Home / Romansa / Istri Kedua yang Tersakiti / BAB 104 - Pertanyaan Tak Terjawab

Share

BAB 104 - Pertanyaan Tak Terjawab

last update Last Updated: 2024-10-14 10:00:12

"Novita, apa kamu yang mengusir Jelita?" tanya Bambang dengan nada tegas begitu ia melangkah masuk ke ruang tamu.

Novita, yang sudah duduk di kursi ruang tamu setelah mengantar Raditya ke sekolah, hanya melirik sekilas ke arah Bambang. Wajahnya tetap datar, tak menunjukkan emosi apa pun.

"Itu kemauan Jelita sendiri," jawab Novita dingin. "Aku tidak ikut campur."

Bambang mengerutkan dahinya, jelas tidak puas dengan jawaban yang diberikan Novita. Ia melangkah mendekat, berdiri tepat di hadapan wanita itu.

"Benarkah? Lalu kenapa dia tiba-tiba memutuskan untuk pergi? Jelita bukan tipe orang yang akan mengambil keputusan seperti itu tanpa alasan," desak Bambang.

Novita menghela napas panjang, terlihat sedikit jengkel dengan pertan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 105 - Pertanyaan Polos

    Siang itu, matahari bersinar terik di atas kota. Novita beranjak dari kursinya di ruang tamu, meraih tas dan berjalan menuju garasi. Sudah waktunya untuk menjemput Raditya dari sekolah."Pak Abdul, tolong siapkan mobilnya," ujar Novita pada sopir pribadinya melalui interkom."Baik, Nyonya," jawab Pak Abdul singkat.Novita melangkah keluar rumah, disambut oleh Pak Abdul yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Setelah Novita masuk dan duduk dengan nyaman, Pak Abdul pun mulai menjalankan mobil.Keheningan menyelimuti perjalanan mereka selama beberapa saat. Namun, Pak Abdul yang biasanya pendiam, tiba-tiba membuka percakapan."Maaf, Nyonya," ujar Pak Abdul ragu-ragu. "Boleh saya bertanya sesuatu?"

    Last Updated : 2024-10-14
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 106 - Ikatan yang Tak Terputus

    Senja mulai merambat di langit Kota, ketika Jelita duduk di beranda rumah orang tuanya. Tangannya mengelus lembut perutnya yang masih rata, merasakan kehidupan kecil yang tumbuh di dalamnya. Aroma masakan menguar dari dapur, mengingatkannya akan masa kecilnya dulu."Jelita, ayo masuk, Nak. Makan malam sudah siap," panggil Ibu Jelita, dari dalam rumah.Jelita tersenyum, perlahan bangkit dari kursinya. "Iya, Bu. Jelita segera ke sana."Melangkah masuk ke ruang makan, Jelita disambut oleh pemandangan meja makan yang penuh dengan hidangan lezat dan bergizi.Ada sup ayam kampung, ikan bakar rica-rica, tumis kangkung, dan beberapa jenis sayuran rebus. Semua hidangan itu adalah favorit Jelita sejak kecil."Wah, Bu. Ini semua untuk J

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 107 - Kebohongan (1)

    Malam itu, suasana di kediaman keluarga Baskara terasa berbeda. Bambang, Novita, dan Raditya duduk mengelilingi meja makan. Hidangan lezat tersaji di hadapan mereka, namun atmosfer di ruangan itu terasa berat dan canggung.Raditya, dengan kepolosannya, memecah keheningan. "Papa," panggilnya, menatap Bambang dengan mata besarnya yang penuh tanya.Bambang mengalihkan perhatiannya dari piring ke putranya. "Ya, Radit? Ada apa?"Raditya meletakkan sendoknya, ekspresinya berubah serius. "Papa, Radit mau tanya. Kenapa Tante Jelita tidak kembali ke sini? Radit kangen ingin dibuatkan pancake lagi."Pertanyaan itu membuat Bambang dan Novita terdiam sejenak. Bambang melirik ke arah Novita, yang terlihat tidak nyaman dengan topik pembicaraan ini.

    Last Updated : 2024-10-15
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 108 - Kebohongan (2)

    Suasana di ruang makan keluarga Baskara masih terasa berat setelah kepergian Raditya ke kamarnya. Bambang dan Novita duduk berhadapan, ketegangan terasa di antara mereka.Bambang menatap Novita lekat-lekat, mencoba membaca ekspresi istrinya. "Nov, aku ingin kau jujur padaku. Apa benar kau yang mengusir Jelita?"Novita menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca. "Tidak, Bang. Aku tidak mengusir siapa-siapa. Jelita pergi atas kemauannya sendiri."Bambang menghela napas panjang. "Tapi Radit bilang dia melihatmu keluar dari kamar Jelita dengan wajah marah. Dan dia mendengar Jelita menangis setelahnya. Bagaimana kau menjelaskan itu?"Novita terdiam sejenak, tangannya gemetar saat mengambil gelas air di depannya. "Itu... itu hanya salah paham, Bang. Kami memang berbicara, tapi aku

    Last Updated : 2024-10-16
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 109 - Kebohongan Novita (1)

    "Wah, pancake!" seru Raditya dengan riang saat ia mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Anak laki-laki itu sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya, rambut disisir rapi dan sepatu mengkilap.Novita tersenyum lembut, meletakkan sepiring pancake hangat di hadapan putranya. "Iya sayang, Mama buatkan pancake spesial untukmu pagi ini."Bambang bergabung di meja makan, secangkir kopi panas mengepul di tangannya. "Pagi semua," sapanya, mengecup kening Raditya sebelum duduk di kursinya."Pagi, Pa!" balas Raditya ceria. Ia mengambil garpu dan pisau, mulai memotong pancake-nya dengan antusias.Novita duduk di seberang Raditya, matanya penuh harap mengamati putranya yang akan mencicipi masakannya. "Bagaimana rasanya, sayang?"Raditya

    Last Updated : 2024-10-16
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 110 - Kebohongan Novita (2)

    Bambang merangkul bahu Istri pertamanya itu. "Kau lebih dari cukup, Nov. Kau adalah ibu yang luar biasa untuk Radit. Tapi kita tidak bisa menyangkal bahwa Jelita juga pernah menjadi bagian penting dalam hidup kita. Dia adalah ibu kandung Raditya.""Tapi dia sendiri yang memutuskan pergi, Bang," isak Novita. "Dia sendiri yang meninggalkan Raditya."Bambang menghela napas. "Kita masih belum tahu alasan sebenarnya dia pergi, Nov. Tapi satu hal yang pasti, kita tidak bisa membiarkan situasi ini terus berlanjut. Demi Raditya. Demi kebahagiaan Raditya kita."Novita terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Kau benar. Aku... aku akan minta maaf pada Radit, Bang."Mereka berdua keluar dari kamar, kembali ke ruang makan di mana Raditya masih duduk, memainkan sisa pancake di piring

    Last Updated : 2024-10-16
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 111 - Mengunjungi

    "Halo, Jelita?" suara Bambang terdengar ragu-ragu melalui telepon genggamnya. Ia baru saja tiba di kantornya, tapi pikirannya masih tertuju pada kejadian pagi tadi di rumah.Terdengar jeda sejenak sebelum suara lembut Jelita menjawab, "Ya, Bang. Ada apa?"Bambang menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak berbicara.""Aku... baik-baik saja," jawab Jelita, terdengar sedikit gugup. "Bagaimana dengan Abang dan keluarga?""Kami... yah, kami mencoba untuk baik-baik saja," Bambang menghela napas. "Jelita, aku ingin bertemu denganmu. Bisakah aku mengunjungimu sore ini?"Hening sejenak sebelum Jelita menjawab, "Baiklah, Bang. Aku ada di rumah sore ini.""Oh," Bam

    Last Updated : 2024-10-17
  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 112 - Api yang Belum Padam

    Bambang menatap Novita dengan hati-hati, menyadari bahwa situasi ini bisa berubah menjadi perdebatan panas. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab."Nov, aku menemuinya karena kita perlu tahu alasan di balik kepergiannya," Bambang memulai dengan lembut. "Ini bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang Raditya."Novita mendengus, matanya berkilat marah. "Oh, jadi sekarang kau memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk keluarga kita? Tanpa membicarakannya denganku terlebih dahulu?"Bambang mencoba menenangkan istrinya. "Nov, aku tidak bermaksud-""Tidak bermaksud apa, Bang?" potong Novita, suaranya meninggi. "Tidak bermaksud mengabaikan perasaanku? Tidak bermaksud membela wanita itu lagi?""Novita, tolong dengarkan aku du

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 139 - Epilog

    Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut hari kepulangan Raditya dari rumah sakit. Kediaman Baskara yang biasanya tenang kini dipenuhi kesibukan. Bi Inah sejak subuh sudah berkutat di dapur, menyiapkan bubur ayam special dan sup jagung kesukaan Radit. Aroma masakan menguar memenuhi setiap sudut rumah, menciptakan suasana hangat yang menenangkan. Tak lupa, Jelita juga sudah menyiapkan pancake kesukaan Radit. Jelita mondar-mandir merapikan kamar Radit untuk yang kesekian kalinya, memastikan semuanya sempurna untuk kepulangan putra sulungnya. Ayu yang baru bangun tidur menggeliat dalam gendongannya, tangan mungilnya menggapai-gapai udara kosong. "Sebentar ya, Sayang," Jelita mencium pipi tembem putrinya. "Kakak Radit sebentar lagi pulang." Pak Abdul yang sejak tadi berdiri di teras depan akhirnya berseru, "Mobilnya sudah masuk halaman!" Jelita merasakan jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen yang sudah ia tunggu-tunggu - bukan hanya kepulangan Radit dari rumah sakit, tapi

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 138 - Penyatuan Hati

    Suasana di ruang ICU malam itu semakin hangat dengan kedatangan Ayah dan Ibu Novita. Roni yang baru saja tiba langsung menghampiri ranjang tempat cucunya berbaring. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi kekhawatiran melihat kondisi Raditya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Roni dengan suara bergetar, tangannya menggenggam tangan Radit yang masih terpasang selang infus.Novita, yang berdiri di samping ayahnya, mengusap air mata sebelum menjelaskan, "Radit mengalami pendarahan internal, Yah. Dia butuh transfusi darah darurat..." Ia berhenti sejenak, matanya melirik ke arah Jelita yang masih menggendong Ayu. "Dan... dan Jelita yang menyelamatkannya."Roni mengangkat wajahnya, menatap sosok yang selama ini ia tentang kehadirannya karena takut jika ia merebut Raditya. Jelita berdiri dengan tenang, sesekali menimang Ayu yang mulai mengantuk dalam gendongannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan Roni kali ini - sebuah pengakuan tak terucap atas kemuliaan hati per

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 137 - Ikatan Darah

    Malam semakin larut di rumah sakit kota. Suara langkah tergesa terdengar di koridor ICU, diiringi tangisan bayi yang sesekali pecah."Jelita!" Ibu Jelita bergegas menghampiri putrinya yang baru keluar dari ruang ICU. Di gendongannya, Ayu menggeliat tak nyaman, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. "Bagaimana keadaan Radit?""Masih koma, Bu," Jelita mengusap air matanya. "Tapi dokter bilang transfusi darahnya berhasil."Ayah Jelita yang berjalan di belakang mereka mengedarkan pandangan, mendapati Bambang dan Novita berdiri tak jauh dari situ. Ada ketegangan sesaat di udara, sebelum akhirnya Novita melangkah maju."Hendra, Ratna," sapanya dengan suara bergetar. "Terima kasih sudah datang.""Bagaimana tidak datang?" Ibu Jelita menjawab lembut. "Raditya tetap cucu kami."Ayu yang berada dalam gendongan Ibu Jelita mulai rewel, tangannya menggapai-gapai ke arah Jelita."Sini, Sayang," Jelita mengambil alih Ayu, menimangnya pelan. "Anak Ibu jangan nangis ya..."Bambang menatap putri kec

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 136 - Setetes Darah

    "Hubungi Jelita." Suara Novita terdengar lantang meskipun ia sedang lemah.Bambang mengangguk. Ia segera menelepon Jelita untuk memberi tahu kabar tentang Raditya.“Halo, Jel.” Suara Bambang terdengar serak.“Ya, Bang? Ada apa? Kenapa suaranya terdengar serak? Abang sakit?” Suara Jelita terdengar kebingungan.“Raditya… Radit kecelakaan, Jel.” Suara Bambang tersenggal oleh tangisnya.“Apa? Bagaimana bisa? Kondisinya bagaimana?” Jelita terdengar khawatir.“Sekarang masih koma. Cepatlah datang ke rumah sakit pusat kota. Kumohon.” Suara Bambang memohon.“Baik, Bang. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.” Jelita segera bergegas dan bersiap. Ibunya yang tampak bingung bertanya mengapa Jelita sangat terburu-buru. Jelita hanya menjelaskan sekilas bahwa Raditya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dirinya.“Bu, aku titip Ayu. Nanti aku akan telepon Ibu untuk mengabarkan kondisi Raditya.” Ujar Jelita sambil mengenakan sepatu.“Baiklah, Nak. Hati-hati di jalan. Segera kabari Ibu dan Ayah.” ucap

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 135 - Detik-detik yang Mengubah Segalanya

    Siang itu, langit Jakarta tampak mendung. Novita melirik jam tangannya sambil menyandarkan tubuh pada mobil yang ia parkir di seberang sekolah TK Raditya. Sudah hampir pukul sebelas, sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Hari ini ia memutuskan untuk menjemput Raditya sendiri, memberikan kejutan untuk putra kesayangannya itu."Pak Abdul sedang tidak enak badan, tapi nggak apa-apa," gumamnya pada diri sendiri. "Sekali-sekali aku yang jemput Radit sendirian."Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring. Para orang tua yang sudah menunggu di depan gerbang mulai bersiap menyambut anak-anak mereka. Satu per satu, murid-murid TK itu berhamburan keluar dengan tas ransel kecil mereka."Mama!" suara familiar itu membuat Novita menoleh.Di sana, Raditya berdiri di depan gerba

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 134 - Rindu Harus Dipendam

    Sore itu, Jelita duduk di teras rumahnya sambil memandangi Ayu yang tertidur pulas di box bayi dan menikmati secangkir teh. Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali Bambang menginjakkan kaki di rumah ini. Meski demikian, setiap awal bulan, rekening Jelita selalu terisi dengan nominal yang bahkan lebih besar dari biasanya.Tiba-tiba teleponnya berdering. Muncul nama Bi Inah di layarnya. Jelita segera mengangkat telepon dari Bi Inah."Non," Suara Bi Inah terdengar di ujung sana. "Apa kabar? Non Jelita dan Non Ayu sehat kan?."Jelita tersenyum lemah. "Alhamdulillah sehat, Bi. Bi Inah ada kabar baru dari Radit?"Bi Inah berbicara sambil mengirimkan beberapa foto terbaru. "Ini Non, kemarin Tuan Radit ikut lomba mewarnai di sekolahnya. Dapat juara dua."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 133 - Rahasia Jelita

    Malam semakin larut di kediaman keluarga Jelita. Ayu sudah tertidur pulas setelah mendapatkan ASI-nya. Faris sudah pamit pulang sejam yang lalu, meski dengan berat hati dan berulang kali menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Di ruang keluarga yang temaram, Ibu Jelita duduk di samping putrinya yang masih tampak gelisah."Jelita," panggil Ibu Jelita lembut. "Sebenarnya ada apa? Ibu tahu ada yang kamu sembunyikan dari kami."Jelita menggeleng pelan, matanya masih sembab. "Mungkin hanya salah paham, Bu.""Feeling seorang ibu tidak pernah salah, Nak," Ibu Jelita menggenggam tangan putrinya. "Ibu lihat caramu memandang Raditya setiap kali Ibu berkunjung ke rumah Mbak Novita. Ada kerinduan yang dalam di matamu. Dan tadi, Mbak Novita marah-marah seperti itu... pasti ada sesuatu yang tidak Ibu ketahui."

  • Istri Kedua yang Tersakiti   BAB 132 - Janji

    Setelah memarkir mobil di garasi rumahnya, Bambang menghela napas panjang. Ia tahu, perdebatan dengan Novita belum selesai. Benar saja, begitu memasuki ruang keluarga, istrinya langsung menghempaskan diri di sofa dan menatapnya dengan mata yang masih menyala-nyala."Kamu tahu apa yang paling menyakitkan, Bang?" Novita memulai dengan suara bergetar. "Bukan karena kamu sering ke sana. Bukan karena kamu memanjakan mereka dengan berbagai barang. Tapi karena kamu merasa perlu berbohong padaku."Bambang duduk di sofa single di hadapan Novita, mengusap wajahnya yang letih. "Nov, aku...""Setiap kali kamu bilang ada meeting di luar kantor, sebenarnya kamu ke sana kan?" potong Novita. "Kenapa harus bohong? Apa karena kamu tahu yang kamu lakukan itu berlebihan?""Aku membawakan me

  • Istri Kedua yang Tersakiti    BAB 131 - Bara Api

    Suasana semakin mencekam di depan rumah Jelita. Beberapa tetangga mulai bermunculan dari rumah mereka, berbisik-bisik menyaksikan drama yang tengah berlangsung. Pak Karyo, tetangga sebelah, bahkan sudah berdiri di depan pagarnya dengan wajah prihatin."Novita, sudah cukup!" Bambang akhirnya membentak, sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada istrinya selama belasan tahun pernikahan mereka. "Kita pulang sekarang!""Kau berani membentakku sekarang?" Novita tertawa getir, matanya masih menatap tajam ke arah Jelita yang berdiri gemetar di belakang Faris. "Demi perempuan ini?"Ayah Jelita, melangkah maju. "Mbak Novita, saya mohon... ini bukan tempat yang tepat untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tetangga-tetangga sudah mulai berkumpul.""Biar saja!" Novita menjerit histeris. "Biar semua orang tahu kalau anak kalian adalah perusak rumah tangga orang!""Cukup!" kali ini Ibu Jelita yang angkat bicara, suaranya bergetar menahan amarah. "Mbak No

DMCA.com Protection Status