Share

kelima

last update Last Updated: 2024-04-17 05:15:43

Lyra memandangi televisi yang menyala acak di hadapannya dengan pandangan datar. Sedikit menyesali perjanjian bodohnya dengan Angela.

Lyra dalam keadaan sadar bersedia menjadi istri kedua dari bekas tunangannya. Apa dia sudah gila?

Sungguh kejadian ini ada di luar nalarnya.

'Aku hanya asal bicara tadi'

Lyra bisa melemparkan kalimat itu dengan santai kepada Angela. Tapi, lagi-lagi, atas dasar kemanusiaan, menghapus harapan orang lain setelah menerima permintaan Angela tadi sama sekali bukan tipenya.

Lyra bukan orang sejahat itu.

Terlintas keraguannya dibalik Keputusan cerobohnya.

Lyra mencintai Nathaniel sebanyak itu sampai dia rela mengorbankan dirinya sendiri. Namun, melihat Nathaniel bahagia dengan wanita lain di pelupuk matanya, sampai kapanpun dia takkan pernah sanggup. Dia terlalu takut untuk menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Nathaniel dan akan memohon-mohon lelaki itu untuk meninggalkan istrinya untuk kembali menjalin hubungan cinta dengannya.

"Lyra".

Dengan cepat gadis menolehkan pandangannya ke sumber suara. Melihat orang tersayangnya,Ibu Diah, memanggil namanya lembut sedikit mengurangi bebannya. Lyra segera menekan kekhawatirannya dengan memamerkan senyum palsunya yang terasa canggung.

Lyra menggumamkan terima kasih ketika wanita paruh baya yang telah menemaninya sejak kecil itu meletakkan secangkir teh hangat di hadapannya. Dia mengesapnya perlahan berharap cairan itu dapat merubah pikirannya menjadi sedikit rileks.

"Ibu”, panggilnya ragu. Diah melihat ke arah gadis kecilnya dengan penuh kasih sayang. “Apa kau akan menganggap aku gila jika aku menerima permintaan Nathaniel untuk menjadi istri kedua baginya?", tanyanya tanpa basa-basi. Lyra bahkan tak memperhatikan perubahan raut muka yang ditunjukkan Ibu Diah yang berubah murung.

Gadis itu tak tahu, betapa khawatirnya wanita yang telah menjadi pengasuhnya sejak kecil itu akan pertanyaannya tadi.

Ibu Diah menatap gadis itu dengan tatapan lembutnya yang menenangkan, kemudian menyunggingkan senyum tipis yang bahkan terasa sangat hambar di bibirnya. "Tidak, Nak. Itu pilihanmu. Kau berhak melakukan apapun yang kau mau. Tapi......"

Wanita berusia lima puluh tahunan itu menggantungkan kalimatnya. Diah sedikit ragu untuk dapat mengatakannya atau tidak. Dia merasa tak pantas untuk mengatakannya di depan Lyra.

"Katakan saja apa yang ada di pikiranmu, Ibu", seolah tahu keraguan Diah, Lyra pun tanggap menimpali.

" Bisakah kau memikirkannya lagi, Lyra? Menjadi wanita kedua dalam suatu rumah tangga itu akan sangat sulit. Aku takut kau tak bisa melalui semua kesulitan itu".

Lyra mengangguk tegas, membalas perkataan itu dengan melengkungkan senyum di bibirnya. Lalu tubuhnya bergerak mendekati wanita yang telah dianggapnya sebagai Ibunya sendiri itu kemudian memeluknya, mencoba mencari kehangatan yang dia rindukan dari dekapan itu.

"Aku akan melakukannya, Ibu".

*

Altair menjawab hanya dengan gumaman yang agak keras ketika asistennya mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin menemuinya di ruang kerja. Matanya masih meneliti setiap kata dari dokumen-dokumen yang diterimanya tadi pagi. Dia harus menyelesaikannya siang ini. Jadi, dia lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya di ruangannya yang dingin tanpa berniat untuk menikmati makan siang di luar.

“Yaampun, Altair. Kau terlalu bekerja keras hingga mengabaikan jadwal makanmu. Pantas saja badanmu semakin kurus".

Altair teralihkan dari fokusnya meneliti tumpukan kertas yang tertata seperti tisu. Matanya menyipit melihat sosok seseorang familiar yang kini berada di seberang mejanya, dengan kedua tangannya yang penuh dengan barang bawaan, menatap dirinya cemas.

"Ibu, tumben kesini?", serunya tak percaya.

Ibunya jarang menemuinya di kantor, itulah mengapa dia sangat terkejut ketika beliau datang. Dan karena Altair adalah orang yang menghabiskan lebih dari setengah harinya untuk bekerja di kantor, sudah dipastikan mereka jarang bertatap muka. Apalagi, Ibunya itu pernah berkata bahwa dia tak suka suasana kantor karena akan teringat anaknya yang sangat suka bekerja.

Tentang Altair yang workaholic, itu bukan rahasia umum lagi. Dan Ibunya itu sangat membencinya karena hal itu. Padahal Ibu Diah jugalah yang mengetahui mengapa Altair bersikap begitu.

"Kau tak senang melihat Ibumu?", seru satu-satunya wanita di ruangan itu berpura kesal.

Altair hanya tersenyum tipis menanggapi lelucon. Dia beranjak dari kursi kerjanya, kemudian melangkah menuju deretan sofa dan meja berwarna senada yang biasa dipergunakan untuk menyambut tamunya. Ibunya pun mengikutinya, kemudian duduk di hadapan pria itu.

Selanjutnya, Altair melahap makanan yang diantarkan Ibunya dengan semangat. Sebagai pria yang tinggal sendiri, tentu saja sangat menyenangkan bisa menyantap makanan rumahan yang sangat dirindukannya. Dia menghabiskan makanannya dengan cepat kemudian meluruskan punggungnya di sandaran sofa.

Altair mencoba membuka percakapan dengan Ibunya. Dia tahu Ibunya itu tak akan datang ke kantornya hanya untuk mengantarkan makan siang. "Aku tahu Ibu tidak mungkin mengunjungiku jika tidak ada sesuatu yang mendesak. Katakan, ada apa Ibu?"

"Kau sudah membujuk Lyra kan, Altair?", ucap wanita itu lembut, tersisip nada kesedihan dari cara bicaranya.

Untuk sejenak, Altair terdiam. Mengingat percakapannya dengan gadis itu kemarin, dia sudah cukup bisa menyimpulkan apa yang ada di pikiran Lyra. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, membuatnya tak bisa merasakan apapun ketika ingatan itu kembali.

Lelaki itu menarik nafas panjangnya yang terdengar lelah. "Ya, aku sudah melakukannya. Aku sudah melakukannya tapi sepertinya dia sudah kukuh dengan keputusan gegabahnya".

"Termasuk mengungkapkan perasaanmu padanya?", serobot wanita itu cepat.

Reaksi Altair adalah menundukkan kepalanya lesu. Dari situ saja, Ibunya dapat mengetahui apa jawaban pastinya. Altair pasti tidak melakukan yang satu itu. Dia pasti melewatkan hal penting yang harus diketahui Lyra dan melakukan apa yang menjadi kebalikan dari kata hatinya.

"Bu, sudah kubilang aku tak memiliki perasaan apapun pada Lyra. Dia adikku. Bagaimana aku bisa mencintai adikku sendiri? Itu hal yang mustahil terjadi".

Wanita paruh baya itu menangis dalam diam. Dia merasa bersalah kepada anaknya sendiri. Jika dia bukan seorang asisten rumah tangga keluarga Lyra dan keadaan keluarga mereka setara, mungkin Altair tidak akan memendam perasaannya itu sekian lama, bukan?

Altair tidak akan berubah menjadi seorang anak yang tak pernah lagi dikenalnya hanya untuk menyembunyikan perasaannya pada Lyra. Altair akan menjadi lelaki penyayang yang ceria seperti dulu, setidaknya untuk dirinya dan Lyra.

"Altair....", panggil Ibunya lemah.

Lelaki itu tak menghiraukan panggilan Ibunya lalu kembali ke tempat duduknya semula. Dia menekuni tumpukan kertas itu lagi seolah menolak untuk berbicara lebih jauh tentang perasaannya yang menyangkut Lyra.

Cukup dia sendiri yang tahu bagaimana persis perasaannya terhadap gadis itu.

Tidak ada orang lain yang boleh tahu mengenai itu, termasuk Ibu kandungnya sendiri.

Beberapa menit kemudian, telinganya menangkap suara pintu yang tertutup. Dia mengusap dahinya yang tiba-tiba terasa pening memikirkan Lyra dan rencana bodohnya. Bagaimana bisa gadis itu mencintai seseorang brengsek seperti itu? Haruskah dia melakukan sesuatu untuk mencegah tindakan tak masuk akal Lyra dan menuruti apa yang dikatakan Ibunya?

Disela kegiatannya memikirkan cara terbaik untuk memecahkan masalah ini, pria tampan itu melebarkan matanya ketika sosok yang selalu membuat jantungnya berdetak tak beraturan itu menerobos masuk ke ruangannya. Lyra datang dengan mata dan hidungnya yang memerah, dan Altair berusaha menyembunyikan kekhawatiran yang menderanya dibalik tatapan dinginnya.

Gadis itu membangun kontak mata yang sangat intens dengannya, membuat Altair terperangkap dalam tatapan manik cokelat yang selalu didambanya. Keduanya terlarut dalam keheningan, sebelum kemudian Lyra memecah hening dengan melontarkan kalimat gila.

"Kak Altair, marry me, please?".

*

Related chapters

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   keenam

    Flashback beberapa jam sebelum Lyra memasuki paksa ruangan AltairLyra memutuskan untuk menemui pasangan suami istri itu untuk meyakinkan keputusannya. Benar kata Ibu kesayangannya. Lyra harus mempertimbangkan semuanya matang-matang agar dia tidak menyesali keputusan apapun yang diambilnya nanti nanti.Lyra melangkah keluar dari New BMW 3 Series miliknya kemudian menguncinya menggunakan remote. Kaki jenjangnya mendekati pagar rumah mewah berwarna netral sambil matanya menelisik kembali catatan yang diterimanya dari Angela kemarin dan mencocokkannya dengan nomor rumah di hadapannya.Gadis itu mengernyitkan dahinya heran ketika melihat gerbang depan yang tidak terkunci. Ferrari 458 Speciale berwarna merah menyala yang diyakininya milik penghuni kediaman tersebut diparkir serampangan di halaman rumah.Feelingnya yang kuat dapat merasakan ada yang tidak beres disini.Niat awalnya, Lyra ingin berbicara berdua saja dengan Angela. Tapi sepertinya dia tidak bisa melakukan hal itu karena dia y

    Last Updated : 2024-04-26
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   ketujuh

    Lyra’s Point Of ViewDengan memacu mobil di atas kecepatan rata-rata, aku sampai ke kantor milik Altair hanya dalam beberapa menit. Aku sudah kehilangan kesadaranku ketika lelaki brengsek itu kembali merobohkan pertahananku. Dia seakan memaksaku untuk membenci dirinya sehingga dia dapat memastikan bahwa aku tak akan jatuh cinta padanya untuk kali kedua.Sedangkan aku terlalu banyak dikonsumsi oleh rasa belah kasih sehingga dia tak segan menginjak harga diriku.Aku tak tahu mengapa sebuah ide gila dalam sekejap muncul di benakku. Jika aku harus membuktikan padanya bahwa bukan hanya Nathaniel yang menginginkan keberadaanku. Menunjukkan padanya aku bahkan bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih dibandingkan dia.Tanpa berpikir panjang, pikiran itu kurealisasikan segera. Aku menyambangi kantor Altair—pusat dari Perusahaan raksasa yang salah satu lininya adalah Perusahaan Manajemen Model yang menaungiku— dengan ma

    Last Updated : 2024-04-27
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kedelapan

    Lyra mengambil kotak yang telah lama disimpannya rapat lalu meletakkannya di atas ranjang. Dia menyapu bagian atas kotak yang berdebu lalu membukanya dengan hati-hati. Disana memorinya bersama Nathaniel tersimpan rapi. Tangannya menyingkap satu persatu benda-benda yang dulu sempat membuat hatinya berbunga.Dimulai dari gantungan ponsel berwarna merah muda berbentuk salah satu binatang lucu –yang salah satunya dimiliki Nathaniel dengan warna biru kesukaan mereka, kotak musik yang dihadiahkan Nathaniel saat ulang tahun Lyra ke dua puluh dua, berbagai hasilphotoboxyang kerap mereka lakukan saat bepergian, hingga sebuah kotak persegi berlapiskan beludru berwarna merah yang tak ubahnya membuat air mata Lyra menetes.Nafas Lyra tercekat ketika matanya menangkap kilauan berlian mungil yang berasal dari cincin yang dulu sempat menjadi saksi ikatan suci diantara dia dan Nathaniel.Lyra masih ingat binar mata terang pria yang dicintainya saat be

    Last Updated : 2024-04-27
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kesatu

    Masuk ke rumah itu.....atau tidak?Tiga puluh menit berlalu, dan lelaki itu masih berkutat dengan pikirannya tentang pintu kokoh yang terletak di hadapannya. Dia berjalan mondar-mandir tak tentu arah, dengan kakinya yang dihentak-hentakkan ke lantai untuk menyuarakan rasa frustasinya. Untung saja matahari baru muncul malu-malu, kalau tidak, dia pasti akan menjadi topik menarik dari pejalan kaki yang berlalu-lalang di sekitar.Akhirnya, dia mulai menyingkirkan kegelisahannya setelah beberapa lama bercakap dengan mata batinnya sendiri. Tangannya yang gemetar meraih bel yang sedari tadi ditatapnya penuh minat itu sekali, kemudian kembali menjauhkan sentuhannya dari tombol itu dengan meletakkan tangannya yang berulah tadi di samping tubuhnya.Pintu itu pun terbuka.Jantungnya melompat kencang, mengantisipasi sosok yang akan ditemuinya. Namun, seseorang lain muncul sehingga setidaknya beberapa detik ini pria itu bisa bernafas lega."Nathaniel...", sebut wanita berusia paruh baya itu dengan

    Last Updated : 2024-04-17
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kedua

    Lyra’s Point Of View Tak ada yang perlu kupikirkan. Dia hanya masa lalu, apapun yang terjadi dengannya tak ada hubungannya sedikitpun denganku. Mulutku memang bisa dengan gampangnya mengatakan bualan-bualan itu. Namun, perkataannya beberapa hari lalu terngiang di otakku. Penyangkalan itu tak bisa kupegang sama sekali. Buktinya, aku masih berada di sini, di tempat terakhir kali kami bertemu dan mengharapkan sosok itu kembali menempati tempat kosong yang telah lama tak dia singgahi, di cafe kecil favorit kami yang terletak tak jauh dari kawasan perusahaan milik keluarganya. Mataku menatap kosong sosok yang baru saja memasuki tempat ini dan mengambil tempat di hadapanku. Dia duduk di kursi yang telah lama tanpa berpenghuni sambil mengamati wajahku dengan bulatan hitamnya yang tak menunjukkan ekspresi apapun, sangat datar seperti biasanya. "Pemotretanmu sudah selesai?", tanyanya singkat, sembari memainkan bibir cangkir yang berisi kopi pahit tanpa gula yang menjadi kesukaannya tanpa

    Last Updated : 2024-04-17
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   ketiga

    "Kau sudah datang?" Nathaniel menaikkan dagunya, menggerakkan kedua ujung bibirnya yang kaku ke belakang untuk menghindari kekhawatiran yang mungkin dirasakan istrinya. Terlalu banyak yang Angela pikirkan akhir-akhir ini dan itu membuat kondisi tubuhnya menurun. Angela berusaha keras menyembunyikannya, namun Nathaniel selalu mendapat laporan mengenai apapun yang terjadi pada gadis itu dari perawat yang menjaganya. "Ya, Aku sudah pulang”, jawab Nathaniel singkat. Dia lalu melontarkan kalimat tanya. “Nurse Shintia sudah tidak ada di rumah?" Angela mengangguk pelan. Kemudian, wanita itu memajukan alat yang menggantikan fungsi kakinya di hadapan Nathaniel. Pria yang duduk di ruang tamu rumah kecil mereka itu tampak kacau karena dia dengan tak lazim memijit keningnya berulang. " Mau kubuatkan teh hangat?", tawar Angela lembut. Nathaniel menggenggam tangan Angela yang hendak bertolak menuju dapur. "Tak usah, aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya sedikit kelelahan karena meeting tadi. Ka

    Last Updated : 2024-04-17
  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   keempat

    Lyra menyantap rotinya sambil memperhatikan keadaan di sekitar. Rumah megah itu terasa sangat sepi karena hanya dia sendiri yang meninggalinya. Sebenarnya, Ibu Diah pun masih menemaninya setiap hari dan mengurus keperluan rumahnya. Tapi, setiap akhir pekan wanita paruh baya itu menghabiskan waktunya di kampung halamannya untuk menemani orang tuanya yang sudah renta. Dan dia tidak suka orang asing berkeliaran di rumahnya, maka dari itu dia tak menyewa asisten rumah tangga untuk menggantikan posisi Ibu Diah. Tak disengaja, matanya melihat lukisan yang masih tergantung disana. Sebuah lukisan yang menjadikan dirinya sebagai objek, yang dia ingat dia duduk berjam-jam tanpa boleh bergerak agar gambar itu tercipta. Matanya menelusuri detail-detail yang tersaji di dalam lukisan itu, hingga kemudian terhenti pada sebuah titik dimana sebuah inisial dari nama seseorang itu tertera disana. Nathaniel Suara bel yang menggema menghentikan lamunan Lyra. Sejak mereka bertemu tempo hari kemarin, Lyr

    Last Updated : 2024-04-17

Latest chapter

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kedelapan

    Lyra mengambil kotak yang telah lama disimpannya rapat lalu meletakkannya di atas ranjang. Dia menyapu bagian atas kotak yang berdebu lalu membukanya dengan hati-hati. Disana memorinya bersama Nathaniel tersimpan rapi. Tangannya menyingkap satu persatu benda-benda yang dulu sempat membuat hatinya berbunga.Dimulai dari gantungan ponsel berwarna merah muda berbentuk salah satu binatang lucu –yang salah satunya dimiliki Nathaniel dengan warna biru kesukaan mereka, kotak musik yang dihadiahkan Nathaniel saat ulang tahun Lyra ke dua puluh dua, berbagai hasilphotoboxyang kerap mereka lakukan saat bepergian, hingga sebuah kotak persegi berlapiskan beludru berwarna merah yang tak ubahnya membuat air mata Lyra menetes.Nafas Lyra tercekat ketika matanya menangkap kilauan berlian mungil yang berasal dari cincin yang dulu sempat menjadi saksi ikatan suci diantara dia dan Nathaniel.Lyra masih ingat binar mata terang pria yang dicintainya saat be

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   ketujuh

    Lyra’s Point Of ViewDengan memacu mobil di atas kecepatan rata-rata, aku sampai ke kantor milik Altair hanya dalam beberapa menit. Aku sudah kehilangan kesadaranku ketika lelaki brengsek itu kembali merobohkan pertahananku. Dia seakan memaksaku untuk membenci dirinya sehingga dia dapat memastikan bahwa aku tak akan jatuh cinta padanya untuk kali kedua.Sedangkan aku terlalu banyak dikonsumsi oleh rasa belah kasih sehingga dia tak segan menginjak harga diriku.Aku tak tahu mengapa sebuah ide gila dalam sekejap muncul di benakku. Jika aku harus membuktikan padanya bahwa bukan hanya Nathaniel yang menginginkan keberadaanku. Menunjukkan padanya aku bahkan bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih dibandingkan dia.Tanpa berpikir panjang, pikiran itu kurealisasikan segera. Aku menyambangi kantor Altair—pusat dari Perusahaan raksasa yang salah satu lininya adalah Perusahaan Manajemen Model yang menaungiku— dengan ma

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   keenam

    Flashback beberapa jam sebelum Lyra memasuki paksa ruangan AltairLyra memutuskan untuk menemui pasangan suami istri itu untuk meyakinkan keputusannya. Benar kata Ibu kesayangannya. Lyra harus mempertimbangkan semuanya matang-matang agar dia tidak menyesali keputusan apapun yang diambilnya nanti nanti.Lyra melangkah keluar dari New BMW 3 Series miliknya kemudian menguncinya menggunakan remote. Kaki jenjangnya mendekati pagar rumah mewah berwarna netral sambil matanya menelisik kembali catatan yang diterimanya dari Angela kemarin dan mencocokkannya dengan nomor rumah di hadapannya.Gadis itu mengernyitkan dahinya heran ketika melihat gerbang depan yang tidak terkunci. Ferrari 458 Speciale berwarna merah menyala yang diyakininya milik penghuni kediaman tersebut diparkir serampangan di halaman rumah.Feelingnya yang kuat dapat merasakan ada yang tidak beres disini.Niat awalnya, Lyra ingin berbicara berdua saja dengan Angela. Tapi sepertinya dia tidak bisa melakukan hal itu karena dia y

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kelima

    Lyra memandangi televisi yang menyala acak di hadapannya dengan pandangan datar. Sedikit menyesali perjanjian bodohnya dengan Angela. Lyra dalam keadaan sadar bersedia menjadi istri kedua dari bekas tunangannya. Apa dia sudah gila? Sungguh kejadian ini ada di luar nalarnya. 'Aku hanya asal bicara tadi' Lyra bisa melemparkan kalimat itu dengan santai kepada Angela. Tapi, lagi-lagi, atas dasar kemanusiaan, menghapus harapan orang lain setelah menerima permintaan Angela tadi sama sekali bukan tipenya. Lyra bukan orang sejahat itu. Terlintas keraguannya dibalik Keputusan cerobohnya. Lyra mencintai Nathaniel sebanyak itu sampai dia rela mengorbankan dirinya sendiri. Namun, melihat Nathaniel bahagia dengan wanita lain di pelupuk matanya, sampai kapanpun dia takkan pernah sanggup. Dia terlalu takut untuk menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Nathaniel dan akan memohon-mohon lelaki itu untuk meninggalkan istrinya untuk kembali menjalin hubungan cinta dengannya. "Lyra". Dengan cepat gad

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   keempat

    Lyra menyantap rotinya sambil memperhatikan keadaan di sekitar. Rumah megah itu terasa sangat sepi karena hanya dia sendiri yang meninggalinya. Sebenarnya, Ibu Diah pun masih menemaninya setiap hari dan mengurus keperluan rumahnya. Tapi, setiap akhir pekan wanita paruh baya itu menghabiskan waktunya di kampung halamannya untuk menemani orang tuanya yang sudah renta. Dan dia tidak suka orang asing berkeliaran di rumahnya, maka dari itu dia tak menyewa asisten rumah tangga untuk menggantikan posisi Ibu Diah. Tak disengaja, matanya melihat lukisan yang masih tergantung disana. Sebuah lukisan yang menjadikan dirinya sebagai objek, yang dia ingat dia duduk berjam-jam tanpa boleh bergerak agar gambar itu tercipta. Matanya menelusuri detail-detail yang tersaji di dalam lukisan itu, hingga kemudian terhenti pada sebuah titik dimana sebuah inisial dari nama seseorang itu tertera disana. Nathaniel Suara bel yang menggema menghentikan lamunan Lyra. Sejak mereka bertemu tempo hari kemarin, Lyr

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   ketiga

    "Kau sudah datang?" Nathaniel menaikkan dagunya, menggerakkan kedua ujung bibirnya yang kaku ke belakang untuk menghindari kekhawatiran yang mungkin dirasakan istrinya. Terlalu banyak yang Angela pikirkan akhir-akhir ini dan itu membuat kondisi tubuhnya menurun. Angela berusaha keras menyembunyikannya, namun Nathaniel selalu mendapat laporan mengenai apapun yang terjadi pada gadis itu dari perawat yang menjaganya. "Ya, Aku sudah pulang”, jawab Nathaniel singkat. Dia lalu melontarkan kalimat tanya. “Nurse Shintia sudah tidak ada di rumah?" Angela mengangguk pelan. Kemudian, wanita itu memajukan alat yang menggantikan fungsi kakinya di hadapan Nathaniel. Pria yang duduk di ruang tamu rumah kecil mereka itu tampak kacau karena dia dengan tak lazim memijit keningnya berulang. " Mau kubuatkan teh hangat?", tawar Angela lembut. Nathaniel menggenggam tangan Angela yang hendak bertolak menuju dapur. "Tak usah, aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya sedikit kelelahan karena meeting tadi. Ka

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kedua

    Lyra’s Point Of View Tak ada yang perlu kupikirkan. Dia hanya masa lalu, apapun yang terjadi dengannya tak ada hubungannya sedikitpun denganku. Mulutku memang bisa dengan gampangnya mengatakan bualan-bualan itu. Namun, perkataannya beberapa hari lalu terngiang di otakku. Penyangkalan itu tak bisa kupegang sama sekali. Buktinya, aku masih berada di sini, di tempat terakhir kali kami bertemu dan mengharapkan sosok itu kembali menempati tempat kosong yang telah lama tak dia singgahi, di cafe kecil favorit kami yang terletak tak jauh dari kawasan perusahaan milik keluarganya. Mataku menatap kosong sosok yang baru saja memasuki tempat ini dan mengambil tempat di hadapanku. Dia duduk di kursi yang telah lama tanpa berpenghuni sambil mengamati wajahku dengan bulatan hitamnya yang tak menunjukkan ekspresi apapun, sangat datar seperti biasanya. "Pemotretanmu sudah selesai?", tanyanya singkat, sembari memainkan bibir cangkir yang berisi kopi pahit tanpa gula yang menjadi kesukaannya tanpa

  • Istri Kedua Yang Dicintai Suamiku   kesatu

    Masuk ke rumah itu.....atau tidak?Tiga puluh menit berlalu, dan lelaki itu masih berkutat dengan pikirannya tentang pintu kokoh yang terletak di hadapannya. Dia berjalan mondar-mandir tak tentu arah, dengan kakinya yang dihentak-hentakkan ke lantai untuk menyuarakan rasa frustasinya. Untung saja matahari baru muncul malu-malu, kalau tidak, dia pasti akan menjadi topik menarik dari pejalan kaki yang berlalu-lalang di sekitar.Akhirnya, dia mulai menyingkirkan kegelisahannya setelah beberapa lama bercakap dengan mata batinnya sendiri. Tangannya yang gemetar meraih bel yang sedari tadi ditatapnya penuh minat itu sekali, kemudian kembali menjauhkan sentuhannya dari tombol itu dengan meletakkan tangannya yang berulah tadi di samping tubuhnya.Pintu itu pun terbuka.Jantungnya melompat kencang, mengantisipasi sosok yang akan ditemuinya. Namun, seseorang lain muncul sehingga setidaknya beberapa detik ini pria itu bisa bernafas lega."Nathaniel...", sebut wanita berusia paruh baya itu dengan

DMCA.com Protection Status