Sesampainya di sana...
Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membatin.Senja tidak berani melangkah lebih jauh dari pintu ruangan. Dia berdiri tidak jauh dari sana.Ziko mengunci pintu ruangannya. "Ayo masuk..!" titahnya, memaksa. Ziko menarik lengan Senja lalu mendorong tubuh Senja ke arah sofa, hingga gadis itu terbaring di sana."Aaakh!" teriak Senja, tidak terlalu kencang. Ia meringis kesakitan ketika lutut nya sedikit membentur ujung meja.Ziko bergerak cepat menindih tubuh Senja, sungguh ia tidak bisa mengontrol dirinya saat ini."Pak Ziko, sadar Pak..! Hiks hiks hiks," Senja berteriak sambil menangis.Ziko tidak memperdulikan teriakan dan tangisan Senja. Ruangannya sudah di setel alat kedap suara, hingga suara-suara dari dalam ruangan tidak bisa di dengar sampai keluar."Aaahh! Pak Ziko..! Jangan Pak..! Lepaskan saya...! Hiks hiks hiks," lirihnya meronta sambil terus menangis.Detik berikutnya."Emh!" Suara Senja tertahan saat Ziko Manahan mulutnya dengan bibirnya.Ziko memagut, melumat serta menyesap bibir mungil Senja hingga meninggalkan jejak saliva nya di sana.Menit berikutnya."Hahh!" Ziko melepaskan pagutan bibirnya saat ia sudah merasa kesulitan untuk bernafas."Emh! Lepaskan aku!" teriak Senja setelah ia mengusap jejak saliva milik Ziko yang menempel di bibirnya, dengan tangannya."Kau tau apa akibatnya jika kau terlalu berani padaku!" ujar Ziko dengan nada tinggi.Setelah itu dengan cepat Ziko mengubah posisinya, ia turun dari tubuh Senja lalu mengangkat tubuh gadis itu seperti karung beras."Lepaskan aku...!!"Bukk bukk bukkSenja berteriak kencang, sambil memukul-mukul punggung Ziko. Namun Ziko tetap tidak peduli, ia terus saja membawa Senja masuk kedalam kamar pribadinya yang berada di ruangan itu.Di dalam sana, Ziko menghempaskan tubuh Senja ke atas kasur empuk miliknya."Aaakh!"Tubuh Senja terbaring dengan posisi telentang.Ziko kembali menindih tubuhnya, lalu menahan kedua pergelangan tangan Senja ke atas kepala Senja.Ziko melepaskan dasinya yang masih menempel di kerah kemejanya. Dasi itu ia gunakan untuk mengikat kedua pergelangan tangan Senja ke tepian ranjang."Tidak..!! Lepaskan aku..!! Aku mohon..!! Hiks hiks hiks!" Senja kembali berteriak sambil menangis."Percuma kau berteriak! Tidak ada yang akan mendengarkan teriakkan mu!" ujar Ziko, membentak. Setelah itu ia beranjak dari tubuh Senja. Dia turun dari ranjang, lalu membuka lemari pakaiannya.Ziko mengambil pisau kecil miliknya yang tersimpan di dalam lemari. Setelah di dekatinya, iapun kembali menindih tubuh Senja.Ziko menyobek pakaian yang di kenakan Senja menggunakan pisau kecil itu, hingga detik kemudian tampak tubuh polos Senja yang hanya di tutup oleh bra menutupi gundukan kembarnya."Aaahh! Hiks hiks hiks!" Senja mendesah pelan sambil menangis semakin menjadi, setelah Ziko melempar asal pisau kecil itu ke lantai, Ziko meremas kuat gundukan kembar milik Senja."Jangan Pak..! Saya mohon, jangan lakukan..!" Senja kembali memohon dengan lirih. Debaran jantung semakin kuat diiringi dengan desiran darah yang bergemuruh ketika Ziko menurunkan sedikit bra nya hingga kedua gundukan kembar miliknya menyembul keluar."Aaaahh! Sssttt!"Senja kembali mendesah saat Ziko memelintir puncak nipel nya, dengan jarinya. Sesekali Ziko meremas kuat gundukan kembar itu.'Gede juga teteknya,' gumam Ziko dalam benaknya sambil tersenyum menyeringai saat sesekali mengarahkan pandangannya kearah raut wajah Senja."Gimana, enak?" tanya Ziko asal diiringi dengan tawa kecilnya."Dasar bajingan, lepaskan aku..!!" umpat Senja kemudian berteriak.Ziko menghentikan tawanya, lalu beranjak turun dari atas tubuh Senja, kemudian turun dari ranjang lalu mengambil kembali pisau kecil yang tadi ia buang ke lantai.Setelah di raihnya pisau kecil itu, ia kembali naik ke atas ranjang. Ziko menyobek bra yang masih menutupi separuh gundukan kembar Senja hingga bra itu benar-benar terlepas.Kini tubuh bagian atas Senja sudah benar-benar polos tanpa di tutupi sehelai benangpun.GlukZiko menelan saliva nya. Tatapan matanya penuh nafsu melihat gundukan kembar milik Senja yang bulat dan besar itu, serta puncak nipel yang berwarna merah muda itupun sudah menegang keras seakan menantang untuk segera di hisap.Detik berikutnya."Emmh! Sssst! Aaahh!" Senja mendesah panjang dan nikmat saat Ziko memagut, menghisap kuat serta memainkan lidahnya di puncak nipel milik Senja.Untuk pertama kali Senja merasakan sesuatu yang sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang membuat desiran darahnya mengalir hebat ke seluruh jaringan syaraf.Bukan hanya Senja yang merasakan seperti itu, tapi juga Ziko. Ziko merasakan hal yang sama, debaran jantungnya berdetak kencang diiringi dengan desiran darah bergejolak akibat nafsu yang kian memuncak.Ziko terus memainkan lidahnya di sana, seperti seorang bayi yang kehausan. Berkali-kali juga Senja mengeluarkan suara desahan panjangnya, sehingga membuat Ziko semakin menggila.Senja mendongak sedikit ke atas sambil memejamkan matanya. Keningnya mengerut, sesekali ia menggigit sedikit bibir bawahnya, serta tangan yang mengepal kuat, merasakan sensasi yang luar biasa itu.Menit kemudian.Ziko menghentikan permainan bibir dan lidahnya. Sesaat ia menatap raut wajah Senja. Raut wajah gadis itu sudah tampak memerah menahan nafsu, diiringi dengan nafas yang tidak beraturan.Demikian juga dengan Ziko, dia sudah tidak bisa menahannya lagi, senjata tumpul miliknya sudah menegang keras di bawah sana.Ziko menegakkan tubuhnya, lalu lekas melucuti celana jeans panjang yang masih menempel menutupi kaki jenjang milik Senja, beserta celana dalamnya.Senja yang sudah tidak berdaya pun pasrah dengan apa yang di lakukan oleh Ziko kepada dirinya. Hingga detik berikutnya Senja sudah benar-benar polos tanpa sehelai benangpun.Ziko membuang asal celana Senja ke lantai. Setelah itu ia pun turun dari ranjangnya.Ziko melepas kemeja serta celana panjangnya yang masih menutupi tubuhnya satu persatu.Kini, tubuh Senja dan Ziko sudah sama-sama polos.Ziko kembali naik ke atas ranjang, dengan posisi duduk di sela selangkangan Senja. Ia membuka lebar paha mulus Senja, lalu mengamati titik intim gadis itu.GlukUntuk yang kesekian kalinya Ziko menelan saliva nya.Di mata Ziko, milik Senja benar-benar sangat menggoda. Kecil, bersih dengan rambut-rambut halus yang tampak rapi, serta klitoris yang berwarna kemerahan.Senja menundukkan sedikit wajahnya, melihat kearah Ziko.Ziko pun mulai mengubah posisinya membungkuk hingga wajahnya lebih dekat dengan titik intim Senja, bahkan lebih dekat, hampir tak berjarak.Di sana, Ziko mulai memainkan lidahnya."Oouuhh! Sssst! Aaaahh! Sssst! Emmmh!" Senja kembali mendesah, begitu panjang dan nikmat, sambil sesekali memejamkan matanya serta menggigit sedikit bibir bawahnya.Ziko semakin tidak tahan, nafsunya sudah tidak bisa di tolerir lagi. Hingga detik berikutnya..."Aaaakh! Ziko...!! Saaakiiiittt..!! Hiks hiks hiks!" Senja menjerit dan mengerang kuat diiringi dengan tangisnya, saat merasakan senjata pusaka milik Ziko membobol gawangnya yang masih sangat sempit itu.Ziko menahan sejenak gerakan senjatanya yang baru masuk setengah kedalam sana. "Ssstt! Jangan di tahan. Aku akan melakukannya dengan perlahan,"Lanjut episode 6Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h