begitu?!”Lalu dengan wajah bingung Violet kembali bertanya, “Ha?! Bu-bulan madu? Tapi...kita sudah menikah selama dua bulan.”“Ya, aku tau memang terlambat. Tapi apa salahnya jika aku berusaha mebahagiakan wanitaku?!”“Wanitaku? Istilah apa itu?!” batin Violet.Untungnya Violet adalah wanita kesayangan Vladimir. Jadi meski menyebalkan tapi tetap saja Vladimir hanya akan bereaksi ringan.“Baiklah, istriku sayang. Ayo bersiap karna kita akan pergi ke Paris besok.”Tapi bukannya segera berkemas, Violet justru dengan santainya duduk sembari menyalakan televisi. Jangan
Malam ini untuk pertama kalinya Vladimir dan Violet menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri yang sesungguhnya. Meski secara teknis bagi mereka berdua itu bukanlah pertama kalinya mereka melakukan hubungan di atas ranjang.Ya, tanpa sungkan Vladimir bahkan meluapkan seluruh hasratnya pada Violet. Malam yang begitu indah dan mereka tak akan pernah melupakan kisah pertama mereka malam ini.Lelah dengan semua kegiatan ranjang, tak ayal Vladimir dan juga Violet yang kelelahan itu pun tertidur. Dengan lelapnya Violet tertidur dalam pelukkan Vladimir. Bahkan Vladimir pun tak melepaskan Violet dari dirinya barang sedetikpun.Keesokkan paginya, Violet mulai menggeliat di bawah selimutnya. Seperti sebelumnya ia masih berusaha membiasakan diri dengan kehadiran Vladimir yang selalu mendekapnya ketika ia bangun tidur di pagi hari.Namun setelah apa yang mereka lakukan semalaman, entah kenapa pagi ini Violet merasa bahwa suaminya itu begitu mempesona. Ia pun terus memandangi wajah sang sua
Seketika suasana pun berubah menjadi canggung dan kaku. Jangan ditanya, sudah pasti Vladimir yang punya sifat gengsi yang sangat besar itu pun tidak akan mau meminta maaf terlebih dulu. Apalagi sampai saat ini pun ia masih merasa bahwa ia tidak bersalah.Tak punya pilihan maka lagi-lagi Violet yang harus bertindak agar kedua sahabat itu kembali berdamai. Setidaknya bagi Violet itu adalah suatu bentuk untuk membayar rasa bersalahnya pada Jhonatan.“Um...apakah ini rumahmu, Jhonatan? Kurasa kami sangat beruntung bertemu denganmu di saat darurat begini,” ucap Violet berusaha mencairkan suasana.Tapi ternyata Jhonatan hanya menanggapi semua itu dengan datar. Bahkan ia hanya tersenyum ringan dengan wajah yang terlihat tidak nyaman. Bayangkan saja. Dengan susah payah ia pergi karna tak sanggup melihat Violet bersama Vladimir. Tapi ternyata mereka berdua justru hadir di hadapannya begitu saja.“Oh ya, apa kalian mau teh panas? Kurasa udara akan semakin dingin karna hujan,” ucap Jhonatan yang
Keesokkan harinya Vladimir dan juga Violet memutuskan untuk kembali ke London. Ya, sebenarnya Violet yang memaksa untuk kembali. Selain karna tujuannya datang ke Bilbury sudah terlaksana, pekerjaan Vladimir pun sudah sangat menumpuk.Apalagi kepergian Jhonatan yang tentu saja membuat banyak hal juga ikut berantakkan. Dari Bilbury, mereka tidak langsung pulang ke rumah. Karna Vladimir bersikeras membawa Violet ke sebuah tempat yang bagi Vladimir adalah tempat yang sangat penting.“Memangnya kita mau ke mana?” tanya Violet dengan bingung.“Ke suatu tempat yang sangat penting dalam hidupku. Dan aku ingin kau juga menjadi bagian penting di sana,” jawab Vladimir seraya menggenggam tangan Violet.Tak lama akhirnya mobil yang mereka naiki berhenti di tempat yang Vladimir maksud. Tapi Violet masih tidak mengerti karna ternyata itu adalah sebuah kompleks pemakaman. Dan terpampang sebuah tulisan dengan cat emas yang berbunyi, “Kompleks Pemakaman Keluarga Travor.”Entah apa yang ada dalam kepala
Tuan Robert kemudian mencoba kembali memeriksa artikel yang dibawa oleh Jhonatan. Melihat inisial nama dari reporter yang menulis artikel itu, seketika Tuan Robert pun memerintahkan sekertarisnya untuk memanggil reporter itu ke ruangan Tuan Robert.Ya, apalagi kalau bukan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Bagaimanapun juga, Tuan Robert tidak kalau sampai perusahaannya harus dalam masalah karna seorang reporter baru yang membuat ulah dengan Travor group.Jhonatan masih duduk di hadapan Tuan Robert hingga ketika seorang masuk ke ruangan itu. Jangan tanya. Tanpa basa basi Tuan Robert langsung menghardik orang itu habis-habisan.“Apa yang kau lakukan, Ginger?! Kau mau membuat perusahaanku gulung tikar hah?!”Tapi dengan santainya orang yang dipanggil Ginger itu pun berkata, “Apa yang kulakukan, Pak? Bukankah kau bilang tugasku adalah mencari berita yang sensasional?”Mendengar suara dari sosok yang kini berdiri di belakangnya itu, seketika membuat Jhonatan tersentak. Bukan tanpa
Pada akhirnya Jhonatan pun mengetuk pintu unit nomor 70 itu. Tak hanya sekali, Jhonatan harus beberapa kali mengetuk pintu itu agar sang penghuni segera membuka pintu. Tapi bukan karna tidak mendengar ketukkan pintu Jhonatan, penghuni unit 70 yang tidak lain adalah Ginger Morent itu sebenarnya sudah tau jika ia kedatangan tamu.Bahkan saat ini ia pun telah berdiri di balik pintu. Namun seperti yang tadi terjadi pada Jhonatan, Ginger pun seolah merasa hatinya begitu berat sehingga ia tidak kunjung membukakan pintu. Tapi karna Jhonatan terus mengetuk pintu bahkan semakin keras, maka mau tidak mau Ginger harus membukannya atau ia akan dimaki oleh para tetangga.“Apa maumu?! Kenapa kau datang?!” ketus Ginger.“Kita harus bicara.” Ucap Jhonatan singkat.“Lain kali saja. Aku sangat lelah dan tidak ingin bicara dengan siapapun!”Tak hanya ucapan ketus, Ginger bahkan mengusir Jhonatan dengan menutup pintu begitu saja. Tapi sebelum ia berhasil menutup pintu, Jhonatan lebih dulu menahan pintu i
Setelah seharian bertugas Jhonatan masih menyempatkan untuk memeriksa kondisi kedai kopi miliknya. Dan seperti biasa di sanalah Jhonatan dan Ginger bisa bertemu dan menghabiskan waktu mereka berdua di tengah kesibukkan pekerjaan.Walau hanya sekedar minum kopi bersama sembari mempersiapkan jadwal pekerjaan untuk besok, tapi bagi mereka itu adalah waktu yang sangat penting untuk melanggengkan hubungan mereka. Ya, meski nyatanya mereka berdua belum juga berniat untuk menikah.“Apa kau sudah tau tentang akan datangnya senior kaum bangsawan yang sudah lama meninggalkan London?” tanya Ginger sembari menyeruput kopinya.Jhonatan pun mengangguk ringan lalu menjawab, “Ya. Tuan Wiliam Audrey. Dan kurasa kehadirannya adalah sebuah pertanyaan yang besar.”“Ha?! Memangnya kenapa? Apa kau mengenalnya?” tanya Ginger yang heran dengan pendapat sang kekasih.“Tidak juga. Tapi dulu, ayahku pernah bercerita bahwa William Audrey dan Tuan Besar Travor adalah sahabat. Dan ia justru pergi di saat keluarga
“Paman Wiliam? Kenapa tiba-tiba ke London?” tanya Vladimir pada Jhonatan.“Aku juga tidak tau. Yang pasti, orangku mengatakan bahwa tujuan utama Tuan Audrey adalah Travor Corp.”“Tidak masalah. Lagipula dia adalah sahabat ayahku.”“Apa kau yakin? Bahkan Delecour pun dulunya adalah sahabat Tuan Besar Travor.”Seketika Vladimir pun menatap heran pada Jhonatan. Karna ucapan Jhonatan jelas mengisyaratkan bahwa Vladimir harus berhati-hati pada sosok Wiliam Audrey. Dan seolah Jhonatan merasa tidak percaya pada Wiliam Audrey.“Apa maksudmu? Kau berpikir bahwa paman Wiliam punya niat buruk padaku?” tanya Vladimir tanpa basa-basi.“Aku tidak bisa memastikan itu, tapi kehadirannya yang begitu tiba-tiba bagiku terkesan sangat aneh.”Ya, Vladimir mengakui bahwa apa yang dipikirkan oleh Jhonatan memang masuk akal. Namun ia tidak bisa merespon apapun kali ini karna memang ia tidak bisa sembarangan menuduh seseorang tanpa adanya bukti jelas.“Ya, kau memang ada benarnya. Tapi sebaiknya kita bahas ma
Sementara itu di kantornya, Vladimir nampak sibuk dengan pekerjaannya. Ya, sejak kembalinya Violet ia memang menjadi lebih serius dalam bekerja. Bukan hanya karna perusahaan yang terancam berpindah tangan, tapi juga karna semangat hidupnya telah kembali seteleh ia bertekat untuk kembali mendapatkan keluarganya.Tak disangka, saat itu ada seseorang yang sedang mengamatinya dari balik kaca pintu ruangannya. Hingga akhirnya orang itu pun mengetuk pintu ruangan kantor Vladimir. Dan sangat mengejutkan karna ternyata dia adalah Jhonatan.Ya, Vladimir memang cukup heran dengan kehadiran sang mantan ajudannya itu. Tapi ia juga sangat senang karna setelah bertahun-tahun akhirnya Jhonatan kembali menginjakkan kakinya di ruangan sang CEO pemilik perusahaan Travor. Karna itu artinya, kini hati Jhonatan mulai luluh dan memaafkan Vladimir.“Aku senang setidaknya kau mulai kembali seperti dirimu.” Ungkap Jhonatan tanpa basa-basi.Dengan sumringah Vladimir pun berkata, “Aku juga senang kahirnya kau m
Sebanranya Violet tak ingin menerima bantuan dari Vladimir. Tapi ia juga tau ia pasti akan mati membeku jika membiarkan dirinya dalam keadaan basah semalaman. Apalagi hujan yang semakin deras dan sudah pasti mereka baru bisa bergerak setelah pagi. Maka terpaksa akhirnya Violet pun menerima jaket milik Vladimir untuk ia pakai.“Berbaliklah! Jangan mengambil kesempatan karna ruang terbatas!” ketus Violet.Meski merasa konyol tapi Vladimir pun berbalik membelakangi Violet yang sedang mengganti bajunya. Sementara itu ia sendiri pun melepas kaos yang ia pakai dan mengeringkannya di dekat perapian.Dalam hati Vladimir berkata, “Dia tetap saja konyol. Apa dia lupa kalau aku bahkan sudah melihat setiap jengkal dari tubuhnya?”Setelah nya mereka pun menghangatkan diri dengan duduk di dekat perapian. Violet terus menjulurkan tangannya di dekat api sambil sesekali menggosokkan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan dingin di tubuhnya.Sedangkan Vladimir, ia justru nampak termenung menatap h
Violet lantas benar-benar pergi meninggalkan Vladimir yang masih berdiri mematung menatap Violet. Namun dengan sangat kesal akhirnya Violet pun masuk ke dalam tendanya.“Mungkin aku memang tidak layak mendapatkan cinta dari siapapun. Tapi tidak pernah kuberikan cintaku pada siapapun selain dirimu.” Batin Vladimir.Setelah seharian semua orang disibukkan dengan semua persiapan, akhirnya mereka pun makan siang bersama. Keakraban sangat terasa di antara semua orang meski mereka berasal dari dua perusahaan yang berbeda.Tentu saja semua itu bisa terjadi berkat ide Violet yang akhirnya berhasil membuat karyawan dari kedua perusahaan menjadi satu.Setelah acara makan siang usai, akhirnya Violet pun mengumumkan dan dan memberi arahan tentang fungame yang akan dimulai besok pagi. Pada semua peserta Violet selalu mengingatkan agar mereka saling menjaga dan bekerja sama terutama dalam satu tim.Kemudian, Eric pun tampil sebagai ketua panitia pelaksana. Dengan lugas ia memberikan arahan dan pand
“Ha?! Apa maksudmu dengan amal bakti perusahaan?!” ucap Violet yang sedikit bingung dengan sepupunya yang tidak lain adalah Eric.Lalu dengan santainya Eric pun menjelaskan, “Well. Anggap saja itu seperti memberi para karyawan waktu untuk bersenang-senang. Menjamin otak mereka tetap waras adalah kewajiban perusahaan.”“Maksudmu kau ingin semua karyawan berlibur begitu?”“Kurang lebih seperti itu tapi kurasa harus lebih bermakna.”“Kenapa dari tadi kau terus saja berbelit-belit?! Jelaskan dengan rinci!”Ya. Karna sudah lama sekali Delecour Corp tidak memberikan trip untuk para pekerja, maka Eric mempunyai ide untuk melakukan amal bakti perusahaan. Pada dasarnya para karyawan memang akan melakukan trip tapi mereka juga akan melakukan fun game bersama.Bukan tanpa alasan. Eric berpendapat selain memberikan penyegaran pada mental para karyawan, dengan adanya fun game maka pemilik perusahaan juga akan mengetahui sejauh mana kekompakkan para karyawan. Dan sudah pasti semua itu akan berpenga
Dengan wajah kusut Vladimir memilih duduk di sudut kedai. Dan ketika seorang pramusaji yang tidak lain adalah pegawai Jhonatan datang menghampiri Vladimir, Vladimir pun memesan secangkir kopi expreso kental.“Apa kau punya biji kopi Mexico?” tanya Vladimir.Dengan ramah pramusaji itu pun menjawab, “Ya, tuan. Kau mau expreso dengan biji kopi Mexiko?”Vladimir lalu mengangguk hingga kemudian sang pramusaji pun mulai menulis pesanan Vladimir. Tak lama, kopi pesanan Vladimir pun datang dengan uap yang mengepul dan aroma yang sangat nikmat. Ya, sebenarnya sudah lama Vladimir tidak minum kopi. Bisa dibilang sejak Violet pergi Vladimir bahkan lebih sering minum alkohol.Hingga tengah malam Vladimir masih duduk di sana. Namun yang ia lakukan lebih banyak hanya menatap cangkir kopi miliknya di atas meja dan hanya sesekali menyeruput kopinya.Suasana kedai mulai sepi meski kedai milik Jhonatan terus buka hingga 24 jam. Ya, dan hanya beberapa orang yang bekerja malam yang biasanya singgah untuk
Violet pun kembali ke ruangannya kemudian mulai menangis di sana. Antara benci dan rasa sayang yang masih ada di dalam hati kini justru membuat Violet mulai mengalami pertarungan dalam dirinya. Namun pada akhirnya trauma akibat ulah Vladimir dulu kembali menyadarkan Violet betapa bencinya ia.Hasrat untuk membalas dendam pun kini kembali membara dalam diri Violet. “Aku membencimu, Vlad! Aku bersumpah aku tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi padaku dan keluargaku!”Keesokkan harinya seperti biasa Eric kembali datang menemui Violet. Tapi kali ini Violet sudah boleh utnuk pulang karna kondisinya sudah pulih. Beberapa hari tidak bisa bertemu dengan Violet akhirnya kni Kevin bisa bertemu sang ibu.Bersama Eric, Kevin kecil namapak riang bertemu dengan ibunya. Ia segera menghambur memeluk Violet dan Violet pun langsung menciumi wajah sang putra yang juga sangat ia rindukan.“Ibu, apa ibu sudah tidak sakit lagi sekarang?” tanya Kevin dengan polosnya.“Tentu saja. Ibu tidak suka sak
Sejak mendengar kabar mengenai Vladimir, entah kenapa selama seharian ini Violet justru tidak bisa tenang. Bahkan malam ini ia tak kunjung bisa terlelap meski ia telah berusaha memejamkan matanya untuk tidur.“Apa benar kondisinya separah itu? Tapi...suara yang kudengar saat itu, apakah itu dia?” guman Violet.Namun akhirnya Violet segera menutup wajahnya dengan selimut dan berusaha untuk tidak peduli dengan Vladimir. Ia berusaha untuk kembali membangun benteng pertahanan dalam hatinya agar tidak mudah mengasihani orang yang ia anggap sebagai musuh keluarganya.Sayangnya, meski sekuat apapun Violet mencoba tapi tetap saja otaknya tidak bisa berhenti memikirkan Vladimir. Dan tentu saja hal itu justru membuat Violet menjadi kesal sendiri. Bahkan ia pun mulai menjadi serba salah karna hati dan juga isi kepalanya yang bertentangan.Sudah jam dua dini hari tapi Violet masih dalam keadaannya yang galau itu. Dan akhirnya ia pun tidak bisa menahan dirinya. Diam-diam akhirnya Violet pun pergi