Share

Istri Konglomerat yang Dicampakkan
Istri Konglomerat yang Dicampakkan
Penulis: Dama Mei

Bab 1 Bercerai

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 14:16:15

"Mari kita bercerai, Gina!" 

Gina mematung—tak bisa berkata-kata mendengar sang suami berkata dengan santai di balik meja kerjanya. 

Wijaya bahkan tak peduli sama sekali dengan keberadaan Gina. 

Terang-terangan, pria yang menikahi Gina 10 tahun lalu itu–mencium tangan gadis muda yang wajahnya familiar di televisi swasta. 

Tangan Gina mengepal. Dia tak menyangka suaminya tanpa malu mempertontonkan perselingkuhan ini.

Belum berhenti di sana, pengacara Wijaya kini menyerahkan sebuah berkas pada Gina.

"Apa maksud semua ini? Kenapa tiba-tiba kita bercerai?" ucap Gina pada akhirnya. 

Wijaya sontak tersenyum miring. "Aku ingin menikahi Andrea," jawabnya enteng.

"Jika ingin menikah, silahkan kalian menikah." Gina juga menyahut santai–mencoba menunjukkan dirinya baik-baik saja.

Tidak masalah jika memang suaminya itu menikahi selingkuhannya ini. Dengan status istri pertama, kedudukan Gina masih jauh lebih tinggi. Setidaknya, sang anak juga memiliki posisi aman sebagai pewaris Wijaya. Toh, pernikahan mereka atas dasar perjodohan untuk mempertahankan kekayaan dua keluarga. 

Sayangnya, ucapan Gina membuat Wijaya tersenyum kecut. 

Sambil menggeleng, pria itu berkata pongah, "Tidak bisa, Gina. Andrea ingin menjadi satu-satunya ratu di hatiku."

Gina spontan melirik Andrea, yang masih berdiri pongah di samping Wijaya. Bahkan, gadis muda itu membalas tatapan Gina dengan tatapan menantang. Sangat jauh berbeda dengan imej polos-nya yang selalu dia tampilkan di televisi. 

Meskipun ekspresi Gina tampak datar, dalam hati rasanya ingin sekali mencabik seluruh wajah penuh kelicikan dari perempuan itu.

"Bagaimana jika aku menolak?" tanya Gina spontan. 

Wijaya sontak berdiri. Wajah pria itu tampak kesal menatap Gina. 

"Tidak bisa! Kau lihat pengacaraku itu? Dia Annie, pengacara andal yang akan mengusirmu! Jadi, jangan pernah berpikir untuk melawanku."

Wijaya lantas menunjuk sosok pengacara tadi yang seketika mengangguk sebagai bentuk perkenalan dirinya pada Gina. 

Melihat itu, Gina memejamkan matanya.

Kini, tidak ada yang bisa Gina lakukan, selain hanya menganga lebar. 

Dia tidak percaya jika sang suami telah mempersiapkan segalanya sedemikian rapi.

"Satu lagi, Gina. Sean–anak kita–ikut bersamaku," tukas Wijaya.

Ketenangan yang coba Gina pertahankan sontak terusik setelah mendengar nama anaknya disebut. Dengan wajah memerah, ia berjalan mantap mendekat ke arah Wijaya.

"Jangan berani memisahkan aku dari Sean!" bentak Gina mendadak.

"Atau apa?" tantang Wijaya, "Apa yang bisa kau perbuat?" 

Pria itu tertawa mengejek, diikuti dua perempuan di belakangnya, seakan ucapan Gina adalah lelucon bagi mereka.

Namun, Gina bertahan. Dengan tegas, wanita satu anak itu berkata lantang, "Aku ibu kandungnya. Kamu tidak bisa memisahkan aku dari Sean!" 

"Gina … Gina …." Wijaya menyentuh dagu Gina. "Kamu selalu cantik saat marah."

Gina sontak menepis tangan Wijaya. Tapi, pria itu justru makin tertawa melihat respon Gina.

"Jangan buat segalanya rumit, Gina. Aku menyuruhmu pergi dari sini, sebelum aku kehabisan kesabaran," ucap Wijaya dengan sisa tawa hinaan di bibirnya.

"Biarkan Sean ikut denganku!" pinta Gina melotot tajam ke arah Wijaya. 

Segera, Gina memutar badan–hendak berlari keluar demi mencari sang anak.

Sayangnya, pengacara Wijaya segera menghentikan langkah Gina. 

"Segalanya akan rumit bagimu, jika kamu melawan." 

"Rumit? Tidak masalah, asalkan aku bisa bersama Sean!" Gina tetap teguh dengan pendiriannya.

Brak! 

Wijaya tiba-tiba menggebrak meja kerjanya dengan tatapan murka ke arah Gina. 

Dia berjalan cepat, mencengkram kedua pipi Gina. "Gina Sayang, kenapa kamu tidak pernah menurut padaku?" gumamnya.

Sekuat tenaga Gina melepaskan cengkeraman Wijaya di pipinya. Namun dia tidak bisa. 

Rasa perih menjalar di pipinya. Dia yakin itu akan menimbulkan bekas kemerahan nyeri, tetapi Gina tak peduli. Satu hal yang ada di pikirannya adalah menemukan sang anak segera. 

"Dengar, kamu harus pergi dari sini!" Wijaya tiba-tiba berteriak, "Apa kamu tidak paham posisimu, hah? Kamu sudah tidak diinginkan!"

Wijaya bahkan mulai mencekik leher Gina. 

Annie sedikit terkejut melihat tragedi itu, tapi dia segera menormalkan ekspresinya. Perempuan itu tidak ingin terlibat. Sedangkan Andrea, wanita itu justru memekik senang melihat penderitaan Gina.

"Pergi dari sini sebelum aku kehilangan kesabaranku," ancam Wijaya, berbisik tepat di telinga Gina. "Aku bisa membunuh Sean, jika kamu menolak pergi!"

Mulut Gina mulai memegap-megap–berusaha keras mencari cara agar ada celah kosong di tenggorokannya agar oksigen bisa masuk. 

Wajah Gina mulai membiru. Hal itu membuat panik Annie. Dia tidak ingin kliennya membuat masalah. 

“Pak Wijaya!” 

Seruan pengacara Wijaya itu sontak membuat cengkraman Wijaya lepas dari Gina, hingga wanita itu tersungkur sambil memegangi lehernya yang lebam. 

Wijaya seketika sadar atas emosi yang menguasai dirinya.

Dengan cepat, dia memerintahkan asistennya untuk segera menyeret tubuh Gina pergi dari ruang kerjanya.

Gina sendiri sudah lemas. 

Dia tidak punya banyak tenaga untuk melawan, dan hanya bisa terwakili oleh air matanya yang kian membanjir membayangkan sosok Sean sang anak. 

Layaknya barang lusuh tak berguna, tubuh Gina dilemparkan ke teras rumah dan rumah yang tadinya menjadi istana bagi Gina.

"Sean…! " Gina makin menjerit. 

Membayangkan wajah polos Sean yang selalu berbinar saat memandangnya, Gina sontak merasa lemas. 

Ia tak bisa dan tak ingin hidup tanpa anaknya. 

Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.

Dengan sehelai pakaian yang menempel di tubuhnya, Gina akhirnya keluar secara tertatih dari rumah pria konglomerat yang dijodohkan dengannya dulu. 

Sayangnya, langkah Gina berhenti saat dirinya mendengar teriakan Sean dari dalam rumah. Anaknya yang pendiam itu, bahkan seakan menjerit.

"Mama! Mama! Jangan tinggalkan Sean!"

Gina sontak memutar arah–hendak kembali masuk meski dia kini sudah berada di luar gerbang rumah besar itu. Namun, satpam rumah itu bergegas menguncinya–melarang Gina untuk masuk.

"Biarkan aku masuk!!" teriak Gina segera mendobrak pagar.

Namun, satpam rumah yang biasanya menurut padanya, hanya memandang Gina penuh penyesalan.

Gina semakin menangis setelah mendengar setiap teriakan Sean yang memanggilnya.

Dia juga dapat mendengar teriakan Andrea–perempuan iblis itu–membentak anaknya….

Anehnya, suara Sean perlahan menghilang dan tergantikan oleh keheningan yang mencekam.

Satpam yang tadi melarangnya masuk, tampak panik membuka pagar. 

Sontak Gina panik dan buru-buru mendatangi satpam itu.

"Ada apa? Apa yang terjadi?!" 

Mendengar pertanyaan Gina, wajah satpam itu justru semakin memucat. 

Dia tidak berani memandang wajah mantan atasannya itu.

Suara sebuah mobil meluncur keluar menuju gerbang menarik atensi Gina, hingga ia  buru-buru sembunyi. 

Dari balik persembunyiannya, Gina bisa melihat minibus mewah milik Wijaya keluar dengan sangat cepat..

"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!!!" Gina mengguncang bahu si satpam.

"M-maafkan saya, Nyonya."

"Jawab!!"

"Tuan Sean ... T-Tuan Sean jatuh dari tangga." 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
suami konglo seenaknya ceraikan istri hanya utk nikah dengan daun muda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 2 Tragedi

    “Maaf, putra Anda meninggal.”Sekuat tenaga Gina berusaha membekap mulutnya sendiri, demi meredam suara tangisannya yang kian keras. Di balik dinding, Gina bisa mendengar vonis sang dokter terhadap Sean. Dunia Gina seketika runtuh setelah mendengarnya, bahkan untuk sekedar berdiri pun dia tak sanggup. Gina berdoa dalam hati, semoga dia bisa segera bangun dari mimpi ini.Sementara Wijaya, tetap berdiri kokoh di tempatnya. Meski kini dia bak patung yang kaku, tetapi bola matanya tampak bergetar dan otaknya berusaha mencerna segala ucapan yang baru saja diucapkan dokter.“Tuan … “ Annie berusaha memastikan Wijaya tetap baik-baik saja meski berita meninggalnya Sean tentu mengguncang klien pentingnya itu.“Brengsek!!!” Wijaya tiba-tiba menerjang tubuh Annie, mendorong ke dinding di belakang.Melihat itu, Andrea dan asisten Wijaya tampak berusaha memisahkan keduanya. Beruntung, Wijaya mempekerjakan asisten tangguh. Jadi, wanita itu bisa diandalkan di saat genting seperti ini.Sementara

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 3 Orang-Orang Berhati Iblis

    Rekaman CCTV yang diberikan asisten kepercayaan Wijaya itu membuat Gina bergidik ngeri.Bagaimana bisa anaknya yang berusia 6 tahun itu diseret paksa oleh Andrea tanpa belas kasihan? Padahal, anaknya itu hanya ingin menemui Gina!Yang paling mengerikan adalah tindakan Annie–sosok pengacara yang sedang naik daun itu. Dia melotot dan mengancam Sean untuk segera masuk. Berulang kali, wanita itu membentak “anak dari klien pentingnya”. Namun, Annie tak berhasil membuat Sean berubah pikiran.Di satu titik, perempuan itu terlihat begitu marah, hingga melepas tangan Sean mendadak. Anak lelaki itu spontan jatuh ke depan karena tak bisa menjaga keseimbangan. Sean berguling maju jatuh dari atas ketinggian tangga di depan rumah besar kediaman Wijaya. Anaknya berguling tak berdaya dan terluka parah!Dan Wijaya …. Meski pria itu marah pada Annie, tetapi itu hanya sebentar saja.Begitu Annie mengingatkannya tentang poin di surat warisan mengenai kematian Sean, pria itu terdiam. Wijaya langsung pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 4 Balas Dendam

    Melihat pelukan penuh tangis itu, Emma bergerak cepat. Dia juga mempersilahkan Leo, ayah Gina, untuk masuk ke dalam kamar hotel sebelum ada mata-mata Wijaya yang melihat.“Apa yang terjadi, Gina? Kenapa segalanya jadi seperti ini?” tuntut Leo.Mata pria yang terkenal tegas itu terlihat sembab. Tampak, bahwa dia pun begitu sedih atas nasib putri dan cucunya.Melihat itu, Gina sontak menggeleng putus asa. “Ini semua salahku karena tidak memperjuangkan Sean.”“Kenapa Wijaya tiba-tiba menikah dengan artis itu? Bukankah kalian belum bercerai?” Kini, giliran Eli yang bertanya.“Dia sudah menceraikanku.” jawab Gina lesu.“Kurang ajar!” umpat Leo, “Berani-beraninya dia mencampakkan anak dan cucuku.”Leo mulai mengambil ponselnya, hendak menghubungi seseorang. Namun, Gina buru-buru merebut ponsel itu.“Papa, kumohon … ” Gina menggeleng. Meskipun sudah tidur seharian, nada suara Gina tetap menunjukkan depresi. “Biar Gina yang menyelesaikan semuanya,” lanjut Gina.“Apa yang akan kamu lakukan,

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 5 Sebuah Rencana

    Deg!Meski terkejut, Fiona dengan cepat menormalkan diri. Sudah sepantasnya mereka menanyakan hal ini.Tersenyum tipis sambil menundukkan pandangannya, Fiona kemudian berbicara, “Nyonya Ajeng … saya pernah bekerja dua tahun untuk merawat ayah beliau yang sempat terkena stroke.”Damian terlihat mengangguk dan mengelus bagian belakang kepalanya–tampak kikuk. Sebenarnya, pria itu terpesona dengan kecantikan Gina yang sedang menyamar jadi Fiona ini. Namun, “Fiona” masih belum menyadari itu.Dia justru merasa Damian begitu lucu.‘Bagaimana orang sekejam Annie memiliki suami seperti ini?’ Fiona membatin sebelum sadar bahwa sudah terlalu lama keduanya terdiam di ruangan itu.“Saya harus mulai dari mana, Tuan Damian?” ujar Fiona pada akhirnya karena sejak tadi Damian tak bersuara. “Oh, iya,” Damian menegakkan duduknya. “Kamu wajib memasak untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Tapi kalau Annie pulang telat, kamu harus menyiapkan makanan yang siap dihangatkan untuknya. Dan segala keperl

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 6 Dimulai

    “Oh iya, kamu Fiona Gage? Bagaimana Ajeng bisa kenal denganmu?” tanya Damian.Fiona tersenyum tipis, menundukkan pandangannya. “Saya pernah bekerja dua tahun untuk merawat ayah Nyonya Ajeng yang sempat terkena stroke,”Damian manggut-manggut. Dia mengelus bagian belakang kepalanya, tampak kikuk dengan pesona Fiona yang luar biasa cantik. “Saya harus mulai dari mana, Tuan Damian?” ujar Fiona, karena sejak tadi Damian tak bersuara. Mungkin dia ingin mencairkan suasana yang canggung antara mereka berdua.“Oh, iya,” Damian menegakkan posisi. "Mari kita masuk dulu ke dalam rumah,"Dengan isyarat tangan, Damian mempersilakan Fiona untuk masuk ke dalam rumah. Pandangan Fiona mengitari setiap sudut rumah Annie, yang meskipun membutuhkan bantuan orang lain untuk mengurus rumah, nyatanya rumah itu sangatlah rapi."Kamu pasti tahu, istriku sangatlah sibuk," ujar Damian. "Dan aku hanyalah suami yang menganggur di sini," Damian justru merendahkan dirinya sendiri di depan Fiona.Lewat ekor matanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 7 Menghancurkan

    "Aku seperti pernah bertemu denganmu, ya?" tanya Annie curiga.Fiona berusaha untuk tetap tegar. Dia berdiri kokoh, tak ingin merasa terintimidasi oleh wanita berhati iblis ini."Mungkin Bu Annie pernah melihat saya di rumah Bu Ajeng?" tebak Fiona, bersikap datar.Annie masih memicingkan mata menatapnya. Tapi dia detik kemudian, ketegangan itu mencair. Annie mengangguk, dan tampak setuju.'Hampir saja,' batik Gina, dengan setitik eluh dingin yang turun dari keningnya.***“Fiona?” tegur Annie, ketika Fiona sudah mulai menyiapkan sarapan di jam 5 pagi. Fiona yang tak paham dengan kebiasaan Annie, tentu setengah terjerembab kaget saat mendengar seseorang tiba-tiba memanggilnya. Setahu Fiona, baru dia saja yang bangun sepagi ini. Namun ketika dia memutar tubuh ke belakang, dan mendapati Annie yang bersandar di meja island sambil meminum segelas air putih, Fiona menghela nafas lega.“Kamu kenapa sudah bangun sepagi ini?”“Saya menyiapkan sarapan, Bu.”Lirikannya dingin ke arah Fiona. “Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 8 Selangkah Lebih Maju

    "Selamat siang, Pak Damian," sapa Fiona, setelah dia pulang dari makam Sean siang ini."Kamu dari mana saja?" tanya Damian penasaran.Fiona menunduk. "Saya sedang menyelesaikan beberapa urusan, Pak. Sebentar lagi makan siang akan saya siapkan.""Tidak perlu," sambar Damian. "Aku sudah memesan makan siang hari ini."Fiona melebarkan mata, cukup terkejut. "Temani aku makan siang," pinta Damian tiba-tiba.Meski cukup terkejut, namun Fiona tak bergeming. Dalam hati dia hanya tidak menyangka jika Damian bisa sefrontal itu padanya.Ajakan Damian untuk makan siang bersama, untuk pertama kali, setelah Fiona bekerja dan tinggal di rumah Damian selama dua minggu, merupakan aksi paling nekat yang sedetik setelahnya disesali Damian. Apalagi ketika respon Fiona tampak dingin, membuat Damian ingin menarik kata-katanya kembali.“Maaf, Pak Damian … “ Fiona memotong ucapannya. “Terima kasih atas ajakannya,” Dia berjalan perlahan, duduk di kursi di depan Damian tanpa banyak bersuara.Kini ganti Damian

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 9 Pertikaian

    Mata Annie sudah diliputi kilauan kemarahan. “Kamu, mulai sekarang nggak usah dekat-dekat sama Sita lagi!” ancam Annie. “Kamu juga, kalau sampai ngomong yang aneh-aneh ke teman-temanmu soal keluarga kita, Mama bakal hukum kamu!”“Ngomong aneh apa sih, Ma? Tasya kan cuman bilang kalau di rumah ada pembantu baru, makanya sekarang Tasya jarang telat dianter Papa. Apa salahnya, sih, Ma?” protes Tasya.Batin Annie bergejolak mendengar pembelaan dari anak tunggalnya itu. Namun egonya yang sangat tinggi enggan untuk merendah. Dia harus selalu tampak menang di depan semua orang, apalagi anaknya.“Pokoknya, sekali lagi kamu ngomong yang aneh-aneh, Mama bakal cut uang jajanmu!” ancam Annie sekali lagi, lalu menyuruh Tasya balik ke kamarnya.Sekarang giliran Fiona. Wanita muda itu diam di pojokan dapur, tak berani bergerak setelah kesalahan fatalnya yang tiba-tiba keluar untuk membuang sampah. Dia tahu Annie akan muntab padanya, maka sebelum hal itu terjadi, Fiona sudah bersiap-siap membangun ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24

Bab terbaru

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 160 Kebahagiaan Selamanya

    "Miss Gina?" Sari ternganga lebar, ketika dia membuka pintu depan dan sosok Gina sudah berdiri di sana dengan senyuman manis.Sari spontan memeluk Gina dan tangisnya pecah. "Ibu sangat merindukanmu, Gina! Kemana saja kamu setahun ini?"Gina balas memeluk Sari. Dia tidak bicara apapun, hanya tersenyum lega karena ternyata dia masih diterima cukup hangat di dalam keluarga Damian.Tasya muncul, dengan wajahnya yang kaget luar biasa. Tak menyangka Gina akan datang kembali ke rumahnya."Tasya, gimana kabarmu?" tegur Gina ramah.Tasya masih menganga, dengan mata mengerjap beberapa kali. "T-Tante Gina?" ucapnya terbata-bata. Gina berjalan mendekat. Lalu mendekap gadis yang kini tidak begitu kecil itu."Kamu sudah tambah besar, ya. Miss kangen sama Tasya," ucap Gina dalam dekapannya.Tidak ada reaksi yang keluar dari bibir Tasya. Tapi dia tidak menolak saat Gina memeluk erat tubuhnya. Yang dia lakukan hanya bergantian memandang Damian dan Sari, yang terus tersenyum haru."Tante Gina … " pang

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 159 Kesempatan Terakhir

    "Terima kasih sudah mengantarku, Dam," tukas Annie saat mobil Damian berhenti tepat di depan pintu masuk kantornya.Damian mengangguk. "Ibu sangat senang menjaga Sean, jadi kamu fokus saja pada kerjaanmu,"Annie tersipu senang. Seakan mereka berdua masih sebagai sepasang suami istri yang bahagia, apalagi dari perlakuan Damian padanya yang sangat sopan."Apakah kamu akan pulang telat hari ini?" tanya Annie. Tampak ragu untuk bicara, tapi dorongan di dalam dirinya kelewat kuat untuk bisa dicegah. "Maukah pulang bersama?" ajaknya.Damian hening beberapa detik. Untuk kemudian mengangguk. "Akan kuusahakan pulang cepat,"Annie berseru bahagia dalam hati. Sangat senang karena Damian menyambut baik segala usahanya untuk kembali dekat itu. Dia berusaha menampik kenyataan, bahwa Damian sedang tidak baik-baik saja.Dia tahu, Damian dan Gina batal menikah. Tapi Annie ingin menuruti egonya sendiri kali ini, karena dia tidak ingin kehilangan Damian untuk kedua kalinya.Sore harinya, Damian benar-be

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 158 Mimpi Buruk

    Hati Damian terasa amat nyeri, mendengar perkataan secara sepihak itu dari Gina. Bahkan ketika dia mencoba untuk menelan ludah, seperti ada yang mengganjal. Sesuatu yang sangat menyakitkan hingga membuat suaranya tercekat."Aku tidak ingin menjadi trauma untuk Tasya," lanjut Gina, sangat nekat meski suaranya sudah bergetar menahan tangis. "Dia adalah darah dagingmu. Sudah menjadi bagian dalam kehidupanmu. Mengabaikan pendapatnya dalam setiap keputusanmu, akan membuatnya trauma di masa depan,"Damian masih tidak menjawab. Hanya bola matanya yang terus bergetar. Kemudian pelan-pelan Gina melepaskan cincin berlian di jari manisnya, pemberian Damian. Dia serahkan kembali cincin itu, ke dalam genggaman tangan Damian yang terasa amat dingin."Aku menyayangimu, aku juga menyayangi Tasya. Tapi kebahagiaan kalian berdua bukanlah aku," isak Gina. "Aku tidak ingin menjadi mimpi buruk Tasya. Karena setiap kali melihatnya, selalu mengingatkanku akan Sean. Aku ingin menjadi kenangan manis untuknya

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 157 Mengejar Kebahagiaan

    Wijaya berulang kali mencuri pandang pada Gina yang duduk di samping kemudi mobilnya. Tampak wanita cantik itu terisak pelan, dengan kepala yang terus menghadap keluar jendela mobil.Wijaya ingin bertanya, tapi lidahnya kelu hingga menahan hasratnya untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Dia tahu, Gina sedang terluka. Gina melihat dan mendengar dengan inderanya sendiri, bagaimana sang calon suami bercengkerama dengan si mantan istri."Gina? Sudah sampai," tukas Wijaya, ketika mobilnya berhenti di depan pintu masuk rumah Gina.Bahkan wanita itu juga tidak menyadari jika Wijaya sempat bertukar sapa dengan satpam rumahnya sebelum mobil itu masuk."Terimakasih, Jay," ucapnya pelan."Atas apa?""Karena mengantarku pulang," timpal Gina, dengan wajah lesu.Wijaya hanya diam, terus memandangi Gina dengan tatapan iba. Dia selalu memiliki titik lembut tersendiri di dalam hatinya, hanya untuk Gina.Lantas Gina–dengan gerakan lambat keluar dari dalam mobil Wijaya. Tanpa mengucapkan apapun lagi, w

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 156 Mempertahankan Hubungan

    Gina mengangguk. Lalu mereka berdua kembali kikuk berhadapan satu sama lain. Tak ada kata yang sanggup keluar dari bibir masing-masing, karena ada kesalahpahaman yang muncul di dalam otak Gina dan Damian. "Damian," panggil Rudi, yang baru saja tiba. Kemudian dia cukup terkejut melihat Gina, namun berusaha untuk hanya fokus pada Damian.Damian menyahut dengan senyuman. Sementara Rudi–beserta Irene, masih berdiri di depan Damian dengan ekspresi tegang. Tampak ada sesuatu yang mengganjal."Dam, maafkan Papa dan Mama," tukas Rudi tiba-tiba. Hingga membuat siapa saja yang ada di sana terkejut. "Papa dan Mama selama ini selalu bersikap tak adil padamu," lanjutnya.Bahkan Damian hingga tergagap karena tak menyangka akan mendapatkan ucapan maaf dari Rudi. "Papa … " Annie berkaca-kaca melihat sikap papanya. Dia tanpa sadar berjalan mendekati Damian dan Rudi. "Kenapa Pak Rudi … " Damian kehabisan kata-kata. Bahkan untuk sekedar tersenyum dan memandang Rudi pun dia tak sanggup. Semuanya sungg

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 155 Salah Paham

    “Jay?” panggil Gina.Wijaya hanya menautkan alis sebagai respon.“Bagaimana kamu tahu aku diculik disana?” tanya Gina.Wijaya lalu duduk lebih santai, menikmati perjalanan karena Emma pun juga mengemudi dengan kecepatan sedang.“Aku datang ke sekolah untuk mengajakmu pulang bersama. Tapi kamu malah naik mobil bersama seorang pria asing,” jelas Wijaya. “Kukira itu Damian, tapi aku hafal dengan mobilnya. Jadi aku bisa simpulkan bahwa itu bukan Damina,”“Lalu?” Gina sudah tidak sabar.“Aku membuntuti dari belakang. Saat sadar mobil itu masuk ke jalan yang sempit dan sepi, aku langsung menghubungi Emma,” lanjut Wijaya.“Tuan meminta saya menghubungi polisi. Jadi saya bersama polisi datang. Tapi kami tidak langsung menyergap, karena Tuan ingin mengatur strategi agar semuanya bisa tertangkap,” timpal Emma cukup detail. “Saya juga tidak menyangka, Steve yang menjadi dalang dibalik penculikan ini,” Dia menunduk, merasa menyesal juga bersalah. “Kenapa dia tiba-tiba menculik Nyonya?”Gina angka

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 154 Memikirkan Diri Sendiri

    Dengan cepat Steve membuka lakban yang menutup mulut Gina. Membuat Gina meringis merasakan rekatan kuat itu ditarik paksa dari kulitnya.“Kamu terlalu meremehkanku, Gina. Kamu pikir, selama ini aku hanya diam dan menontonmu terus melakukan hal-hal licik,” ujar Steve.Gina balas menatapnya dengan perasaan tenang. “Apa kamu sadar perbuatanmu ini hanya akan makin merugikanmu? Kamu lupa siapa aku?”Plak!Tiba-tiba Steve menampar pipi Gina sekerasnya. Ada kilatan murka di kedua matanya yang menyala.“Kamu kira, kamulah pusat dunia? Kamulah penguasa dunia ini?” bentak Steve. “Jangan lupakan statusmu yang hanya seorang janda, Gina Duran. Seberapa kaya dirimu, kamu hanyalah janda menyedihkan di mata semua orang,” olok Steve, lalu tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.Gina tidak menanggapi. Selain karena tubuhnya masih terikat, dia juga tidak ingin menggunakan banyak tenaganya hanya untuk meladeni bualan Steve.Tiba-tiba Steve mencengkeram pipi Gina. “Aku akan menghancurkan hidupmu. Setidak

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 153 Bahaya Datang

    “Masuk!” seru Steve, ketika pintu ruang kerjanya diketuk.Brak!Annie mendobrak pintu cukup keras, dan masuk dengan langkah tegap ke dalam ruang kerja Steve.Steve yang saat itu sedang fokus pada lembar dokumen di depannya, hanya bisa terbelalak. Namun untungnya sang perawat buru-buru menutup pintu kembali, agar pasien tidak dapat melihat keributan itu.“An, ada apa?” tanya Steve heran. “Kamu sadar nggak, kamu sedang marah-marah di rumah sakit?”“Aku tidak peduli!” sentak Annie. Dia kemudian melempar dokumen-dokumen tentang Steve yang telah dikumpulkan Nina untuknya.“Sudah berapa kali kubilang padamu? Jangan coba-coba membodohiku!” maki Annie. “Kamu sengaja mendekatiku, mempertahankan Sean, karena kamu ingin menyelamatkan reputasi dan klinik pribadimu, kan?”Steve tidak mau membuka dokumen itu, karena sadar jika dia sudah tertangkap basah. Yang bisa dia lakukan kini adalah berusaha menenangkan Annie.“An, tenang dulu. Akan kujelaskan semuanya,” pinta Steve, berusaha meraih tubuh Anni

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 152 Dipaksa Berpisah

    “Silahkan Bu Gina,” Rudi mempersilahkan dengan sikapnya yang terus saja pongah.Gina menegakkan posisi duduknya. Dengan mata lebih tajam, dia melipat kedua tangan di atas meja demi saling berhadapan dengan lebih fokus pada Rudi Evan.“Apakah Anda tahu, bagaimana anak saya bisa meninggal?” tanya Gina.“Kenapa Anda … ““Jawab saja, Pak Rudi,” potong Gina. “Apakah Anda tahu, siapa yang menyebabkan anak saya meninggal?”Nafas Rudi tercekat. “J-jadi Anda mengancam saya?”Gina menggeleng. “Saya tidak pernah mengancam siapapun, selama orang itu tidak mengusik saya. Tapi mencampuri urusan pribadi saya, sudah menjadi hal yang tidak akan saya biarkan begitu saja,” terang Gina. “Sepertinya Anda harus tahu tentang itu,”“Jika Damian tahu Sean anak kandungnya, bukankah dia menyesal sudah berpisah dengan Annie?”“Siapa yang meminta mereka berpisah, Pak Rudi? Bukankah, anda sendiri?”Sekali lagi Rudi tercekat. Tidak m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status