Sekejap kepala Yuriel berdengung mendengar kata-kata dokter itu. Gambaran sosok berdarah wanita yang tidak bernyawa dalam mobil berkelebat dalam kepalanya.
Api besar berkobar membakar mobil itu disertai suara ledakan yang memekakkan telinga berseliweran bagaikan kaset rusak. Yuriel seketika menjerit histeris memegang dadanya. Tikaman rasa sakit menyerang dadanya. Napasnya tercekat. Dadanya sesak. Dia tidak bisa bernapas.
Yuriel tersendat-sendat mencoba untuk bernapas. Seluruh pandangannya memburam oleh air mata. Bayangan wanita yang tidak bernyawa dalam mobil terus-terusan berkelebat dalam kepalanya.
Dia mencengkeram dadanya. Tangisannya pecah, terdengar seperti lolongan binatang yang terluka. Itu terdengar memilukan membuat orang mengalihkan pandangan dengan mata memerah.
Aleandro tertegun dan beberapa orang di ruangan itu terdiam.
Dokter Kenneth melepaskan kacamatanya. Dia menunduk berpura-pura melapnya, padahal menghapus air mata di sudutnya.
Tangisan kesakitan Yuriel bergema di dalam kamar rawat itu, kemudian berhenti mendadak. Dokter Kenneth terkejut melihat Yuriel kembali pingsan.
“Nyonya!” Dokter Kenneth buru-buru memeriksanya. Setelah beberapa saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Aleandro.
“Tuan, sepertinya Nyonya Yunifer mengalami syok. Mari ikuti saya keluar, saya akan menjelaskan kondisi Nyonya Yunifer.”
Ekspresi Aleandro tak terbaca memandang wanita yang tidak sadarkan diri di ranjang pasien. Setelah beberapa saat berbalik mengikuti Dokter Kenneth.
“Nyonya Yunifer tampaknya mengalami depresi dan syok setelah kecelakaan. Itu kemungkinan yang menyebabkannya hilang ingatan karena otaknya ingin melupakan kenangan buruk untuk melindungi pemiliknya. Reaksi yang Anda lihat pada Nyonya Yunifer adalah salah satu pemicunya. ”
Dokter Kenneth menyimpulkan kondisi Yuriel yang dikira sebagai Yunifer dan menjelaskannya kepada Aleandro.
“Apa Anda yakin dokter bahwa dia tidak berpura-pura? Yunifer menggunakan segala cara untuk menunda sidang perceraiannya. Siapa tahu dia berpura-pura amnesia karena tidak ingin bercerai.” Sherly yang ikut mendengarkan sebagai sekretaris Aleandro, berkata curiga dan tidak senang.
Dia melirik cemas ekspresi wajah Aleandro yang tidak terbaca. Dia takut Aleandro tidak jadi menceraikan Yunifer karena kondisinya.
Dokter Kenneth hanya tersenyum sopan.
“Saya memang tidak bisa menyimpulkan berdasarkan sudut pandang medis, namun reaksi psikologis tidak mungkin berbohong. Jika Anda tidak percaya, Anda bisa memeriksanya ke rumah sakit lain. Hanya itu yang bisa saya lakukan.”
“Tidak perlu.” Aleandro akhirnya membuka suaranya. Dia melirik pintu kamar rawat Yunifer lalu berkata pada dokter Kenneth.
“Teruskan perawatan terhadap Yunifer Pastikan dia benar-benar sembuh.”
“Baik Tuan Gilren.” Dokter Kenneth menjawab dengan hormat.
“Tapi bagaimana dengan perceraianmu?” Sherly bertanya tidak senang.
Aleandro menatapnya dingin. “Itu bukan urusanmu.”
Sheryl langsung menutup mulutnya. Dia melirik wajah tampan itu dengan sedih. Tetapi Aleandro tidak memperhatikannya karena ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar.
Aleandro memijit-mijit pangkal hidungnya melihat nama ayahnya muncul di layar ponsel. Dia menjawab telepon dari ayahnya.
“Ada apa Ayah?”
“Kamu ada di mana! Kemari sekarang, kakekmu jatuh sakit!” Suara Cain, ayah Aleandro terdengar cemas sekaligus marah.
“Baiklah, aku akan segera ke sana sekarang.” Aleandro menutup teleponnya sebelum mendengar omelan ayahnya mengenai keputusannya untuk menceraikan Yunifer.
Di keluarganya, orang yang paling menentang perceraiannya adalah kakek dan ayahnya. Entah apa yang digunakan Yunifer hingga bisa meluluhkan dua orang yang paling tegas dalam keluarga Gilren.
Tetapi sekarang Yunifer hilang ingatan dan membuat masalahnya semakin rumit. Aleandro beranjak meninggalkan Dokter Kenneth dan Amanda. Namun Amanda buru-buru menahannya.
“Kamu mau ke mana?”
“Kakek jatuh sakit, Ayah ingin aku segera menemui Kakek,” jawab Aleandro memeriksa jam tangannya. Sebentar lagi dia ada rapat perusahaan tetapi karena telepon dari ayahnya dia harus membatalkannya.
“Apa aku boleh ikut. Aku mencemaskan kakek,” pinta Sherly dengan tatapan lembut kala menatap Aleandro.
Aleandro dan Sherly adalah teman masa kecil karena mereka bertetangga. Kedua keluarga mereka saling mengenal satu sama lain.
Aleandro melirik Amanda. “Tidak usah, Kakek paling tidak suka melihatmu.” Lalu berbalik meninggalkan Sherly.
Sheryl menggertakkan giginya kesal setelah Aleandro pergi.
Kakek tua sialan! Umpatnya dalam hati.
Kakek Hendry Gilren, merupakan orang yang selalu menghalanginya mendekati Aleandro. Semua itu gara-gara wanita sialan itu!
Sheryl memelototi pintu kamar Yunifer dengan penuh kebencian.
Kenapa wanita itu tidak mati juga dalam kecelakaan itu. Dia membenci fakta bahwa Aleandro dan Yunifer masih belum bercerai. Dan sekarang wanita hilang ingatan.
Sheryl berbalik pergi dengan gusar.
Dokter Kenneth yang menyaksikan semua itu hanya menggelengkan kepalanya. Dia hidup cukup lama untuk bisa memahami masalah orang dewasa itu.
Hati wanita yang pencemburu itu penuh dengan racun.
“Nyonya Yunifer yang malang.”
Dokter Kenneth memperbaiki letak kacamatanya menatap kasihan pintu kamar rawat Yuriel.
Tidak hanya mengalami kecelakaan, dia juga bahkan akan dicerai oleh suaminya begitu sadar dari komanya.
Dokter Kenneth tidak menonton berita skandal perselingkuhan istri Presdir Aleandro Gilren yang terkenal hingga dia berpikir seperti itu.
***
Seorang suster masuk ke kamar rawat VIIP yang ditempati istri Presdir perusahaan besar GN grup. Kamar itu gelap tanpa pencahayaan lampu.
Suster itu menghidupkan lampu lalu melirik wanita yang duduk termenung menatap kosong ke luar jendela. Pemandangan langit malam dan kota yang gemerlap dari kaca jendela terpampang di depannya.
Suster itu mendesah iri. Wanita itu mendapat jackpot karena bisa menikahi Presdir sebuah perusahaan raksasa di kota itu. Tetapi bukannya mensyukuri keberuntungannya, dia malah berselingkuh hingga akhirnya akan diceraikan.
Suster itu mencemoohnya dalam hati.
Dia melirik nampan berisi makanan yang dia bawa tadi siang masih dalam keadaan utuh tanpa disentuh. Suster itu mengerutkan dahi tidak senang menatap wanita yang termenung. Dia bahkan tidak menghiraukan keberadaannya.
Dokter Kenneth sudah mengultimatumnya untuk merawat Nyonya Yunifer hingga dia harus benar-benar sembuh.
Tapi sedari tadi siang kondisinya seperti itu. Tidak mau makan, minum ataupun bicara. Dia bahkan tidak tahu apakah wanita itu pernah tidur.
Suster itu tidak peduli. Dia hanya perlu melaksanakan tugasnya. Siapa yang peduli wanita itu mau makan atau tidak. Toh dia akan segera diceraikan oleh Presdir Aleandro Gilren.
Suster itu meletakkan nampan berisi makanan untuk makan malam dan kantung plastik besar di meja samping ranjang.
“Nyonya, ini waktunya makan malam.”
Yuriel tidak menghirau suster itu.
Suster itu mencebik lalu melanjutkan omongnya. “Tadi pihak kepolisian mengantarkan tas Nyonya yang selamat dari ledakan mobil ke rumah sakit. Saya datang untuk mengantarkannya.”
Yuriel masih bergeming. Dia terlihat tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.
Suster itu mendengkus dan berbalik menuju pintu untuk keluar. Dia bertemu dengan rekan perawatnya di depan pintu.
“Hai Diana,” sapa rekan susternya. Dia kemudian melirik ke dalam kamar, lalu berbisik kepada Suster Diana.
“Bukankah itu istri Presdir yang terkenal di TV?”
Suster Diana mengangguk. Dia tidak menutup pintu kamar VIIP. Toh wanita itu tidak akan peduli dengan percakapan mereka.
“Kabarnya dia mengalami kecelakaan, ya? Mengapa keadaannya seperti orang yang tidak punya semangat hidup?” tanya rekan suster Diana mengamati Yuriel.
“Ya tentu saja, siapa yang tidak stres karena akan diceraikan Pak Presdir. Jika itu aku, aku akan bunuh diri.”
Dua suster itu cekikikan.
Yuriel bisa mendengar percakapan antara suster dan tidak memedulikan mereka. Namun kalimat dari salah satu suster itu memicu kemarahannya.
“Kasihan sekali. Padahal dia sudah bersusah payah naik ke ranjang Presdir Gilren. Tetapi wanita itu malah berselingkuh di belakang punggung Pak Presdir dan mengalami kecelakaan. Karma memang selalu berlaku.”
Yuriel menoleh dan memelototi dua suster itu dengan tatapan seperti binatang buas. Dia ingin sekali merobek mulut-mulut kotor yang sudah menghina adiknya.
Apa Yunifer selalu diperlakukan seperti itu?
Yuriel memiliki keinginan untuk mencari orang yang menjadi suami Yunifer dan mencabik-cabiknya tanpa sisa.
“Oh astaga, menakutkan sekali!” seru rekan suster Diana ketika tatapannya bertemu dengan mata merah ganas Yuriel.
“Apa dia mendengar percakapan kita?” Suster itu berbisik takut.
“Siapa peduli, setelah dia diceraikan Presdir Gilren dia sudah bukan siapa-siapa. Dia bisa panjat status karena membius Presdir Gilren.” Suster Diana mencibir.
“Tutup mulut-mulut kotor kalian!” Suara seorang wanita meraung mendekati mereka.
Kedua suster itu langsung berbalik memandang seorang wanita berambut merah bata mendekati mereka
“Nona Melly!”
Sosok wanita cantik dengan pakaian bermerek menghardik dua suster yang bergosip di depan pintu kamar rawat Yuriel.“Siapa yang kalian sebut panjat status karena membius, hah! Itu Presdir brengsek yang memaksanya! Selain itu dia duluan berselingkuh dari Yunifer. Apa hak kalian mengkritik Yunifer!”“Apa rumah sakit kalian terlalu longgar membiarkan perawat mereka menghakimi seorang pasien?!”Suara keras Melly yang memarahi dua suster itu menarik perhatian beberapa suster dan pasien yang lewat.Dua suster itu menciut diomeli Melly, seorang super model yang sedang naik daun.Awalnya mereka ingin meminta tanda tangan tetapi melihatnya memarahi mereka bahkan menyebut-nyebut rumah sakit tempat mereka bekerja, mereka panik.Mereka telah melanggar etika profesional di tempat kerja.Jika Dokter Kenneth sampai mendengarnya, mereka tidak bisa membayangkan konsekuensinya.
Yunifer semakin tertekan dengan sikap acuh tak acuh suaminya dan cemoohan orang-orang di sekitarnya.Saat kandungannya memasuki bulan ke enam, dia mengalami keguguran karena bertengkar dengan Sherly di rumahnya sendiri.Bukannya mendapat simpati dari orang-orang di sekitarnya, dia justru mendapat kritikan sebagai wanita pencemburu dan tidak bisa menjaga janinnya hingga mengalami keguguran.Semua orang hanya tahu bahwa Sherly datang untuk mengambil dokumen perusahaan yang teramat penting, namun Yunifer malah mengajaknya bertengkar dan menuduh Sherly mencoba menggoda Aleandro. Padahal Sherly yang memprovokasi Yunifer yang sensitif di masa kehamilan bahwa Aleandro akan menceraikannya setelah bayinya lahir.Yunifer tidak bisa menahan keluhan dan kesedihan karena kehilangan bayinya. Tidak ada seorang pun di sisinya yang mencoba membelanya. Bahkan suaminya menjadi semakin dingin dan jauh sejak dia keguguran.
Yuriel menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melly.Sheryl memandang kedua wanita itu dengan tidak menyenangkan. Dua puluh triliun bukanlah angka yang kecil. Beraninya dua wanita itu memeras Aleandro!Dia maju dan berdiri di sebelah Aleandro untuk menegur Yuriel.“Yunifer, bukankah kau amnesia. Bagaimana kau bisa mengajukan tuntutan tidak masuk akal. Atau sebenarnya kau ....” Sherly tidak langsung melanjutkan kalimatnya dan melirik Aleandro dengan hati-hati.Seolah tidak ingin mengekspos penipuan Yuriel di depan Aleandro.Yuriel dan Melly memutar bola matanya sebal melihat akting Sherly menjijikkan di mata mereka. Dasar perempuan bermuka dua!Aleandro tidak menanggapi Amanda dan hanya memandang Yuriel dengan kening berkerut seolah sedang menilainya.
Yuriel histeris dan memukul pria itu dengan bantal terdekatnya, mengagetkan Aleandro.“Hei-““Aku akan melaporkanmu karena tindakan pelecehan!” Yuriel tidak membiarkannya mengatakan apa pun barang sejenak dan histeris sembari terus memukulnya dengan bantal.Apa maksudnya dengan pelecehan? Dia itu istrinya!Aleandro semakin tersinggung dan marah dengan reaksi orang yang dianggap sebagai istrinya.Beruntung kamar rawat VIIP itu kedap suara sehingga suara Yuriel tidak Kedengaran sampai keluar.“Hentikan!” Aleandro menahan kedua tangan Yuriel dan menatapnya tajam.“Jangan lupa kau itu adalah istriku.”Yuriel memelototinya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Setelah menyebabkan adiknya menderita dan berselingkuh dengan wanita lain, beraninya dia menciumku!
Begitu kata-kata Yuriel keluar, keheningan jatuh dalam mobil sedan itu. Sang sopir bahkan hampir menyerempet dari jalur jalan sebelum menyeimbangkan setir mobil.Aleandro kehilangan kata-kata mendengar ucapan Yunifer, pun dengan Sherly.Itu bukan ungkapan kalimat cemburu. Tetapi penghinaan terhadap status istri seorang Aleandro Gilren yang notabenenya seorang Presdir dan raja bisnis di Capital, tidak sebanding dengan status seorang sekretaris.Siapa itu Aleandro Gilren? Dia adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan raksasa terkenal di kota Capital dan berasal dari keluarga kelas atas.Statusnya sudah bergengsi sejak dia lahir dan kini menjadi seorang Presdir dengan kemampuannya sendiri, menjadikannya sosok pria idaman banyak wanita. Tak terhitung jumlah wanita yang berlomba-lomba menjadi istrinya. Tetapi Yuriel merendahkannya seolah status istri Aleandro bukan apa-apa dan bisa dipungut dipinggir jalan
“Apa dia sudah gila?” Sherly memandang Aleandro dengan khawatir, namun diam-diam merasa senang.Dia tahu Aleandro memiliki ego tinggi, paling tidak menyukai orang yang bersikap sombong di depannya dan meremehkannya. Tindakan Yuriel meremehkannya di depan para pelayan sudah pasti membuatnya marah.Aleandro menggertakkan gigi mencoba menahan kemarahan dalam dadanya. Dia segera berbalik menyusul Yuriel yang sudah masuk duluan.Sheryl mengerutkan keningnya tidak senang dan menyusul mereka.Yuriel memandang ke sekeliling ruangan mansion yang tampak lengang. Dia melihat beberapa pelayan yang lewat menatapnya sambil berbisik-bisik.Dua orang pelayan perempuan lewat sambil menatap Yuriel dengan tatapan meremehkan sambil membawa ember yang digunakan untuk mengepel lantai.“Dia benar-benar tidak tahu malu berani muncul di rumah ini.”
Melihat Yuriel tidak mengatakan apa-apa dan hanya tertunduk dengan ekspresi sedih. Hati Kakek Hendry sakit dan membayangkan penderitaannya selama beberapa bulan ini menghadapi tuduhan perselingkuhan dan gugatan perceraian dari suaminya.Malangnya mendapat kecelakaan.Kakek Hendry mengalihkan pandangannya pada Aleandro dengan tatapan menyalahkan dan memarahinya dengan keras.“Kau anak tidak berguna! Tidak bisa menjaga istrimu dan menghiburnya di masa sulitnya. Tidak ada gunanya mengakuimu menjadi cucuku.”Ekspresi Aleandro sekeras batu.“Ayah, ini bukan salah Alen. Mengapa kau memarahinya!” Ibu Aleandro, Nyonya Katherine memprotes.Dia menatap ‘menantu perempuan’-nya dengan pandangan permusuhan.“Itu salah wanita itu karena berselingkuh dengan pria lain. Sangat tidak tahu malu masih punya muka untuk datang ke rumah kita.”
Yuriel menyilangkan tangannya di depan dada dan mencemoohnya. “Nyonya, apa Anda pikun? Kaulah menyuruhku untuk melepaskannya, ya jadinya dia jatuh dong.”Semua orang di ruang tamu terdiam memandang wanita yang berdiri di atas tangga dengan pandangan heran. Mereka tidak bodoh untuk mempercayai bahwa Yuriel yang sengaja yang menjatuhkan Amanda. Tetapi mereka tidak mengira Yunifer mampu untuk membalas tuduhan Nyonya Kindle dengan kasar. Celina memerah malu dan marah karena disebut pikun oleh wanita rendahan yang tidak dianggap oleh keluarga Gilren.“Ibu ... Sepertinya kakiku patah.” Sherlymenyembunyikan wajahnya yang memerah malu dalam pelukan ibunya dan berpura-pura patah tulang untuk mengalihkan perhatian semua orang.Karena dia jatuh dari tangga seharusnya dia patah tulang, kan?“Lihat, apa yang sebabkan pada putriku! Sheryl patah tulang jatuh dari ta
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro