Share

Mendapat masalah

"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,"

"Baik, Tuan!"

Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.

Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.

Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.

Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.

Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.

Byurr...

"Aaackh!"

Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja.

"Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"

Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi raut wajah Ziko yang memerah dengan tatapannya yang tajam.

"Apa-apaan kau ini?!"

Ziko sangat marah, ia menatap senja yang terlihat sedang memakai seragam cleaning servis.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja,"

Senja berusaha menahan tangisnya, namun suaranya terdengar parau di telinga Ziko.

Ziko terus menatapnya dengan tatapan tajam, sudah seperti singa yang terbangun dari tidurnya.

"Maaf katamu?!"

Ziko terus menatapnya dengan tatapan tajam, sudah seperti singa yang terbangun dari tidurnya.

Senja menunduk. Alat pengepel lantai yang masih ia pegang pun hampir lepas dari genggamannya. Tubuhnya sedikit bergetar menahan ketakutan yang teramat sangat ia rasakan. Suara Ziko yang keras dan lantang itu mendebarkan jantungnya, seperti ingin lepas dari tempatnya saja.

"Kenapa masih berdiri?! Cepat bersihkan ruangan ini!"

Setelah mengatakan itu, Ziko langsung meninggalkan Senja. Dia masuk keruangan nya, dan melanjutkan langkahnya menuju ke sebuah ruangan kecil. Ruangan itu adalah kamar pribadinya yang sudah di desain untuknya beristirahat sejenak, jika pekerjaannya terlalu banyak.

"Benar-benar sial!" umpat Ziko di dalam kamar.

Sementara di depan pintu. Senja yang masih tampak syok, memilih untuk segera membersihkan air yang membasahi lantai.

Baru pertama kali masuk kerja, tapi dia sudah mendapatkan masalah. Senja menggelengkan pelan kepalanya sambil terus mengepel lantai. Dia merasa menyesal dengan kebodohannya.

Tak lama kemudian, Ziko yang sudah berganti pakaian keluar dari kamar pribadinya. Ziko melirikkan sesaat matanya kearah Senja. Gadis itu masih sibuk mengepel lantai.

"Siapa namamu?"

Ziko bertanya sambil berjalan menuju meja kerjanya.

Senja menoleh. "Nama saya.. Senja, Pak!"

Tanpa bertanya lagi, Ziko langsung menekan tombol telepon kantor yang terletak di atas meja kerjanya.

"Anton! Siapa yang mempekerjakan gadis yang bernama Senja?"

Deg

"Pak. Saya mohon, Pak! Jangan pecat saya! Saya tidak sengaja melakukannya, Pak..! Tolong kasihanilah saya! Saya butuh pekerjaan ini, Pak! Ibu saya sedang sakit..!"

Senja berlari menghampiri Ziko, dia menangis bersimpuh di kaki pemuda itu.

"Hei, apa yang kau lakukan?! Menyingkir dariku!"

Ziko berusaha menjauhkan kakinya dari Senja. Ia menendang-nendang kan kakinya itu hingga Senja bersusah payah menahannya dengan kedua tangannya.

"Tolong jangan pecat saya, Pak..! Saya mohon..! Saya butuh uang untuk mengobati Ibu saya! Ibu sedang sakit, Pak!"

"Hahh" Ziko menghela nafas kasar.

Dia jengah mendengar Senja yang terus menerus meratap, tidak ingin Ziko memecatnya.

"Baiklah. Sekarang cepat keluar dari sini, sebelum aku menendang mu,"

"Terimakasih, Pak! Sekali lagi saya minta maaf,"

Dengan cepat Senja beranjak berdiri. Hatinya sedikit lega karena Ziko tidak memecatnya.

"Jangan banyak bicara lagi! Cepat keluar dari sini, aku tidak ingin terus melihatmu,"

Ziko memilir pergi menuju meja kerjanya. Ia menggeser kursi kebesarannya lalu duduk di sana.

Tidak ingin Ziko kembali marah padanya, Senja pun bergegas mengambil perlengkapan yang ia bawa lalu lekas keluar dari sana.

______

Di ruang cleaning servis. Ternyata Anton sang manager sudah berdiri menunggu kedatangan Senja.

"Kamu yang bernama Senja?"

Lelaki itu berdiri sambil mengamati Senja dari atas hingga bawah kemudian kembali ke atas. Tatapannya begitu intens.

"I_ Iya, Pak!"

Senja menunduk. Dia sama sekali tidak ingin membalas tatapan mata Anton. Dia yakin, jika Anton akan memarahinya. Senja berdiri sambil memegang ember plastik dan juga alat pengepel lantai yang belum sempat ia simpan.

'Hem! Ternyata gadis ini cantik juga!'

Dengan liar dan liciknya Anton menatap hingga membatin mengamati raut wajah Senja serta bentuk tubuh gadis itu.

"Apa yang baru saja kau lakukan di ruang Presdir?"

Anton melempar pertanyaan yang menyelidik. Dia berfikir, kesalahan apa yang di lakukan oleh gadis itu sehingga Ziko meneleponnya dan membentaknya.

"Sa_ Saya! Saya tidak sengaja menumpahkan air ini ke lantai, Pak. Sampai-sampai, airnya membasahi celana Pak Presdir,"

Sesekali Senja mengangkat wajahnya, mengarahkan pandangannya kearah Anton, lalu kembali menunduk.

"Lalu? Apa dia memecat mu?"

Dengan cepat Senja mengangkat wajahnya lalu menggeleng. "Tidak Pak, Pak Presdir tidak jadi memecat saya,"

Anton mengerutkan kening. 'Benarkah yang di katakan gadis ini?! Tapi.. jika dilihat dari raut wajah gadis ini, sepertinya dia memang tidak berbohong,'

Anton kembali membatin. Walaupun ada rasa tidak percaya, namun mendengar nada bicara gadis itu serta melihat reaksinya, Anton mencoba untuk mempercayainya saja.

"Baiklah, kau boleh kembali bekerja,"

"Baik, Pak!"

Senja sambil mengangguk. Setelah itu dia pun pergi dari hadapan Anton. Senja terlebih dahulu menyimpan ember plastik beserta alat pengepel lantai ke tempatnya semula, setelah itu dia pergi menghampiri Ayu.

______

15 menit kemudian. Di ruangan Presdir.

"Tuan! Apa yang terjadi?!"

Rio yang baru saja tiba mengerutkan keningnya saat melihat Ziko yang sedang duduk sambil memijat pelipisnya.

"Gadis itu membuatku muak,"

Ziko menghela nafas jengah.

"Gadis? Gadis siapa?"

Rio tidak mengerti siapa yang dimaksud Ziko.

Ziko mengangkat sedikit wajahnya, menatap Rio. "Mana berkas yang aku minta,"

Ziko tidak ingin membahasnya lagi, dia malas jika harus menceritakan kejadian tadi pada Rio.

"Ini, Tuan!"

Dengan cepat Rio menyerahkan dokumen itu kepada Ziko.

Ziko meraihnya, kemudian memeriksanya terlebih dahulu. Setelah itu iapun memutuskan untuk segera pergi ke ruang meeting bersama dengan Rio.

_________

Siang harinya.

"Senja. Kita cari makan dulu, yuk!"

Berhubung sudah jam istirahat siang, Ayu pun buru-buru mengajak Senja untuk mencari makanan. Gadis itu sudah tidak tahan dengan kondisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar.

Senja mengangguk sambil tersenyum. "Iya, yuk!"

Mereka berdua pun beranjak dari ruang cleaning servis. Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba saja suara Anton mengejutkan mereka.

"Hei kalian berdua!"

Senja dan Ayu refleks menghentikan langkah mereka, kemudian menoleh. "Ada apa Pak?"

"Jangan lupa, setelah pulang nanti kalian ikut dengan ku,"

"Makan malam 'kan?"

Tebakan Ayu tepat, karena dia sudah paham dengan apa yang diinginkan oleh Anton.

Anton tersenyum menyeringai, sambil mengangguk cepat. "Bagus kalau kalian sudah tau apa maksudku, ha.. ha.. ha.."

Ayu dan Senja saling melempar pandang. "Kalau begitu kami pergi dulu, Pak,"

Tidak ingin terlalu lama meladeni Anton, Ayu dan Senja kembali melangkah keluar dari ruangan. Mereka meninggalkan Anton yang masih memperhatikan keduanya sambil tertawa hingga punggung mereka hilang dari pandangannya.

Tak lama kemudian.

Saat Senja dan Ayu berjalan menuju lift. Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Ziko dan juga Rio.

Terlihat kedua pemuda tampan dan gagah itu baru saja keluar dari ruang meeting.

"Aduh..! Ketemu lagi!"

Lanjut episode 4

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status