Home / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 101 - Kembali ke Rumah Orang Tua

Share

BAB 101 - Kembali ke Rumah Orang Tua

last update Last Updated: 2024-10-12 17:00:34

Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika Jelita melangkah pelan menuruni tangga, menyeret kopernya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Bambang mengikuti di belakangnya, membawa tas lain milik Jelita. Mereka berusaha tidak membangunkan Novita dan Raditya yang masih terlelap.

Sesampainya di lantai bawah, mereka bertemu dengan Bi Inah yang sedang menyapu teras. Melihat Jelita dengan koper besarnya, wajah Bi Inah langsung berubah pucat.

"Non Jelita mau ke mana?" tanya Bi Inah dengan suara bergetar.

Jelita tersenyum lemah, "Bi, saya mau pulang ke rumah orang tuaku untuk sementara waktu."

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Bi Inah. "Tapi kenapa, Non? Apa ada masalah?"

Jelita menggeleng pelan, "Tidak ada apa-apa, Bi. Aku hanya ingin istirahat sejenak di rumah orang tua. Aku ingin didampingi oleh ibuku saat kehamilan anak keduaku ini."

Bi Inah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Ia terisak pelan, "Non Jelita jangan pergi. Nanti siapa yang akan m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 102 - Pertanyaan (1)

    "Jelita, ayo masuk dulu, Nak. Kita bicara di dalam," ujar ibu Jelita sambil membuka pintu rumah lebih lebar.Jelita mengangguk pelan, lalu berbalik sejenak untuk melambai pada Bambang yang masih berdiri di samping mobilnya. Bambang membalas lambaian itu dengan senyum sedih, sebelum akhirnya masuk ke mobil dan perlahan menjauh dari rumah mertuanya.Begitu masuk ke dalam rumah, ibu Jelita langsung membawa putrinya ke ruang keluarga. Ayah Jelita yang baru saja keluar dari kamar, terkejut melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba."Lho, Jelita? Kenapa tiba-tiba pulang?" tanya ayahnya heran.Jelita duduk di sofa, sementara kedua orang tuanya mengambil posisi di hadapannya. Selama beberapa saat, ruangan itu dipenuhi keheningan yang canggung.Jelita menunduk, memainkan jari-jarinya dengan gelisah, sementara kedua orang tuanya saling bertukar pandang penuh tanya."Jelita, sayang," ibunya akhirnya memecah keheningan, "ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba pulang

    Last Updated : 2024-10-13
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 103 - Pertanyaan (2)

    Ibunya menghela napas panjang. Ia tahu putrinya sedang menyembunyikan sesuatu, tapi ia juga tahu bahwa memaksa Jelita untuk bicara hanya akan membuatnya semakin menutup diri."Baiklah, Jelita," ujar ibunya akhirnya. "Jika itu yang kamu mau, kami akan senang sekali menemanimu selama masa kehamilanmu. Tapi ingat, kami selalu ada di sini jika kamu ingin bicara, oke?"Jelita mengangguk, merasa lega sekaligus bersalah. Lega karena orang tuanya tidak memaksa ia untuk bercerita lebih jauh, tapi bersalah karena ia harus menyembunyikan kebenaran dari mereka."Terima kasih, Bu, Yah," ucap Jelita lirih.Ayahnya bangkit dari duduknya, "Baiklah, karena kamu akan tinggal di sini untuk sementara, bagaimana kalau kita bereskan barang-barangmu? Kamarmu masih sama seperti dulu, Nak."Jelita tersenyum kecil dan mengangguk. Ia berdiri, bersiap untuk mengikuti ayahnya ke lantai atas, tapi tiba-tiba tubuhnya oleng. Untungnya, ibunya dengan sigap menangkap tubuhnya sebelum ia terjatuh.

    Last Updated : 2024-10-13
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 104 - Pertanyaan Tak Terjawab

    "Novita, apa kamu yang mengusir Jelita?" tanya Bambang dengan nada tegas begitu ia melangkah masuk ke ruang tamu.Novita, yang sudah duduk di kursi ruang tamu setelah mengantar Raditya ke sekolah, hanya melirik sekilas ke arah Bambang. Wajahnya tetap datar, tak menunjukkan emosi apa pun."Itu kemauan Jelita sendiri," jawab Novita dingin. "Aku tidak ikut campur."Bambang mengerutkan dahinya, jelas tidak puas dengan jawaban yang diberikan Novita. Ia melangkah mendekat, berdiri tepat di hadapan wanita itu."Benarkah? Lalu kenapa dia tiba-tiba memutuskan untuk pergi? Jelita bukan tipe orang yang akan mengambil keputusan seperti itu tanpa alasan," desak Bambang.Novita menghela napas panjang, terlihat sedikit jengkel dengan pertan

    Last Updated : 2024-10-14
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 105 - Pertanyaan Polos

    Siang itu, matahari bersinar terik di atas kota. Novita beranjak dari kursinya di ruang tamu, meraih tas dan berjalan menuju garasi. Sudah waktunya untuk menjemput Raditya dari sekolah."Pak Abdul, tolong siapkan mobilnya," ujar Novita pada sopir pribadinya melalui interkom."Baik, Nyonya," jawab Pak Abdul singkat.Novita melangkah keluar rumah, disambut oleh Pak Abdul yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Setelah Novita masuk dan duduk dengan nyaman, Pak Abdul pun mulai menjalankan mobil.Keheningan menyelimuti perjalanan mereka selama beberapa saat. Namun, Pak Abdul yang biasanya pendiam, tiba-tiba membuka percakapan."Maaf, Nyonya," ujar Pak Abdul ragu-ragu. "Boleh saya bertanya sesuatu?"

    Last Updated : 2024-10-14
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 106 - Ikatan yang Tak Terputus

    Senja mulai merambat di langit Kota, ketika Jelita duduk di beranda rumah orang tuanya. Tangannya mengelus lembut perutnya yang masih rata, merasakan kehidupan kecil yang tumbuh di dalamnya. Aroma masakan menguar dari dapur, mengingatkannya akan masa kecilnya dulu."Jelita, ayo masuk, Nak. Makan malam sudah siap," panggil Ibu Jelita, dari dalam rumah.Jelita tersenyum, perlahan bangkit dari kursinya. "Iya, Bu. Jelita segera ke sana."Melangkah masuk ke ruang makan, Jelita disambut oleh pemandangan meja makan yang penuh dengan hidangan lezat dan bergizi.Ada sup ayam kampung, ikan bakar rica-rica, tumis kangkung, dan beberapa jenis sayuran rebus. Semua hidangan itu adalah favorit Jelita sejak kecil."Wah, Bu. Ini semua untuk J

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 107 - Kebohongan (1)

    Malam itu, suasana di kediaman keluarga Baskara terasa berbeda. Bambang, Novita, dan Raditya duduk mengelilingi meja makan. Hidangan lezat tersaji di hadapan mereka, namun atmosfer di ruangan itu terasa berat dan canggung.Raditya, dengan kepolosannya, memecah keheningan. "Papa," panggilnya, menatap Bambang dengan mata besarnya yang penuh tanya.Bambang mengalihkan perhatiannya dari piring ke putranya. "Ya, Radit? Ada apa?"Raditya meletakkan sendoknya, ekspresinya berubah serius. "Papa, Radit mau tanya. Kenapa Tante Jelita tidak kembali ke sini? Radit kangen ingin dibuatkan pancake lagi."Pertanyaan itu membuat Bambang dan Novita terdiam sejenak. Bambang melirik ke arah Novita, yang terlihat tidak nyaman dengan topik pembicaraan ini.

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 108 - Kebohongan (2)

    Suasana di ruang makan keluarga Baskara masih terasa berat setelah kepergian Raditya ke kamarnya. Bambang dan Novita duduk berhadapan, ketegangan terasa di antara mereka.Bambang menatap Novita lekat-lekat, mencoba membaca ekspresi istrinya. "Nov, aku ingin kau jujur padaku. Apa benar kau yang mengusir Jelita?"Novita menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca. "Tidak, Bang. Aku tidak mengusir siapa-siapa. Jelita pergi atas kemauannya sendiri."Bambang menghela napas panjang. "Tapi Radit bilang dia melihatmu keluar dari kamar Jelita dengan wajah marah. Dan dia mendengar Jelita menangis setelahnya. Bagaimana kau menjelaskan itu?"Novita terdiam sejenak, tangannya gemetar saat mengambil gelas air di depannya. "Itu... itu hanya salah paham, Bang. Kami memang berbicara, tapi aku

    Last Updated : 2024-10-16
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 109 - Kebohongan Novita (1)

    "Wah, pancake!" seru Raditya dengan riang saat ia mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Anak laki-laki itu sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya, rambut disisir rapi dan sepatu mengkilap.Novita tersenyum lembut, meletakkan sepiring pancake hangat di hadapan putranya. "Iya sayang, Mama buatkan pancake spesial untukmu pagi ini."Bambang bergabung di meja makan, secangkir kopi panas mengepul di tangannya. "Pagi semua," sapanya, mengecup kening Raditya sebelum duduk di kursinya."Pagi, Pa!" balas Raditya ceria. Ia mengambil garpu dan pisau, mulai memotong pancake-nya dengan antusias.Novita duduk di seberang Raditya, matanya penuh harap mengamati putranya yang akan mencicipi masakannya. "Bagaimana rasanya, sayang?"Raditya

    Last Updated : 2024-10-16

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 139 - Epilog

    Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut hari kepulangan Raditya dari rumah sakit. Kediaman Baskara yang biasanya tenang kini dipenuhi kesibukan. Bi Inah sejak subuh sudah berkutat di dapur, menyiapkan bubur ayam special dan sup jagung kesukaan Radit. Aroma masakan menguar memenuhi setiap sudut rumah, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Tak lupa, Jelita juga sudah menyiapkan pancake kesukaan Radit. Jelita mondar-mandir merapikan kamar Radit untuk yang kesekian kalinya, memastikan semuanya sempurna untuk kepulangan putra sulungnya. Ayu yang baru bangun tidur menggeliat dalam gendongannya, tangan mungilnya menggapai-gapai udara kosong. "Sebentar ya, Sayang," Jelita mencium pipi tembem putrinya. "Kakak Radit sebentar lagi pulang." Pak Abdul yang sejak tadi berdiri di teras depan akhirnya berseru, "Mobilnya sudah masuk halaman!" Jelita merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu-tunggu - bukan hanya kepulangan Radit dari rumah sakit, tapi

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 138 - Penyatuan Hati

    Suasana di ruang ICU malam itu semakin hangat dengan kedatangan Ayah dan Ibu Novita. Roni yang baru saja tiba langsung menghampiri ranjang tempat cucunya berbaring. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi kekhawatiran melihat kondisi Raditya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Roni dengan suara bergetar, tangannya menggenggam tangan Radit yang masih terpasang selang infus.Novita, yang berdiri di samping ayahnya, mengusap air mata sebelum menjelaskan, "Radit mengalami pendarahan internal, Yah. Dia butuh transfusi darah darurat..." Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Jelita yang masih menggendong Ayu. "Dan... dan Jelita yang menyelamatkannya."Roni mengangkat wajahnya, menatap sosok yang selama ini ia tentang kehadirannya karena takut jika ia merebut Raditya. Jelita berdiri dengan tenang, sesekali menimang Ayu yang mulai mengantuk dalam gendongannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Roni kali ini - sebuah pengakuan tak terucap atas kemuliaan hati per

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 137 - Ikatan Darah

    Malam semakin larut di rumah sakit kota. Suara langkah tergesa terdengar di koridor ICU, diiringi tangisan bayi yang sesekali pecah."Jelita!" Ibu Jelita bergegas menghampiri putrinya yang baru keluar dari ruang ICU. Di gendongannya, Ayu menggeliat tak nyaman, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. "Bagaimana keadaan Radit?""Masih koma, Bu," Jelita mengusap air matanya. "Tapi dokter bilang transfusi darahnya berhasil."Ayah Jelita yang berjalan di belakang mereka mengedarkan pandangan, mendapati Bambang dan Novita berdiri tak jauh dari situ. Ada ketegangan sesaat di udara, sebelum akhirnya Novita melangkah maju."Hendra, Ratna," sapanya dengan suara bergetar. "Terima kasih sudah datang.""Bagaimana tidak datang?" Ibu Jelita menjawab lembut. "Raditya tetap cucu kami."Ayu yang berada dalam gendongan Ibu Jelita mulai rewel, tangannya menggapai-gapai ke arah Jelita."Sini, Sayang," Jelita mengambil alih Ayu, menimangnya pelan. "Anak Ibu jangan nangis ya..."Bambang menatap putri kec

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 136 - Setetes Darah

    "Hubungi Jelita." Suara Novita terdengar lantang meskipun ia sedang lemah.Bambang mengangguk. Ia segera menelepon Jelita untuk memberi tahu kabar tentang Raditya.“Halo, Jel.” Suara Bambang terdengar serak.“Ya, Bang? Ada apa? Kenapa suaranya terdengar serak? Abang sakit?” Suara Jelita terdengar kebingungan.“Raditya… Radit kecelakaan, Jel.” Suara Bambang tersenggal oleh tangisnya.“Apa? Bagaimana bisa? Kondisinya bagaimana?” Jelita terdengar khawatir.“Sekarang masih koma. Cepatlah datang ke rumah sakit pusat kota. Kumohon.” Suara Bambang memohon.“Baik, Bang. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.” Jelita segera bergegas dan bersiap. Ibunya yang tampak bingung bertanya mengapa Jelita sangat terburu-buru. Jelita hanya menjelaskan sekilas bahwa Raditya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dirinya.“Bu, aku titip Ayu. Nanti aku akan telepon Ibu untuk mengabarkan kondisi Raditya.” Ujar Jelita sambil mengenakan sepatu.“Baiklah, Nak. Hati-hati di jalan. Segera kabari Ibu dan Ayah.” ucap

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 135 - Detik-detik yang Mengubah Segalanya

    Siang itu, langit Jakarta tampak mendung. Novita melirik jam tangannya sambil menyandarkan tubuh pada mobil yang ia parkir di seberang sekolah TK Raditya. Sudah hampir pukul sebelas, sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Hari ini ia memutuskan untuk menjemput Raditya sendiri, memberikan kejutan untuk putra kesayangannya itu."Pak Abdul sedang tidak enak badan, tapi nggak apa-apa," gumamnya pada diri sendiri. "Sekali-sekali aku yang jemput Radit sendirian."Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring. Para orang tua yang sudah menunggu di depan gerbang mulai bersiap menyambut anak-anak mereka. Satu per satu, murid-murid TK itu berhamburan keluar dengan tas ransel kecil mereka."Mama!" suara familiar itu membuat Novita menoleh.Di sana, Raditya berdiri di depan gerba

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 134 - Rindu Harus Dipendam

    Sore itu, Jelita duduk di teras rumahnya sambil memandangi Ayu yang tertidur pulas di box bayi dan menikmati secangkir teh. Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali Bambang menginjakkan kaki di rumah ini. Meski demikian, setiap awal bulan, rekening Jelita selalu terisi dengan nominal yang bahkan lebih besar dari biasanya.Tiba-tiba teleponnya berdering. Muncul nama Bi Inah di layarnya. Jelita segera mengangkat telepon dari Bi Inah."Non," Suara Bi Inah terdengar di ujung sana. "Apa kabar? Non Jelita dan Non Ayu sehat kan?."Jelita tersenyum lemah. "Alhamdulillah sehat, Bi. Bi Inah ada kabar baru dari Radit?"Bi Inah berbicara sambil mengirimkan beberapa foto terbaru. "Ini Non, kemarin Tuan Radit ikut lomba mewarnai di sekolahnya. Dapat juara dua."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 133 - Rahasia Jelita

    Malam semakin larut di kediaman keluarga Jelita. Ayu sudah tertidur pulas setelah mendapatkan ASI-nya. Faris sudah pamit pulang sejam yang lalu, meski dengan berat hati dan berulang kali menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Di ruang keluarga yang temaram, Ibu Jelita duduk di samping putrinya yang masih tampak gelisah."Jelita," panggil Ibu Jelita lembut. "Sebenarnya ada apa? Ibu tahu ada yang kamu sembunyikan dari kami."Jelita menggeleng pelan, matanya masih sembab. "Mungkin hanya salah paham, Bu.""Feeling seorang ibu tidak pernah salah, Nak," Ibu Jelita menggenggam tangan putrinya. "Ibu lihat caramu memandang Raditya setiap kali Ibu berkunjung ke rumah Mbak Novita. Ada kerinduan yang dalam di matamu. Dan tadi, Mbak Novita marah-marah seperti itu... pasti ada sesuatu yang tidak Ibu ketahui."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 132 - Janji

    Setelah memarkir mobil di garasi rumahnya, Bambang menghela napas panjang. Ia tahu, perdebatan dengan Novita belum selesai. Benar saja, begitu memasuki ruang keluarga, istrinya langsung menghempaskan diri di sofa dan menatapnya dengan mata yang masih menyala-nyala."Kamu tahu apa yang paling menyakitkan, Bang?" Novita memulai dengan suara bergetar. "Bukan karena kamu sering ke sana. Bukan karena kamu memanjakan mereka dengan berbagai barang. Tapi karena kamu merasa perlu berbohong padaku."Bambang duduk di sofa single di hadapan Novita, mengusap wajahnya yang letih. "Nov, aku...""Setiap kali kamu bilang ada meeting di luar kantor, sebenarnya kamu ke sana kan?" potong Novita. "Kenapa harus bohong? Apa karena kamu tahu yang kamu lakukan itu berlebihan?""Aku membawakan me

  • Istri Kedua yang Tersakiti    BAB 131 - Bara Api

    Suasana semakin mencekam di depan rumah Jelita. Beberapa tetangga mulai bermunculan dari rumah mereka, berbisik-bisik menyaksikan drama yang tengah berlangsung. Pak Karyo, tetangga sebelah, bahkan sudah berdiri di depan pagarnya dengan wajah prihatin."Novita, sudah cukup!" Bambang akhirnya membentak, sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada istrinya selama belasan tahun pernikahan mereka. "Kita pulang sekarang!""Kau berani membentakku sekarang?" Novita tertawa getir, matanya masih menatap tajam ke arah Jelita yang berdiri gemetar di belakang Faris. "Demi perempuan ini?"Ayah Jelita, melangkah maju. "Mbak Novita, saya mohon... ini bukan tempat yang tepat untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tetangga-tetangga sudah mulai berkumpul.""Biar saja!" Novita menjerit histeris. "Biar semua orang tahu kalau anak kalian adalah perusak rumah tangga orang!""Cukup!" kali ini Ibu Jelita yang angkat bicara, suaranya bergetar menahan amarah. "Mbak No

DMCA.com Protection Status