"Uhuk.. Uhuk"
Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun.Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja harus berjuang keras menjadi tulang punggungkeluarga.Saat ini Senja masih bekerja sebagai karyawan toko sembako milik Ibu RT, namun wanita itu sangat pelit.Jika Senja belum menerima gajinya tapi bahan makanan di dapur sudah habis terlebih dahulu, Senja tidak diizinkan untuk berhutang bahkan wanita itu tidak mau memberikan uang gaji diawal jika Senja memintanya walau hanya separuh dari jumlah gaji yang ia terima.Untuk itu terkadang Senja harus menahan rasa laparnya jika persediaan di dapur sudah menipis."Bukan apa-apa kok bu. Bu RT itu orangnya terlalu perhitungan dan terlalu pelit," jawab Senja. "Masak Senja ambil beras 5 kilo saja nggak boleh? Senja kan kerjanya sama dia, harusnya dia ngerti dong!" sambungnya lagi.Saat mendengar ucapan Senja, Ibu Ranti menghela nafas berat."Seandainya ayahmu masih ada dan Ibu juga tidak sakit-sakitan, pasti kamu nggak akan kerepotan seperti ini, Nak!" imbuhnya, lirih."Ibu jangan bicara seperti itu, bu! Apa yang sudah ditakdirkan untuk kita harus kita terima. Ibu sabar, dan doakan Senja semoga bisa cepatdapat pekerjaan baru," ujar Senja dengan lembut.Ibu Ranti mengulas senyum tipisnya, lalu kembali berbaring di atas kasur."Ya udah, pokoknya Ibu nggak usah mikir yang macem-macem. Ibu fokus istirahat yang cukup dan minum obat teratur," pesan Senja, ia memberikan pelukan singkat pada ibunya kemudian lekas keluar dari kamar itu untuk membiarkan ibunya untuk kembali beristirahat.Hari ini Senja benar-benar memutuskan untuk berhenti bekerja di tempatnya Bu RT. Ia mendatangi wanita itu di toko sembakonya."Assalamualaikum, bu RT." panggil Senja pelan, meski telah bulat untuk berhenti bekerja, namun ia juga masih sedikit takut karena wanita tersebut sebenarnya galak."Kamu liat nggak ini udah jam berapa?!" tanya Bu RT yang langsung memarahinya."Maaf, bu! Saya ke sini cuma mau bilang kalau saya mau berhenti bekerja," ujar Senja.Mendengar ucapan gadis itu, seketika Bu RT mencibirkan bibirnya."Kenapa? Sudah jadi orang kaya kamu sekarang? Udah nggak butuh pekerjaan dari saya lagi?" cicitnya sambil menyindir dan memutar bola matanya dengan malas."Bukan begitu, bu!" sela Senja."Alah. Udahlah, nggak usah banyak alasan kamu," timpal Bu RT. Ia pun lanjut berkata, "Nih, ambil gaji kamu, dan gak usah balik lagi ke sini. Awas ya! Kalau masih minta kerjaan sama saya"Tidak ingin berlama-lama mendengar ocehan Bu RT yang tidak penting itu, Senja pun dengan cepat meraih uang yang diletakkan Bu RT di atas mejanya. Setelah itu Senja pun beranjak pergi meninggalkan toko sembako tersebut. Diperjalanan pulang ke rumah, secara tidak sengaja Senja bertemu dengan teman masa SMA nya yaitu Ayu."Senja!" panggil Ayu."Eh, Ayu! Apa kabar kamu?" tanya Senja dengan raut wajah senang."Aku baik! Kamu sendiri gimana? Sekarang kerja dimana?" Jawab Ayu yang langsung mengeluarkan banyak pertanyaan."Aku.. Alhamdulillah baik-baik juga! Cuma.. aku baru keluar dari pekerjaanku jadi sekarang aku masih menganggur," jawab Senja."Oh! Gitu? Kalo gitu, gimana kalau kamu melamar di tempat kerja ku aja?" ujar Ayu menyarankan dengan penuh bersemangat."Memangnya kamu kerja dimana?" Senja balik bertanya."Aku kerja di Bastian Group. Kamu tau kan perusahaan itu?" jawab Ayu dengan penuh semangat, ia terlihat benar-benar merasa bangga karena bisa bekerja di Bastian Group."Bastian Group? Perusahaan yang besar itu?" tanya Senja memastikan apakah benar Ayu bekerja di perusahaan yang sebesar dan seterkenal itu. Ia benar-benar tidak habis pikir jika temannya bisa bekerja disitu.Ayu mengangguk singkat sambil tersenyum sebagai jawaban. "Mau ya?!" tanyanya kemudian."Tapi mau kerja di bagian apa? Aku kan cuma tamatan SMA?!" tanya Senja kembali. Ia merasasedikit tidak percaya jika orang yang hanya memiliki ijazah SMA bisa bekerja di perusahaansebesar itu, hal ini rasanya sangatlah mustahil."Ada lah, kamu pikir aku ini sarjana? Aku juga cuma tamatan SMA sama seperti kamu," jawabAyu. "Aku kerja di bagian cleaning servis, tapi gajinya lumayan gede loh!" ujarnya lagi.Setelah mendengar itu, tentu saja Senja tertarik untuk ikut bekerja di sana. Ia pun mengajak Ayu untuk mampir ke rumahnya, dan Ayu pun tidak menolak ajakan dari Senja. Kedua gadis itupun berjalan bersama menuju rumah Senja.Sesampainya di rumah, Ayu membantu Senja untuk membuat surat lamaran pekerjaan hingga tak butuh waktu terlalu lama surat lamaran itupun telah selesai dibuat.Mereka benar-benar bersemangat saat membayangkan jika mereka akan bisa bekerja bersama-sama. Senja pun menitipkan surat lamaran itu kepada Ayu, setelah itu Ayu berpamitan untuk pulang, ia mengingat sudah waktunya kembali bekerja karena jam istirahat siang sudah hampir habis."Besok aku kabari lagi ya. Kamu yakin aja pasti diterima kok," ujar Ayu di depan pintu."Terimakasih ya, Yu!" balas Senja sambil tersenyum."Sama-sama! Kalo gitu aku pamit dulu ya!" sahut Ayu sekalian berpamitan."Iya, hati-hati di jalan," balas Senja.Setelah Ayu pulang, Senja pun tidak sabar memberitahukannya kepada ibunya."Bu, doain Senja ya! Semoga Senja bisa diterima bekerja di tempat yang baru," ujarnya kegirangan.Ia benar-benar bersemangat memikirkan akan kerja di perusahaan besar."Memangnya kerja dimana? Kok kelihatan semangat sekali?" tanya ibunya.Wanita paruh baya itu sedikit heran melihat raut wajah bahagia putrinya."Di Bastian Group," jawab Senja. "Bastian Group itu perusahaan besar, bu! Gedungnya aja besar dan tinggi menjulang bahkan kata Ayu, gajinya lumayan gede loh bu!" imbuhnya dengan berapi-api.Raut wajahnya benar-benar menyiratkan harapan akan pekerjaan ini, ia bahkan membayangkan bisa membelikan obat ibunya tepat waktu.Mendengar itu, Ibu Ranti mengerutkan keningnya. "Perusahaan sebesar itu memangnya mau terima gadis yang cuma tamatan SMA?!" tanyanya kurang percaya.Senja tersenyum kecil, lalu lekas menjawab. "Senja jadi cleaning servis bu" Ia pun menambahkan, "Lagian mana ada sarjana mau jadi tukang bersih-bersih? Tetap yang cuma tamatan SMA yang mau kerja di bagian itu."Ibu Ranti tertawa kecil mendengar celoteh putri semata wayangnya itu."Itu juga sudah lebih dari cukup. Apapun pekerjaannya, asalkan halal dan berkah ya, Nak." balas Ibu Ranti setelah menghentikan tawanya."Iya Bu! Ini semua terjadi juga berkat doa ibu," sahut Senja. Ia memeluk tubuh ibunya yang masih terbaring di tempat tidur.________Sementara itu, di tempat lain.~Bastian Group~"Permisi, Pak. Maaf mengganggu waktunya sebentar," ujar Ayu setelah masuk ke ruang manager."Iya, ada apa?" tanya seorang pria dewasa yang sudah beristri itu sambil mengarahkan pandangannya ke arah Ayu."Saya ingin memberikan surat lamaran ini saja Pak, ini punya teman saya," ujar Ayu sambilmengulurkan amplop berukuran besar berwarna coklat itu kepada managernya.Pria itu pun meraih amplop surat tersebut lalu membukanya kemudian membacanya.Sesaat ia menatap surat lamaran pekerjaan itu, namun detik berikutnya ia pun langsung dan berkata, "Aduh! Tapi.."Bersambung episode 2"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin