Yuriel berlari kencang menembus kerumunan orang di klub tanpa menoleh ke belakang, berlari keluar dari tempat jahanam itu.
"Berhenti!" Dua orang berjas hitam masih mengejarnya di belakang.
Yuriel panik dan terus berlari tanpa menoleh, menyebarang jalan sepi. Tidak ada lagi mobil lewat di jalanan sepi.
Dia berhenti di tengah jalan ketika napasnya sudah mencapai batas. Dia tidak bisa berlari lagi.
Tiiinnn!
Sebuah mobil dengan cahaya lampu menyilaukan membunyikan klakson kencang. Yuriel membelalak ketika mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak tubuhnya, sebelum berbelok menabrak pohon besar di pinggir jalan.
Sementaranubuh gadis itu terpanting di aspal jalan. Darah segera mengalir dari keluar dari tubuhnya.
Dua orang yang mengejar Yuriel terpaku menyaksikan kecelakaan itu. Mereka berdua saling pandang sebelum berbalik melarikan diri.
Yuriel mengerjap-ngerjapkan matanya masih setengah sadar. Dia meringis merasakan seluruh tubuhnya seperti diremukkan.
Dengan susah payah dia mengalihkan pandangannya ke samping. Dalam pandangan buram dia dapat melihat sebuah mobil silver yang menabrak pohon besar.
Bagian depan mobil itu rusak parah. Pintu depan mobil setengah lepas dari engselnya dalam keadaan terbuka dengan kaca jendela hancur berkeping-keping.
Duduk di kursi pengemudi, terlihat seorang wanita yang tidak sadarkan diri dalam kondisi bersandar di jok. Gaun putih gading wanita itu berlumuran darah. Tangannya terkulai di sisi tubuhnya.
Yuriel mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Setelah beberapa saat, pupil matanya bergetar. Napasnya tercekat di tenggorokan.
Tidak!
Mulut Yuriel terbuka hendak mengatakan sesuatu di tengah napasnya yang terengah-engah. Air mata mengalir di sudut matanya saat dia bergumam lirih memanggil nama wanita itu.
“Yu ... Yunifer!”
Wajah wanita itu sangat akrab dalam kepalanya. Wajah yang selalu dia lihat ketika bercermin.
“Yun ... nifer ....”
Napasnya putus-putus Dari ujung matanya dia dapat melihat api merambat di sekitar mobil itu. Yuriel mengerahkan kekuatannya mencoba untuk bangkit dari genangan darahnya, namun justru rasa sakit luar biasa yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan ujung jarinya.
“Ku ... moh ... hon!” Yuriel melihat dengan putus asa ke arah wanita dalam mobil itu ketika api mulai membesar.
Yunifer!
Pandangannya mulai memburam. Hal terakhir yang dia ingat adalah api besar membakar mobil itu diikuti suara ledakan sangat memekakkan telinga, lalu semua menggelap.
***
“Riel! Riel! Riel.”
Sosok gadis kecil berusia sepuluh tahun berlari dengan gembira menghampiri gadis yang duduk di ayunan.
Dia memiliki wajah yang sama persis dengan gadis yang duduk di ayunan.
Riel adalah nama panggilan Yuriel, mendongak dan tersenyum kecil melihat senyum penuh kebahagiaan di wajah saudarinya.
“Aku diadopsi! Riel, aku diadopsi! Aku akan memiliki keluarga.”
“Selamat ya Yunifer.” Yuriel tersenyum, lalu tertunduk dengan lesu.
Gadis kecil dipanggil Yunifer itu terdiam. Senyum kebahagiaan di wajahnya perlahan memudar. Dia terlalu bahagia hingga lupa memerhatikan perasaan Yuriel.
Dia memahami pikiran Yuriel. Bagaimana pun mereka adalah saudara kembar. Yunifer menunduk memandang muram sepatu lusuh yang dikenakannya.
“Aku dengar hanya aku saja yang diadopsi. Tapi jangan khawatir aku akan membujuk orang tua angkat untuk membawamu juga,” ujarnya meraih tangan Yuriel penuh tekad.
Yuriel langsung mengangkat kepalanya dan menggeleng.
“Jangan, kita tidak boleh merepotkan orang tua angkatmu.”
“Tapi aku mau kita tetap bersama.” Yunifer cemberut dengan mata berkaca-kaca.
Yuriel hanya tersenyum sedih dan menggenggam tangannya.
“Tapi tidak mudah untuk mendapat orang tua angkat. Kau tahu sulit bagi anak-anak di sini untuk diadopsi. Kamu jangan sedih hanya karena kamu satu-satunya yang diadopsi.”
Sejujurnya dia tidak ikhlas. Yunifer adalah satu-satunya saudara kandungnya dan mereka tidak pernah berpisah selama ini.
Tetapi ada orang mengadopsi Yunifer karena menyukai sifatnya yang ceria. Sayang kedua orang tua itu tidak bisa mengadopsi mereka berdua sekaligus.
Orang tua angkat Yunifer hidup berkecukupan dan memiliki penghasilan pas-pasan. Mereka hanya sanggup membesarkan satu anak.
Yuriel merelakan adiknya karena itu yang terbaik untuknya.
Air mata Yunifer mengalir.
“Jangan khawatir. Kita pasti akan bertemu lagi.” Yuriel menghapus air mata adiknya.
“Baik kak, saat aku besar dan sukses nanti, aku pasti akan membawamu bersamaku.”
Yunifer tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya.Orang tua angkat Yunifer datang untuk menjemputnya. Yuriel hanya bisa menyaksikan saat saudari kembarnya dibawa pergi oleh orang tua angkatnya.
Yunifer berbalik dan melambai padanya sebelum masuk ke dalam mobil silver orang tua angkatnya.
Yuriel menyaksikan saat mobil yang dinaiki Yunifer berjalan meninggalkan panti asuhan. Tiba-tiba sebuah truk melaju dan menabrak mobil itu.
Mata Yuriel membelalak kala mobil silver itu terbakar dalam ledakan keras
“Tidaaak! Yunifer!”
Yuriel tersentak bangun. Dia terengah-engah, matanya terbuka lebar-lebar menatap langit-langit putih di atasnya.
Mimpi buruk, pikirnya. Sekujur tubuh basah oleh keringat.
Setelah beberapa saat menenangkan napasnya, Yuriel mengerjap menatap ke sekelilingnya. Dia tampak berada di sebuah ruangan bercat dinding putih dengan bau obat-obatan yang menusuk penciumannya.
Ini rumah sakit, batinnya memejamkan matanya dan menenangkan napasnya yang tidak beraturan. Bunyi monitor yang memantau organ vitalnya bergema di kamar rawatnya menunjukkan pergerakan organ vitalnya.
Sunyi.
Tidak ada siapa pun di kamar rawatnya. Hanya suara gema monitor mengisi keheningan kamar. Yuriel sudah terbiasa dengan kesunyian seperti saat dia tinggal sendiri di kamar kosnya dengan ditemani suara jam yang berdetak detik demi detik.
Dia tidak membutuhkan siapa pun untuk menemaninya. Dia sudah terbiasa sendirian. Namun sekarang kesendirian ini sangat mencekiknya.
Yuriel tiba-tiba membuka matanya.
Tidak! Dia tidak sendiri. Dia masih memiliki Yuriel, saudara kembarnya yang selalu dirindukannya.
Gadis itu bangkit dengan terburu-buru. Seketika pening menyerang kepalanya. Yuriel menggelengkan kepalanya mengusir pening. Dia mencabut infus di tangannya lalu turun dari ranjang.
Seketika rasa sakit menyerang sekujur tubuhnya. Yuriel jatuh terduduk gemetar di lantai. Tapi dia tidak peduli dengan luka-lukanya yang belum sembuh pasca kecelakaan.
Sambil memegang lengannya yang dibalut gips, dia bangkit dan berjalan keluar dari kamar rawatnya dengan menopang di dinding.
Seluruh wajah Yuriel pucat pasi dengan keringat dingin mengalir keluar melalui pori-pori kulit menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tapi dia tidak memedulikannya. Hanya ada Yunifer, saudara kembarnya di kepalanya.
Yuriel tidak bisa melupakan gambar api besar membakar mobil dan suara ledakan yang memekakkan telinga. Dia memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir. Bibirnya bergetar menyebut nama saudarinya.
Yunifer, kau juga selamatkan?
Yuriel jatuh terduduk di lantai lorong rumah sakit. Dia tidak memedulikan pandangan aneh orang-orang di lorong itu. Seluruh tubuhnya bergetar, air mata perlahan mengalir di pipinya.
“Nona, apa kau baik-baik saja? Sini saya bantu.” Salah satu perawat menghampirinya dan memegang lengannya, membantunya untuk berdiri.
Yuriel menepis kasar tangannya. Dia berdiri dengan susah payah. Suster itu mencoba membantunya tapi Yuriel menepisnya sekali lagi
“Nona, kondisi Anda sangat buruk.”
“Enyah!” Dia membentak suster itu.
Yuriel merasakan kebencian terhadap orang-orang di sekitarnya.
Dia tidak membutuhkan bantuan siapa pun! Mereka tidak akan pernah mengulurkan tangan padanya bahkan jika dia memohon.
Wajah Yuriel memucat, napasnya terengah-engah. Pandangannya terlihat kabur. Dia terus tidak memedulikan hal itu.
Yuriel menggelengkan kepalanya. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan Yunifer. Hanya dia satu-satunya keluarganya dan orang yang paling dia pedulikan.
Yuriel tidak bisa berjalan lebih jauh lagi. Pandangannya semakin memburam. Tubuhnya terhuyung ke depan. Sebelum dia jatuh ke lantai, sebuah tangan kekar menahan tubuhnya.
“Apa lagi yang coba kau lakukan!”
Suara itu sedingin es, dan penuh dengan kemarahan yang tersembunyi menyapa pendengaran Yuriel.
Dalam pandangan buram dia melihat wajah tampan seorang pria menatapnya dingin.
“Kau siapa?”
Hanya itu yang dikatakannya sebelum kehilangan kesadaran.
Sosok pria jangkung berjalan mantap di koridor rumah sakit. Kehadirannya menarik banyak perhatian orang-orang yang dilewatinya. Aura karismatik memancar dari tubuhnya tegap yang dibalut setelan jas mahal biru gelap. Wajah tampan nan dingin lelaki itu semakin memperkukuh karismanya sebagai seorang presdir sebuah perusahaan.Aleandro Gilren, siapa yang tidak mengenal sosok Presiden Direktur yang setiap minggunya menghiasi majalah-majalah bisnis.Dengan wajah tampan dan karisma seorang Presdir, banyak wanita yang rela melemparkan diri di bawah kakinya.Aleandro memandang lurus ke depan dengan ekspresi acuh tak acuh, tidak memedulikan hiruk pikuk di sekitarnya. Di belakangnya, asisten dan sekretarisnya mengikutinya, serta seorang pengacara dan asistennya.Seorang dokter paruh baya buru-buru menghampirinya diikuti suster yang mendampinginya.“Tuan Gilren, senang bertemu dengan Anda.” Dokter itu men
Sekejap kepala Yuriel berdengung mendengar kata-kata dokter itu. Gambaran sosok berdarah wanita yang tidak bernyawa dalam mobil berkelebat dalam kepalanya.Api besar berkobar membakar mobil itu disertai suara ledakan yang memekakkan telinga berseliweran bagaikan kaset rusak. Yuriel seketika menjerit histeris memegang dadanya. Tikaman rasa sakit menyerang dadanya. Napasnya tercekat. Dadanya sesak. Dia tidak bisa bernapas.Yuriel tersendat-sendat mencoba untuk bernapas. Seluruh pandangannya memburam oleh air mata. Bayangan wanita yang tidak bernyawa dalam mobil terus-terusan berkelebat dalam kepalanya.Dia mencengkeram dadanya. Tangisannya pecah, terdengar seperti lolongan binatang yang terluka. Itu terdengar memilukan membuat orang mengalihkan pandangan dengan mata memerah.Aleandro tertegun dan beberapa orang di ruangan itu terdiam.Dokter
Sosok wanita cantik dengan pakaian bermerek menghardik dua suster yang bergosip di depan pintu kamar rawat Yuriel.“Siapa yang kalian sebut panjat status karena membius, hah! Itu Presdir brengsek yang memaksanya! Selain itu dia duluan berselingkuh dari Yunifer. Apa hak kalian mengkritik Yunifer!”“Apa rumah sakit kalian terlalu longgar membiarkan perawat mereka menghakimi seorang pasien?!”Suara keras Melly yang memarahi dua suster itu menarik perhatian beberapa suster dan pasien yang lewat.Dua suster itu menciut diomeli Melly, seorang super model yang sedang naik daun.Awalnya mereka ingin meminta tanda tangan tetapi melihatnya memarahi mereka bahkan menyebut-nyebut rumah sakit tempat mereka bekerja, mereka panik.Mereka telah melanggar etika profesional di tempat kerja.Jika Dokter Kenneth sampai mendengarnya, mereka tidak bisa membayangkan konsekuensinya.
Yunifer semakin tertekan dengan sikap acuh tak acuh suaminya dan cemoohan orang-orang di sekitarnya.Saat kandungannya memasuki bulan ke enam, dia mengalami keguguran karena bertengkar dengan Sherly di rumahnya sendiri.Bukannya mendapat simpati dari orang-orang di sekitarnya, dia justru mendapat kritikan sebagai wanita pencemburu dan tidak bisa menjaga janinnya hingga mengalami keguguran.Semua orang hanya tahu bahwa Sherly datang untuk mengambil dokumen perusahaan yang teramat penting, namun Yunifer malah mengajaknya bertengkar dan menuduh Sherly mencoba menggoda Aleandro. Padahal Sherly yang memprovokasi Yunifer yang sensitif di masa kehamilan bahwa Aleandro akan menceraikannya setelah bayinya lahir.Yunifer tidak bisa menahan keluhan dan kesedihan karena kehilangan bayinya. Tidak ada seorang pun di sisinya yang mencoba membelanya. Bahkan suaminya menjadi semakin dingin dan jauh sejak dia keguguran.
Yuriel menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melly.Sheryl memandang kedua wanita itu dengan tidak menyenangkan. Dua puluh triliun bukanlah angka yang kecil. Beraninya dua wanita itu memeras Aleandro!Dia maju dan berdiri di sebelah Aleandro untuk menegur Yuriel.“Yunifer, bukankah kau amnesia. Bagaimana kau bisa mengajukan tuntutan tidak masuk akal. Atau sebenarnya kau ....” Sherly tidak langsung melanjutkan kalimatnya dan melirik Aleandro dengan hati-hati.Seolah tidak ingin mengekspos penipuan Yuriel di depan Aleandro.Yuriel dan Melly memutar bola matanya sebal melihat akting Sherly menjijikkan di mata mereka. Dasar perempuan bermuka dua!Aleandro tidak menanggapi Amanda dan hanya memandang Yuriel dengan kening berkerut seolah sedang menilainya.
Yuriel histeris dan memukul pria itu dengan bantal terdekatnya, mengagetkan Aleandro.“Hei-““Aku akan melaporkanmu karena tindakan pelecehan!” Yuriel tidak membiarkannya mengatakan apa pun barang sejenak dan histeris sembari terus memukulnya dengan bantal.Apa maksudnya dengan pelecehan? Dia itu istrinya!Aleandro semakin tersinggung dan marah dengan reaksi orang yang dianggap sebagai istrinya.Beruntung kamar rawat VIIP itu kedap suara sehingga suara Yuriel tidak Kedengaran sampai keluar.“Hentikan!” Aleandro menahan kedua tangan Yuriel dan menatapnya tajam.“Jangan lupa kau itu adalah istriku.”Yuriel memelototinya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Setelah menyebabkan adiknya menderita dan berselingkuh dengan wanita lain, beraninya dia menciumku!
Begitu kata-kata Yuriel keluar, keheningan jatuh dalam mobil sedan itu. Sang sopir bahkan hampir menyerempet dari jalur jalan sebelum menyeimbangkan setir mobil.Aleandro kehilangan kata-kata mendengar ucapan Yunifer, pun dengan Sherly.Itu bukan ungkapan kalimat cemburu. Tetapi penghinaan terhadap status istri seorang Aleandro Gilren yang notabenenya seorang Presdir dan raja bisnis di Capital, tidak sebanding dengan status seorang sekretaris.Siapa itu Aleandro Gilren? Dia adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan raksasa terkenal di kota Capital dan berasal dari keluarga kelas atas.Statusnya sudah bergengsi sejak dia lahir dan kini menjadi seorang Presdir dengan kemampuannya sendiri, menjadikannya sosok pria idaman banyak wanita. Tak terhitung jumlah wanita yang berlomba-lomba menjadi istrinya. Tetapi Yuriel merendahkannya seolah status istri Aleandro bukan apa-apa dan bisa dipungut dipinggir jalan
“Apa dia sudah gila?” Sherly memandang Aleandro dengan khawatir, namun diam-diam merasa senang.Dia tahu Aleandro memiliki ego tinggi, paling tidak menyukai orang yang bersikap sombong di depannya dan meremehkannya. Tindakan Yuriel meremehkannya di depan para pelayan sudah pasti membuatnya marah.Aleandro menggertakkan gigi mencoba menahan kemarahan dalam dadanya. Dia segera berbalik menyusul Yuriel yang sudah masuk duluan.Sheryl mengerutkan keningnya tidak senang dan menyusul mereka.Yuriel memandang ke sekeliling ruangan mansion yang tampak lengang. Dia melihat beberapa pelayan yang lewat menatapnya sambil berbisik-bisik.Dua orang pelayan perempuan lewat sambil menatap Yuriel dengan tatapan meremehkan sambil membawa ember yang digunakan untuk mengepel lantai.“Dia benar-benar tidak tahu malu berani muncul di rumah ini.”
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro