"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Keesokan harinya."Kau tidak enak badan, kenapa tidak bilang sama Ibu? Harusnya kau istirahat saja, tidak perlu beres-beres rumah,"Ibu Ranti keluar dari kamarnya saat mendengar Senja berkata kepada Ayu jika dirinya sedang tidak enak badan."Senja tidak apa-apa, Bu! Cuma kurang enak badan aja, paling sebentar lagi juga pulih. Makanya Senja mau cari keringat, biar nggak lemes,""Iya! Tapi jangan terlalu capek lah, nanti demamnya tambah parah. Habis ini langsung istirahat aja ya!"Sesaat Senja mengulas senyumnya. "Iya, Bu! Senja tau kok apa yang harus Senja lakukan. Ibu jangan terlalu khawatir gitu dong!"Senja tidak ingin jika Ibu Ranti terlalu mengkhawatirkannya. Mengingat Ibu Ranti juga sedang dalam keadaan tidak sehat.Hari ini Senja tidak bisa masuk kerja. Ayu yang menghampirinya pun terpaksa harus pergi sendirian.Takut, bingung, sedih, itu yang Senja rasakan saat ini. Tapi apa boleh buat? menyesali hin
Setelah berkata seperti itu, Ziko berfikir akan memberikan sedikit rangsangan pada Senja, agar gadis itu tidak kesakitan. Untuk itu dia mengarahkan kedua tangannya sedikit ke atas, menyentuh hingga meremas kedua gundukan kembar milik Senja.Sesekali Ziko memelintir puncak nipel Senja, dengan jarinya. Tentu saja hal itu membuat Senja kembali bergairah."Aaahh.. Sssst!" desah Senja dengan suara lembut dan halus. Gadis itu memejamkan matanya saat Ziko kembali menekankan rudalnya secara perlahan namun semakin dalam."Aaaackh.." Seketika Senja mengejan. Rudal milik Ziko berhasil lolos, masuk dengan sempurna kedalam liang kenikmatannya.Detik berikutnya desahan panjang dan nikmat dari keduanya pun berirama memenuhi ruang kamar Ziko, saat Ziko mulai memainkan bokongnya maju mundur secara perlahan dan teratur."Aah.. Aahh.. Aahh!"Permainan Ziko semakin lama semakin cepat, hingga beberapa kali ia menghentakkan bokongnya dengan kuat.
Sesampainya di sana...Senja berdiri di depan ruangan Ziko, cukup lama. Sampai akhirnya ia memberanikan diri.Tok tok tok"Permisi Pak!" ucapnya setelah mengetuk pintu.Sesaat ia terdiam, menunggu sahutan dari dalam. Namun beberapa detik ia menunggu, masih tidak ada jawaban dari dalam.Akhirnya Senja kembali mengetuk pintu.Tok tok tok"Pak Ziko..! Ini saya Pak, Senja," ujarnya lagi dengan menyebutkan namanya.CeklekDaun pintu pun terbuka."Emh!" Seketika Senja menahan nafasnya. Saat pintu terbuka, tampak Ziko berdiri di depan pintu dengan aroma minuman beralkohol yang menyengat."Masuk," titah Ziko."I-iya Pak," sahut Senja gugup. Ada rasa takut yang ia rasakan saat ini. Berduaan dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki di bawah pengaruh minuman beralkohol tentu akan membuat dirinya sedikit terancam. Takut jika Ziko melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pikirnya membat
"Aduh..! Ketemu lagi,"Senja menutupi sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Dia tidak ingin jika Ziko melihatnya."Kamu kenapa Senja?"Ayu menoleh saat Senja mengaduh, dia mengerutkan keningnya menatap Senja menutupi sebagian wajahnya."Ah, tidak apa-apa kok. Mataku kemasukan debu," Senja berbohong, hingga harus mengucek pelan pelupuk matanya yang tidak sakit.Ayu menggeleng singkat, lalu memalingkan kembali wajahnya. "Siang Pak Ziko! Pak Rio!"Ayu menyapa kedua pemuda itu dengan ramah saat berpapasan dengan mereka. Namun tidak ada sahutan dari kedua pemuda itu, mereka hanya melirikkan sekilas bola mata mereka kearah Ayu, tanpa melirik kearah Senja."Hah! Syukurlah,"Seketika Senja menghela nafas lega, setelah Ziko dan Rio melewati mereka."Hah! Syukur katamu?"Ayu yang kembali menoleh dan bertanya dengan nada heran."Emm.. Itu, maksudku.. Syukurlah mataku sudah nggak perih lagi. He.. he.. he..""Oh! Kirain apaan,"Ayu dan Senja terus berjalan hingga menaiki lift, hingga menit kemu
"Biar aku saja. Kau pergilah kembali ke rumahku, ambilkan berkas di atas meja kerjaku,""Baik, Tuan!"Di luar ruangan, seorang pria berwajah tampan dan maskulin tengah berjalan menuju ruangannya bersama asisten pribadinya.Dia Ziko, pemilik perusahaan Bastian Group.Ziko melanjutkan langkah kakinya setelah keluar dari lift. Pemuda itu berjalan dengan ciri khasnya yang gagah, santai, dan dengan menampakkan raut wajahnya yang dingin dan datar.Setelah sampai di depan ruangannya, Rio sang asisten ingin segera membukakan pintu untuk Ziko namun dengan cepat Ziko menahan tangannya.Sepeninggalan Rio, Ziko pun membuka pintu ruangannya, dan saat pintu itu mulai terbuka, tiba-tiba saja daun pintu menubruk sesuatu dari dalam. Ziko tetap mendorongnya, hingga detik kemudian semburan air membasahi pakaian bagian bawahnya.Byurr..."Aaackh!"Suara keterkejutan Ziko bersamaan dengan suara Senja."Aduh. Ma_ Maafkan saya, Pak,"Seketika Senja menjadi gelagapan, ia juga ketakutan saat melihat reaksi rau
"Aduh..! Tapi..,""Tapi apa, Pak?!"Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya."Tapi.. ada syaratnya,"Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!" Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu."Syaratnya!""Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!""Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,""Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik t
"Uhuk.. Uhuk"Suara batuk terdengar saat Senja masih sibuk di dapur, ia segera berlari ke kamar saat mendengar suara batuk ibunya."Ibu kenapa?!" Tanyanya dengan cemas.Lalu, ia mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja dekat ranjang ibunya."Uhuk.. Uhuk"Suara batuk itu terus terdengar bahkan suaranya terdengar semakin parah sehingga membuatSenja semakin khawatir."Minum dulu, bu!" ujarnya sambil membantusang ibu untuk bangun. Wanita yang sudah berusia paruh baya itu pun bangun dengan perlahan, kemudian meminumair putih yang di berikan oleh Senja."Kamu nggak kerja, Nak?!" tanya wanita paruh baya itu yang bernama Ranti, setelah selesai meneguk minumannya.Sesaat Senja menghela nafas berat. "Entahlah, bu! Sepertinya Senja mau cari pekerjaan lain aja," jawabnya dengan berat hati."Memangnya kenapa?" tanya Ibu Ranti terheran-heran.Wanita itu menatap raut wajah putrinya dengan perasaan sedih sekaligus merasa bersalah.Di saat usianya yang masih sangat muda, Senja h