Share

BAB 93 - Terungkap

Penulis: R.D. Skypigeon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-08 17:00:05

Bambang melangkah masuk ke rumah dengan hati berdebar. Keringat dingin membasahi dahinya saat ia melihat Novita dan Raditya sudah menunggu di ruang keluarga.

"Aku pulang," sapa Bambang, berusaha terdengar normal.

"Halo, Papa!" Raditya menjawab dengan riang, sementara Novita hanya mengangguk singkat.

"Duduklah, Bang," ujar Novita, gesturnya menunjukkan ada hal serius yang ingin dibicarakan.

Bambang menelan ludah, duduk di sofa berhadapan dengan istrinya. "Ada apa, Sayang? Apa ada masalah?"

Novita mengambil napas dalam sebelum berbicara, "Begini, Bang. Tadi siang aku dapat telepon dari sekolah Radit."

Bambang mengernyitkan dahi, "Ada apa dengan Radit?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 94 - Luka

    Suasana rumah keluarga Bambang terasa mencekam malam itu. Novita duduk terdiam di ruang keluarga, matanya menerawang jauh. Air mata sudah berhenti mengalir, namun jejak-jejaknya masih terlihat jelas di pipinya.Bambang, dengan langkah ragu, menghampiri istrinya. "Sayang..." panggilnya pelan.Novita tidak menjawab, bahkan tidak menoleh. Matanya tetap terpaku pada satu titik di dinding."Novita, maafkan aku," Bambang berlutut di hadapan Novita, berusaha meraih tangannya. "Aku benar-benar minta maaf."Novita menarik tangannya, menghindari sentuhan Bambang. "Maaf?" akhirnya ia bersuara, nadanya dingin. "Kau pikir maaf cukup, Bang?"Bambang menunduk, "Aku tahu ini berat untukmu. Tapi kumohon, bicaralah padaku."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 95 - Pagi yang Menyesakkan (1)

    Pagi itu, mentari perlahan merangkak naik, menyinari kediaman keluarga Baskara. Namun, kehangatan sinarnya tak mampu menembus atmosfer dingin yang menyelimuti rumah itu.Novita sudah bangun sejak subuh, matanya sembab akibat tangisan semalam. Ia duduk termenung di meja makan, tangannya bergerak mekanis mengoles selai ke atas roti tawar.Semalam, ketika mereka berbaring di tempat tidur, Bambang berusaha memeluk Novita. Namun, wanita itu dengan cepat membalikkan badan, memunggungi suaminya.Bambang hanya bisa menghela napas panjang, menyadari bahwa luka yang ia torehkan tak akan sembuh dalam semalam.Suara langkah kaki kecil terdengar menuruni tangga. Raditya, dengan wajah polosnya, menghampiri Novita yang masih sibuk dengan rotinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 96 - Pagi yang Menyesakkan (2)

    Sementara itu, Jelita yang masih berada di kamarnya, bisa merasakan ketegangan yang terjadi di bawah. Air matanya mengalir tanpa suara, menyesali keadaan yang telah ia timbulkan. Ia ingin turun, ingin menjelaskan, tapi tubuhnya masih terlalu lemah untuk bergerak.Setengah jam kemudian, suara mobil Novita terdengar meninggalkan halaman rumah. Bambang berdiri di depan jendela, memandangi mobil yang membawa istri dan anaknya itu menjauh. Hatinya terasa hancur, menyadari betapa rumit situasi yang harus ia hadapi.Dengan langkah berat, Bambang menaiki tangga menuju kamar Jelita. Ia harus memastikan kondisi istri keduanya itu sebelum berangkat ke kantor. Namun setiap langkahnya terasa berat, mengingat tatapan terluka Novita tadi pagi.Saat membuka pintu kamar Jelita, Bambang mendapati wanita itu sedang terisak pelan di te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 97 - Beban Kebahagiaan (1)

    "Selamat, Pak Bambang dan Bu Jelita. Kandungan Ibu sudah memasuki usia 5 minggu," ujar Dokter Amelia dengan senyum hangat.Jelita dan Bambang saling berpandangan. Ada campuran perasaan bahagia dan cemas yang terpancar dari mata mereka."Bagaimana perkembangan janinnya, Dok?" tanya Bambang, suaranya sedikit bergetar."Sejauh ini perkembangannya normal," jawab Dokter Amelia sambil menunjukkan hasil USG. "Lihat ini, ukurannya sekitar 5 milimeter, seperti biji wijen. Tapi jangan khawatir, ini normal untuk usia kehamilan 5 minggu."Jelita menggenggam tangan Bambang erat, matanya berkaca-kaca menatap layar USG. "Itu... itu anak kita, Bang," bisiknya pelan.Bambang mengangguk, tak mampu berkata-kata. Perasaannya campur aduk. Di satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 98 - Beban Kebahagiaan (2)

    Sisa perjalanan mereka lalui dalam keheningan. Bambang sibuk memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan situasi ini pada Novita dan Raditya. Sementara Jelita, tangannya tak lepas dari perutnya, seolah ingin melindungi kehidupan kecil yang baru tumbuh di sana.Ketika mobil memasuki halaman rumah, Bambang melihat mobil Novita terparkir di sana. Ia menghela napas panjang, menyadari bahwa ia harus segera menghadapi kenyataan."Jelita," ujar Bambang sebelum mereka turun dari mobil. "Biarkan aku yang bicara dengan Novita nanti, ya? Kau istirahatlah dulu di kamarmu."Jelita mengangguk patuh. "Baik, Bang. Tapi... kalau Mbak Novita ingin bicara denganku, aku siap."Bambang tersenyum lemah, "Terima kasih, Jelita. Kau sangat pengertian."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 99 - Pengorbanan Terakhir

    Setelah pertengkaran hebat di ruang tamu, suasana rumah menjadi sunyi dan mencekam. Bambang mengurung diri di ruang kerjanya, sementara Jelita duduk termenung di kamarnya. Novita, yang tadinya mengunci diri di kamar, akhirnya keluar dengan wajah yang sulit dibaca.Dengan langkah mantap, Novita mengetuk pintu kamar Jelita. "Jelita, bisa kita bicara sebentar?" pintanya dengan nada datar.Jelita, yang masih terkejut dengan kedatangan Novita, hanya bisa mengangguk dan membuka pintu lebih lebar. "Silakan masuk, Mbak," ujarnya lirih.Novita masuk ke dalam kamar dan menutup pintu di belakangnya. Ia memandang sekeliling kamar yang ditempati Jelita selama ini, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara."Jelita, aku ingin kau pulang ke rumah orang tuamu," ucap Novita

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 100 - Kepergian Jelita

    Malam semakin larut, namun Bambang masih terjaga. Pikirannya berkecamuk, memikirkan pertengkaran hebat yang baru saja terjadi di rumahnya. Ia merasa bersalah telah membuat kedua istrinya terluka, tapi di sisi lain, ia juga merasa frustrasi dengan situasi yang seolah tak ada jalan keluarnya. Setelah beberapa jam mengurung diri di ruang kerja, Bambang memutuskan untuk berbicara dengan Jelita. Ia ingin memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja setelah pertengkaran tadi. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju kamar Jelita. Bambang mengetuk pintu kamar Jelita perlahan. "Jelita, ini aku. Boleh aku masuk?" tanyanya dengan suara lembut. Tak ada jawaban. Bambang mengetuk sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras. "Jelita?" panggilnya lagi. Masih tak ada jawaban. Khawatir terjadi sesuatu, Bambang akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pemandangan di hadapannya. Jelita sedang sibuk mengemasi barang-barangnya ke dalam sebuah koper bes

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 101 - Kembali ke Rumah Orang Tua

    Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika Jelita melangkah pelan menuruni tangga, menyeret kopernya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.Bambang mengikuti di belakangnya, membawa tas lain milik Jelita. Mereka berusaha tidak membangunkan Novita dan Raditya yang masih terlelap.Sesampainya di lantai bawah, mereka bertemu dengan Bi Inah yang sedang menyapu teras. Melihat Jelita dengan koper besarnya, wajah Bi Inah langsung berubah pucat."Non Jelita mau ke mana?" tanya Bi Inah dengan suara bergetar.Jelita tersenyum lemah, "Bi, saya mau pulang ke rumah orang tuaku untuk sementara waktu."Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Bi Inah. "Tapi kenapa, Non? Apa ada masalah?"Jelita menggeleng pelan, "Tidak ada apa-apa, Bi. Aku hanya ingin istirahat sejenak di rumah orang tua. Aku ingin didampingi oleh ibuku saat kehamilan anak keduaku ini."Bi Inah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Ia terisak pelan, "Non Jelita jangan pergi. Nanti siapa yang akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 139 - Epilog

    Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut hari kepulangan Raditya dari rumah sakit. Kediaman Baskara yang biasanya tenang kini dipenuhi kesibukan. Bi Inah sejak subuh sudah berkutat di dapur, menyiapkan bubur ayam special dan sup jagung kesukaan Radit. Aroma masakan menguar memenuhi setiap sudut rumah, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Tak lupa, Jelita juga sudah menyiapkan pancake kesukaan Radit. Jelita mondar-mandir merapikan kamar Radit untuk yang kesekian kalinya, memastikan semuanya sempurna untuk kepulangan putra sulungnya. Ayu yang baru bangun tidur menggeliat dalam gendongannya, tangan mungilnya menggapai-gapai udara kosong. "Sebentar ya, Sayang," Jelita mencium pipi tembem putrinya. "Kakak Radit sebentar lagi pulang." Pak Abdul yang sejak tadi berdiri di teras depan akhirnya berseru, "Mobilnya sudah masuk halaman!" Jelita merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu-tunggu - bukan hanya kepulangan Radit dari rumah sakit, tapi

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 138 - Penyatuan Hati

    Suasana di ruang ICU malam itu semakin hangat dengan kedatangan Ayah dan Ibu Novita. Roni yang baru saja tiba langsung menghampiri ranjang tempat cucunya berbaring. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi kekhawatiran melihat kondisi Raditya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Roni dengan suara bergetar, tangannya menggenggam tangan Radit yang masih terpasang selang infus.Novita, yang berdiri di samping ayahnya, mengusap air mata sebelum menjelaskan, "Radit mengalami pendarahan internal, Yah. Dia butuh transfusi darah darurat..." Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Jelita yang masih menggendong Ayu. "Dan... dan Jelita yang menyelamatkannya."Roni mengangkat wajahnya, menatap sosok yang selama ini ia tentang kehadirannya karena takut jika ia merebut Raditya. Jelita berdiri dengan tenang, sesekali menimang Ayu yang mulai mengantuk dalam gendongannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Roni kali ini - sebuah pengakuan tak terucap atas kemuliaan hati per

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 137 - Ikatan Darah

    Malam semakin larut di rumah sakit kota. Suara langkah tergesa terdengar di koridor ICU, diiringi tangisan bayi yang sesekali pecah."Jelita!" Ibu Jelita bergegas menghampiri putrinya yang baru keluar dari ruang ICU. Di gendongannya, Ayu menggeliat tak nyaman, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. "Bagaimana keadaan Radit?""Masih koma, Bu," Jelita mengusap air matanya. "Tapi dokter bilang transfusi darahnya berhasil."Ayah Jelita yang berjalan di belakang mereka mengedarkan pandangan, mendapati Bambang dan Novita berdiri tak jauh dari situ. Ada ketegangan sesaat di udara, sebelum akhirnya Novita melangkah maju."Hendra, Ratna," sapanya dengan suara bergetar. "Terima kasih sudah datang.""Bagaimana tidak datang?" Ibu Jelita menjawab lembut. "Raditya tetap cucu kami."Ayu yang berada dalam gendongan Ibu Jelita mulai rewel, tangannya menggapai-gapai ke arah Jelita."Sini, Sayang," Jelita mengambil alih Ayu, menimangnya pelan. "Anak Ibu jangan nangis ya..."Bambang menatap putri kec

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 136 - Setetes Darah

    "Hubungi Jelita." Suara Novita terdengar lantang meskipun ia sedang lemah.Bambang mengangguk. Ia segera menelepon Jelita untuk memberi tahu kabar tentang Raditya.“Halo, Jel.” Suara Bambang terdengar serak.“Ya, Bang? Ada apa? Kenapa suaranya terdengar serak? Abang sakit?” Suara Jelita terdengar kebingungan.“Raditya… Radit kecelakaan, Jel.” Suara Bambang tersenggal oleh tangisnya.“Apa? Bagaimana bisa? Kondisinya bagaimana?” Jelita terdengar khawatir.“Sekarang masih koma. Cepatlah datang ke rumah sakit pusat kota. Kumohon.” Suara Bambang memohon.“Baik, Bang. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.” Jelita segera bergegas dan bersiap. Ibunya yang tampak bingung bertanya mengapa Jelita sangat terburu-buru. Jelita hanya menjelaskan sekilas bahwa Raditya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dirinya.“Bu, aku titip Ayu. Nanti aku akan telepon Ibu untuk mengabarkan kondisi Raditya.” Ujar Jelita sambil mengenakan sepatu.“Baiklah, Nak. Hati-hati di jalan. Segera kabari Ibu dan Ayah.” ucap

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 135 - Detik-detik yang Mengubah Segalanya

    Siang itu, langit Jakarta tampak mendung. Novita melirik jam tangannya sambil menyandarkan tubuh pada mobil yang ia parkir di seberang sekolah TK Raditya. Sudah hampir pukul sebelas, sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Hari ini ia memutuskan untuk menjemput Raditya sendiri, memberikan kejutan untuk putra kesayangannya itu."Pak Abdul sedang tidak enak badan, tapi nggak apa-apa," gumamnya pada diri sendiri. "Sekali-sekali aku yang jemput Radit sendirian."Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring. Para orang tua yang sudah menunggu di depan gerbang mulai bersiap menyambut anak-anak mereka. Satu per satu, murid-murid TK itu berhamburan keluar dengan tas ransel kecil mereka."Mama!" suara familiar itu membuat Novita menoleh.Di sana, Raditya berdiri di depan gerba

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 134 - Rindu Harus Dipendam

    Sore itu, Jelita duduk di teras rumahnya sambil memandangi Ayu yang tertidur pulas di box bayi dan menikmati secangkir teh. Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali Bambang menginjakkan kaki di rumah ini. Meski demikian, setiap awal bulan, rekening Jelita selalu terisi dengan nominal yang bahkan lebih besar dari biasanya.Tiba-tiba teleponnya berdering. Muncul nama Bi Inah di layarnya. Jelita segera mengangkat telepon dari Bi Inah."Non," Suara Bi Inah terdengar di ujung sana. "Apa kabar? Non Jelita dan Non Ayu sehat kan?."Jelita tersenyum lemah. "Alhamdulillah sehat, Bi. Bi Inah ada kabar baru dari Radit?"Bi Inah berbicara sambil mengirimkan beberapa foto terbaru. "Ini Non, kemarin Tuan Radit ikut lomba mewarnai di sekolahnya. Dapat juara dua."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 133 - Rahasia Jelita

    Malam semakin larut di kediaman keluarga Jelita. Ayu sudah tertidur pulas setelah mendapatkan ASI-nya. Faris sudah pamit pulang sejam yang lalu, meski dengan berat hati dan berulang kali menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Di ruang keluarga yang temaram, Ibu Jelita duduk di samping putrinya yang masih tampak gelisah."Jelita," panggil Ibu Jelita lembut. "Sebenarnya ada apa? Ibu tahu ada yang kamu sembunyikan dari kami."Jelita menggeleng pelan, matanya masih sembab. "Mungkin hanya salah paham, Bu.""Feeling seorang ibu tidak pernah salah, Nak," Ibu Jelita menggenggam tangan putrinya. "Ibu lihat caramu memandang Raditya setiap kali Ibu berkunjung ke rumah Mbak Novita. Ada kerinduan yang dalam di matamu. Dan tadi, Mbak Novita marah-marah seperti itu... pasti ada sesuatu yang tidak Ibu ketahui."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 132 - Janji

    Setelah memarkir mobil di garasi rumahnya, Bambang menghela napas panjang. Ia tahu, perdebatan dengan Novita belum selesai. Benar saja, begitu memasuki ruang keluarga, istrinya langsung menghempaskan diri di sofa dan menatapnya dengan mata yang masih menyala-nyala."Kamu tahu apa yang paling menyakitkan, Bang?" Novita memulai dengan suara bergetar. "Bukan karena kamu sering ke sana. Bukan karena kamu memanjakan mereka dengan berbagai barang. Tapi karena kamu merasa perlu berbohong padaku."Bambang duduk di sofa single di hadapan Novita, mengusap wajahnya yang letih. "Nov, aku...""Setiap kali kamu bilang ada meeting di luar kantor, sebenarnya kamu ke sana kan?" potong Novita. "Kenapa harus bohong? Apa karena kamu tahu yang kamu lakukan itu berlebihan?""Aku membawakan me

  • Istri Kedua yang Tersakiti    BAB 131 - Bara Api

    Suasana semakin mencekam di depan rumah Jelita. Beberapa tetangga mulai bermunculan dari rumah mereka, berbisik-bisik menyaksikan drama yang tengah berlangsung. Pak Karyo, tetangga sebelah, bahkan sudah berdiri di depan pagarnya dengan wajah prihatin."Novita, sudah cukup!" Bambang akhirnya membentak, sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada istrinya selama belasan tahun pernikahan mereka. "Kita pulang sekarang!""Kau berani membentakku sekarang?" Novita tertawa getir, matanya masih menatap tajam ke arah Jelita yang berdiri gemetar di belakang Faris. "Demi perempuan ini?"Ayah Jelita, melangkah maju. "Mbak Novita, saya mohon... ini bukan tempat yang tepat untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tetangga-tetangga sudah mulai berkumpul.""Biar saja!" Novita menjerit histeris. "Biar semua orang tahu kalau anak kalian adalah perusak rumah tangga orang!""Cukup!" kali ini Ibu Jelita yang angkat bicara, suaranya bergetar menahan amarah. "Mbak No

DMCA.com Protection Status