Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.
Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat."Aahh.. Ssstt.. Emmmh!"Senja merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa, hingga membuat ia merasa seperti terbang ke awang-awang."Uuuhh.. Sssst! Senjaaaa.. Punyamu, enak sekali sayaaag.. Aaakh.. Ssst! Sempit dan nikmat," ujar Ziko di sela-sela desahannya.Ziko terus memompa bokongnya, maju mundur. Sesekali ia memagut dan menghisap puncak nipel Senja dengan mulutnya, dan sesekali ia meremas kuat gundukan kembar itu serta memelintir puncak nipel dengan jarinya, hingga membuat tubuh Senja terus menggeliat seperti ulat.Ziko dengan beringasnya menghentakkan-hentakkan bokongnya kedalam sana. Erangan serta desahan pun terus menggema mengiringi permainan Ziko. Hingga beberapa jam sudah mereka lewati bersama, Ziko maupun Senja mulai merasakan ada sesuatu yang akan keluar di bawah sana."Aaakh.. Ziko.. Aku mau," ucap Senja tertahan saat tubuhnya bergetar."Aaaaakkhhh.. Sssstt.. Uuuuhhh..!"Di susul suara erangan dari keduanya saat mereka sama-sama berada di puncak klimaks. Rudal milik Ziko memuntahkan cairan kental kedalam liang kenikmatan Senja, hingga penuh dan tumpah.Ziko merasakan tubuhnya sangat lelah, hingga jatuh keatas tubuh Senja. Begitu pula dengan Senja, dia juga merasakan hal yang sama setelah melakukan pergulatan panas dengan durasi yang cukup lama.Kini keduanya terkulai lemah diatas kasur dengan butiran keringat yang membasahi tubuh polos mereka, diiringi dengan deru nafas yang tidak beraturan.Detik kemudian, dengan perlahan Ziko mengangkat tubuhnya. Ia menatap lekat netra Senja. "Kau belum pernah melakukannya?" tanyanya. Sungguh, Ziko bertanya seperti itu tanpa beban. Sehingga membuat hati Senja semakin sakit mendengarnya.Senja diam tak menjawab. Dia hanya memalingkan wajahnya ke samping, sama sekali tidak ingin membalas tatapan mata Ziko.Ziko tersenyum menyungging, lalu melepaskan dasi yang masih mengikat kuat pergelangan tangan Senja.Setelah ikatannya terbuka, Ziko menggulirkan tubuhnya ke samping tubuh Senja. Dia benar-benar kelelahan, hingga menit berikutnya dia tertidur di sana tanpa memakai sehelai benangpun menutupi tubuhnya.Sementara Senja, setelah rasa lelahnya sedikit berkurang, dengan perlahan ia bangun dari posisinya berbaring. Sesaat ia menatap ke bawah sana, tampak cairan kental milik Ziko yang masih menempel hingga ke pahanya.Ia meringis menahan sakit dan perih di bagian sensitifnya. Terlihat juga bercak darah menghiasi sprei berwarna putih itu, membuat Senja menangis melihat pemandangan di bawah sana. Kesucian yang selama ini ia jaga, kini telah di direnggut oleh lelaki yang tertidur pulas di sampingnya.Hari sudah semakin larut malam, namun Senja harus segera kembali ke rumah. Ibunya pasti akan sangat mengkhawatirkannya saat ini. Pikirnya.Detik berikutnya dengan perlahan Senja turun dari ranjang. Dia memungut satu persatu pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Sesaat Senja mengamati pakaiannya, ternyata yang masih bisa di pakai hanyalah celana dalam beserta celana jeans panjangnya saja. Sementara baju beserta bra miliknya sudah tidak bisa di pakai lagi.Senja menghela nafas berat, lalu berfikir sejenak. Bagaimana dia bisa keluar dari ruangan itu jika dia tidak memakai pakaian yang bisa menutupi tubuh bagian atasnya. Pikirnya.Hingga detik kemudian tatapan matanya tertuju pada sebuah lemari pakaian minimalis, milik Ziko. Dengan cepat Senja membukanya, lalu mengambil salah satu pakaian didalam sana.Setelah di dapatinnya, Senja pun segera memakainya. Kemudian ia bergegas keluar dari ruangan itu.Di luar ruangan, Senja berjalan dengan langkah gontai. Raut wajahnya tampak pucat dan lelah. Dia tidak memperdulikan beberapa orang sekuriti yang menatapnya dengan terheran-heran."Hei, Nona! Apa yang kau lakukan di sini?! Kau tau ini sudah jam berapa?!" ujar salah satu sekuriti menegurnya.Senja tidak memperdulikan teguran mereka, dia terus saja melangkah berjalan."Hei! Apa yang kau lakukan disini?! Kau ingin mencuri?!" teriak sekuriti yang lainnya. Hingga terpaksa Senja menghentikan langkah kakinya lalu menoleh."Sebaiknya Bapak tanyakan saja pada Pak Ziko besok pagi. Nama ku Senja," balas Senja. Setelah berkata seperti itu, iapun melanjutkan kembali langkahnya.Para sekuriti itu menatapnya dengan tatapan curiga. Seorang gadis yang baru pulang tepat tengah malam, memangnya apa yang dia lakukan? pikir mereka.Senja berjalan hingga keluar dari area perusahaan. Tidak jauh dari sana, terlihat ada beberapa tukang ojek yang masih mangkal. Senja menghampiri mereka."Ojek, Neng?!" tanya salah satu tukang ojek saat Senja mendekati mereka."Iya, Bang!" jawab Senja sambil mengangguk.Senja pun pulang diantara oleh tukang ojek itu hingga kerumahnya._________Sesampainya di rumah."Assalamualaikum, bu!" teriak Senja dengan suara sedikit keras, namun tidak ada sahutan dari dalam rumah.Senja pun mendorong pintu dengan perlahan, dan ternyata pintu itu sama sekali tidak terkunci. Senja melangkah masuk, lalu kembali menutup pintu kemudian menguncinya."Senja! Kau kah itu, Nak?!" suara Ibu Ranti mengagetkan Senja. Hingga ia menghampiri Ibunya terlebih dahulu di dalam kamar."Ibu belum tidur?!" tanya Senja.Tampak Ibu Ranti yang baru saja terbangun dari tidurnya."Kenapa kau baru pulang jam segini?! Ibu sangat mengkhawatirkan mu," ujar Ibu Ranti, dengan cemasnya.Senja menghela nafas berat, lalu mendudukkan bokongnya di sisi ranjang, tepat di samping tubuh Ibu Ranti yang sedang berbaring."Senja lembur, bu! Banyak pekerjaan yang harus Senja selesaikan malam ini juga," jawabnya, berbohong. Tentu ia tidak ingin membuat sang Ibu berfikiran yang tidak-tidak, untuk itulah ia sengaja berbohong pada Ibunya."Oh! Ya sudah, kalau begitu cepatlah mandi, makan, dan setelah itu istirahat," titah Ibu Ranti. Wanita paruh baya itu menjadi lebih tenang setelah mengetahui jika putrinya dalam keadaan baik-baik saja.Senja mengangguk, kemudian tersenyum singkat. Setelah itu ia pun beranjak keluar dari kamar Ibu Ranti.Setelah putrinya sudah kembali ke rumah, wanita paruh baya itu pun kembali beristirahat. Sementara Senja, ia segera membersihkan dirinya di kamar mandi.Sambil menyirami tubuhnya dengan air, Senja menangis hingga sesenggukan. Tubuhnya terasa remuk redam, di bagian intimnya juga masih terasa sangat perih apalagi saat dia buang air kecil."Ziko! Kenapa kau tega merenggut kesucian ku?! Kenapa..?! Apa yang harus aku lakukan jika Ibu mengetahuinya?!" lirihnya dalam tangis. Sungguh Senja benar-benar menyesali hal itu bisa sampai terjadi pada dirinya."Aku harus bagaimana sekarang?"Bersambung episode 7Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat