Chapter: Darah perawan Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
Last Updated: 2023-02-03
Chapter: Kesucian yang terenggut (21+)Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Last Updated: 2023-02-03
Chapter: Untuk pertama kali (21+)Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
Last Updated: 2023-01-31
Chapter: Jatah makan siang "Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Last Updated: 2023-01-31
Chapter: Mendapat masalah "Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
Last Updated: 2023-01-31
Chapter: Hari pertama bekerja "Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
Last Updated: 2023-01-31
Chapter: ENAMSejak malam itu, Bella lebih banyak murung. Dia merenungi hidupnya yang begitu menyakitkan. Pantas saja selama ini kakak-kakaknya bersikap dingin dan kasar padanya, ternyata yang menjadi penyebabnya adalah karena dirinya hanyalah seorang anak angkat. Pikir Bella.Tapi Evand dan Stevie sudah meyakinkan dirinya, bahwa sampai kapanpun Bella akan tetap menjadi putri mereka.__________________________________Hingga kini, enam tahun kemudian.Usia Bella sudah menginjak dua puluh tahun, dia bahkan sudah menjadi gadis dewasa yang sangat cantik dan mempesona.Pagi ini, Bella akan melakukan interview di salah satu perusahaan terbesar di kotanya. Dia bersikeras tidak ingin bekerja di perusahaan Evander, padahal Evand maupun Stevie sudah memintanya untuk bekerja di perusahaan mereka, tapi Isabella menolak karena tidak ingin membuat kakak-kakaknya berpikiran negatif tentang dirinya.Bekerja di perusahaan Ayah mereka hanya membuat Clara
Last Updated: 2023-03-18
Chapter: LIMA Setengah jam kemudian, suasana kediaman Evand sudah sangat ramai. Para tamu undangan masing-masing datang dengan membawa putra putri mereka.Malam ini cuaca sangat mendukung, bulan sangat terang bahkan bertabur bintang di langit. Evand baru saja keluar dari salah satu salon kecantikan yang cukup terkenal, milik teman sang istri."Pah, sebenarnya kita mau kemana sih? Kok Papah cuma ajak Bella?! Kenapa Papah nggak ajak Mamah juga?! Atau kak Clara sama kak Rissa," tanya Bella.Bella terheran-heran kenapa sejak sore hari Evand hanya membawa dirinya seorang untuk jalan-jalan, bahkan Evand membawanya ke sebuah salon mewah untuk merias dirinya hingga mengubahnya menjadi seperti seorang putri. Memakai gaun indah dan juga mengubah model rambutnya menjadi tertata rapi dan cantik.Evand membukakan pintu mobil untuk Bella, lalu lekas menjawab. "Kakak-kakak mu nggak bisa ikut karena mereka ada les privat di sekolahnya. Mamah juga nggak bisa, ada arisan sama te
Last Updated: 2023-03-16
Chapter: EMPAT Detak jantung Sumi seakan berhenti berdetak saat Isabella menanyakan jati dirinya. Empat belas tahun Sumi maupun Diman berusaha menutup mulut mereka, bahkan mereka sudah berjanji tidak akan memberitahukan siapa Bella sebenarnya kecuali Evand atau Stevie sendiri yang mengatakannya."Kenapa Non Bella bertanya seperti itu? Tentu saja Non adalah anak Mamah dan Papahnya Non,""Bibi udah janji gak akan bohong kan?"Sumi mengangguk cepat. "Tentu saja Bibi nggak bohong Non! Mana berani Bibi bohong sama Non Bella. Kalau Non Bella nggak percaya! Sebaiknya Non tanyakan sendiri saja sama Mamah dan Papahnya Non."Bella terdiam, dia menimbang-nimbang apa yang di ucapkan oleh Sumi. Sepertinya saran Sumi bagus juga, lebih baik bertanya langsung kepada kedua orang tuanya. Pikir Bella.Bella mengulas senyum tipis, setelah itu dia kembali bersuara. "Iya deh, nanti Bella tanya langsung sama Mamah dan Papah. Ya udah, Bella balik ke kamar dulu ya Bik,"
Last Updated: 2023-03-16
Chapter: TIGASaat Evand ingin membuka amplop surat itu tiba-tiba Stevie mencegahnya, hingga Evand refleks menghentikan gerakan tangannya dan menoleh."Memangnya kenapa?""Tidak apa-apa, buka nya nanti saja Pah, di kamar kita."Evand tidak jadi membukanya, dia kembali memasukkan amplop surat beserta kotak perhiasan itu ke tempat semula."Ya sudah, kita bawa saja bayi ini ke kamar." Ajaknya pada Stevie."Nanti kalau Diman pulang, langsung antarkan ke kamar ya Sum, dan jangan lupa cuci bersih dulu botol susunya," lanjutnya pada Sumi."Baik Tuan.""Ayo Mah."Evand mengajak sang istri lekas keluar dari kamar Sumi. Stevie pun mengikutinya dengan membawa bayi mungil itu di dalam gendongannya.Evand membawa keranjang bayi lalu merangkul pundak Stevie sambil berjalan bersama, menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.Di dalam kamar, Evand sudah tidak sabar ingin mengetahui isi dari amplop surat tersebut beserta
Last Updated: 2023-03-16
Chapter: DUA"Ini malingnya Pah!"Stevie menunjuk kearah hidung mancung Evand dengan telunjuknya."Loh kok Papah sih Mah? Maksudmu apa?"Evand di buat kesal oleh Stevie istrinya, seketika dia mengerutkan kening dan memasang raut wajah cemberut."Makanya! Bangun dulu! Sadar dulu, baru dengerin baik-baik. Biar tau jelas apa yang Mamah omongin.""Ya sudah, cepat beritahu kenapa Mamah bangunin Papah pake' teriak maling segala. Untung Papah nggak jantungan, coba kalo punya penyakit jantung, siapa yang repot?"Evand menggerutui Stevie, dia masih merasa kesal dengan cara istrinya membangunkannya tadi.Siapapun pasti akan kesal jika ada yang membangunkan tidur dengan cara seperti itu, apa lagi yang di ucapkan itu cuma bohongan."Iya! Mamah minta maaf. Sekarang ayo kita kebawah, ke kamar Sumi."Daripada menjelaskan kepada suaminya, lebih baik langsung mengajaknya untuk pergi ke kamar asisten rumah tangga mereka saja, agar me
Last Updated: 2023-03-16
Chapter: SATUMalam ini seorang penjaga kediaman keluarga Evander Yudho yang tengah tertidur pulas di pos ronda merasa terganggu saat telinganya mendengar suara tangisan bayi."Owek.. Owek.. Owek..""Uuuh! Suara apaan sih?! Berisik sekali."Penjaga itu bernama Diman. Dalam posisi tidur sambil duduk di kursi Diman enggan untuk membuka matanya, walaupun telinganya mendengar suara tangisan itu."Owek.. Owek.. Owek.."Sekali lagi suara tangisan itu terdengar ditelinganya. Mau tidak mau Diman akhirnya membuka perlahan pelupuk matanya."Hooaaamm!"Diman menguap lebar lalu mengarahkan pandangannya ke sekeliling arah, berusaha mencari dimanakah sumber suara tangisan bayi itu berasal.Tapi saat Diman sudah benar-benar sadar, justru suara tangisan itu sudah tidak terdengar lagi.Diman beranjak dari duduknya sambil melingkarkan kain sarung yang ia pakai ke pinggangnya."Aduh..! Apa aku tadi bermimpi ya? Ah, tapi perasa
Last Updated: 2023-03-16