"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,"
"Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi raut wajah Ziko yang memerah dengan tatapannya yang tajam."Apa-apaan kau ini?!"Ziko sangat marah, ia menatap senja yang terlihat sedang memakai seragam cleaning servis."Maaf, Pak. Saya tidak sengaja,"Senja berusaha menahan tangisnya, namun suaranya terdengar parau di telinga Ziko.Ziko terus menatapnya dengan tatapan tajam, sudah seperti singa yang terbangun dari tidurnya."Maaf katamu?!"Ziko terus menatapnya dengan tatapan tajam, sudah seperti singa yang terbangun dari tidurnya.Senja menunduk. Alat pengepel lantai yang masih ia pegang pun hampir lepas dari genggamannya. Tubuhnya sedikit bergetar menahan ketakutan yang teramat sangat ia rasakan. Suara Ziko yang keras dan lantang itu mendebarkan jantungnya, seperti ingin lepas dari tempatnya saja."Kenapa masih berdiri?! Cepat bersihkan ruangan ini!"Setelah mengatakan itu, Ziko langsung meninggalkan Senja. Dia masuk keruangan nya, dan melanjutkan langkahnya menuju ke sebuah ruangan kecil. Ruangan itu adalah kamar pribadinya yang sudah di desain untuknya beristirahat sejenak, jika pekerjaannya terlalu banyak."Benar-benar sial!" umpat Ziko di dalam kamar.Sementara di depan pintu. Senja yang masih tampak syok, memilih untuk segera membersihkan air yang membasahi lantai.Baru pertama kali masuk kerja, tapi dia sudah mendapatkan masalah. Senja menggelengkan pelan kepalanya sambil terus mengepel lantai. Dia merasa menyesal dengan kebodohannya.Tak lama kemudian, Ziko yang sudah berganti pakaian keluar dari kamar pribadinya. Ziko melirikkan sesaat matanya kearah Senja. Gadis itu masih sibuk mengepel lantai."Siapa namamu?"Ziko bertanya sambil berjalan menuju meja kerjanya.Senja menoleh. "Nama saya.. Senja, Pak!"Tanpa bertanya lagi, Ziko langsung menekan tombol telepon kantor yang terletak di atas meja kerjanya."Anton! Siapa yang mempekerjakan gadis yang bernama Senja?"Deg"Pak. Saya mohon, Pak! Jangan pecat saya! Saya tidak sengaja melakukannya, Pak..! Tolong kasihanilah saya! Saya butuh pekerjaan ini, Pak! Ibu saya sedang sakit..!"Senja berlari menghampiri Ziko, dia menangis bersimpuh di kaki pemuda itu."Hei, apa yang kau lakukan?! Menyingkir dariku!"Ziko berusaha menjauhkan kakinya dari Senja. Ia menendang-nendang kan kakinya itu hingga Senja bersusah payah menahannya dengan kedua tangannya."Tolong jangan pecat saya, Pak..! Saya mohon..! Saya butuh uang untuk mengobati Ibu saya! Ibu sedang sakit, Pak!""Hahh" Ziko menghela nafas kasar.Dia jengah mendengar Senja yang terus menerus meratap, tidak ingin Ziko memecatnya."Baiklah. Sekarang cepat keluar dari sini, sebelum aku menendang mu,""Terimakasih, Pak! Sekali lagi saya minta maaf,"Dengan cepat Senja beranjak berdiri. Hatinya sedikit lega karena Ziko tidak memecatnya."Jangan banyak bicara lagi! Cepat keluar dari sini, aku tidak ingin terus melihatmu,"Ziko memilir pergi menuju meja kerjanya. Ia menggeser kursi kebesarannya lalu duduk di sana.Tidak ingin Ziko kembali marah padanya, Senja pun bergegas mengambil perlengkapan yang ia bawa lalu lekas keluar dari sana.______Di ruang cleaning servis. Ternyata Anton sang manager sudah berdiri menunggu kedatangan Senja."Kamu yang bernama Senja?"Lelaki itu berdiri sambil mengamati Senja dari atas hingga bawah kemudian kembali ke atas. Tatapannya begitu intens."I_ Iya, Pak!"Senja menunduk. Dia sama sekali tidak ingin membalas tatapan mata Anton. Dia yakin, jika Anton akan memarahinya. Senja berdiri sambil memegang ember plastik dan juga alat pengepel lantai yang belum sempat ia simpan.'Hem! Ternyata gadis ini cantik juga!'Dengan liar dan liciknya Anton menatap hingga membatin mengamati raut wajah Senja serta bentuk tubuh gadis itu."Apa yang baru saja kau lakukan di ruang Presdir?"Anton melempar pertanyaan yang menyelidik. Dia berfikir, kesalahan apa yang di lakukan oleh gadis itu sehingga Ziko meneleponnya dan membentaknya."Sa_ Saya! Saya tidak sengaja menumpahkan air ini ke lantai, Pak. Sampai-sampai, airnya membasahi celana Pak Presdir,"Sesekali Senja mengangkat wajahnya, mengarahkan pandangannya kearah Anton, lalu kembali menunduk."Lalu? Apa dia memecat mu?"Dengan cepat Senja mengangkat wajahnya lalu menggeleng. "Tidak Pak, Pak Presdir tidak jadi memecat saya,"Anton mengerutkan kening. 'Benarkah yang di katakan gadis ini?! Tapi.. jika dilihat dari raut wajah gadis ini, sepertinya dia memang tidak berbohong,'Anton kembali membatin. Walaupun ada rasa tidak percaya, namun mendengar nada bicara gadis itu serta melihat reaksinya, Anton mencoba untuk mempercayainya saja."Baiklah, kau boleh kembali bekerja,""Baik, Pak!"Senja sambil mengangguk. Setelah itu dia pun pergi dari hadapan Anton. Senja terlebih dahulu menyimpan ember plastik beserta alat pengepel lantai ke tempatnya semula, setelah itu dia pergi menghampiri Ayu.______15 menit kemudian. Di ruangan Presdir."Tuan! Apa yang terjadi?!"Rio yang baru saja tiba mengerutkan keningnya saat melihat Ziko yang sedang duduk sambil memijat pelipisnya."Gadis itu membuatku muak,"Ziko menghela nafas jengah."Gadis? Gadis siapa?"Rio tidak mengerti siapa yang dimaksud Ziko.Ziko mengangkat sedikit wajahnya, menatap Rio. "Mana berkas yang aku minta,"Ziko tidak ingin membahasnya lagi, dia malas jika harus menceritakan kejadian tadi pada Rio."Ini, Tuan!"Dengan cepat Rio menyerahkan dokumen itu kepada Ziko.Ziko meraihnya, kemudian memeriksanya terlebih dahulu. Setelah itu iapun memutuskan untuk segera pergi ke ruang meeting bersama dengan Rio._________Siang harinya."Senja. Kita cari makan dulu, yuk!"Berhubung sudah jam istirahat siang, Ayu pun buru-buru mengajak Senja untuk mencari makanan. Gadis itu sudah tidak tahan dengan kondisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar.Senja mengangguk sambil tersenyum. "Iya, yuk!"Mereka berdua pun beranjak dari ruang cleaning servis. Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba saja suara Anton mengejutkan mereka."Hei kalian berdua!"Senja dan Ayu refleks menghentikan langkah mereka, kemudian menoleh. "Ada apa Pak?""Jangan lupa, setelah pulang nanti kalian ikut dengan ku,""Makan malam 'kan?"Tebakan Ayu tepat, karena dia sudah paham dengan apa yang diinginkan oleh Anton.Anton tersenyum menyeringai, sambil mengangguk cepat. "Bagus kalau kalian sudah tau apa maksudku, ha.. ha.. ha.."Ayu dan Senja saling melempar pandang. "Kalau begitu kami pergi dulu, Pak,"Tidak ingin terlalu lama meladeni Anton, Ayu dan Senja kembali melangkah keluar dari ruangan. Mereka meninggalkan Anton yang masih memperhatikan keduanya sambil tertawa hingga punggung mereka hilang dari pandangannya.Tak lama kemudian.Saat Senja dan Ayu berjalan menuju lift. Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Ziko dan juga Rio.Terlihat kedua pemuda tampan dan gagah itu baru saja keluar dari ruang meeting."Aduh..! Ketemu lagi!"Lanjut episode 4"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t