Sosok pria jangkung berjalan mantap di koridor rumah sakit. Kehadirannya menarik banyak perhatian orang-orang yang dilewatinya. Aura karismatik memancar dari tubuhnya tegap yang dibalut setelan jas mahal biru gelap. Wajah tampan nan dingin lelaki itu semakin memperkukuh karismanya sebagai seorang presdir sebuah perusahaan.
Aleandro Gilren, siapa yang tidak mengenal sosok Presiden Direktur yang setiap minggunya menghiasi majalah-majalah bisnis.
Dengan wajah tampan dan karisma seorang Presdir, banyak wanita yang rela melemparkan diri di bawah kakinya.
Aleandro memandang lurus ke depan dengan ekspresi acuh tak acuh, tidak memedulikan hiruk pikuk di sekitarnya. Di belakangnya, asisten dan sekretarisnya mengikutinya, serta seorang pengacara dan asistennya.
Seorang dokter paruh baya buru-buru menghampirinya diikuti suster yang mendampinginya.
“Tuan Gilren, senang bertemu dengan Anda.” Dokter itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Aleandro.
Aleandro menghentikan langkahnya dan menyambut jabat tangan dokter itu.
“Dr. Kenneth.”
“Apa Anda ingin menjenguk istri Anda?” Dokter Kenneth bertanya.
Aleandro hanya mengangguk sopan menjawab pertanyaan dokter istrinya itu.
Istri Aleandro Gilren adalah Yunifer Amora, gadis yang dinikahinya setahun lalu karena sebuah.
Aleandro tidak mencintai istrinya ini bahkan sangat tidak menyukainya. Mereka menikah karena sebuah kecelakaan. Dua bulan yang lalu Yunifer tertangkap kamera tengah berselingkuh di sebuah hotel dan itu dimuat di koran.
Reputasi Aleandro jatuh setelah skandal itu diberitakan.
Aleandro kehilangan mukanya karena perbuatan istrinya dan langsung menceraikannya, namun Yunifer bersikeras tidak mau bercerai dan bahkan mengancam akan bunuh diri.
Aleandro sudah menoleransinya selama sebulan dan menyiapkan tunjangan yang cukup besar untuk Yunifer.
Tapi Yunifer tetap menolak dan bahkan mengadu pada kakeknya. Aleandro habis kesabaran karena ulah istrinya dan akhirnya membawa masalah mereka ke pengadilan. Tetapi Yunifer tidak datang ke sidang perceraiannya dan pergi ke kota C.
Tidak lama kemudian Aleandro mendapat kabar bahwa Yunifer mengalami kecelakaan di kota C. Setelah itu dia kemudian di bawa dan rawat di Rumah sakit terbaik di kota S dalam kondisi koma selama hampir dua Minggu.
Itu menunda sidang perceraian mereka.
Aleandro kali tidak akan tertipu lagi dengan permainan Yunifer yang ingin menunda perceraian mereka. Setelah menyelesaikan proyek penting, dia langsung menuju ke rumah sakit dengan membawa pengacaranya.
Aleandro belum menjenguk Yunifer sejak mendapat kabar kecelakaannya karena mengurus proyek terbaru yang di keluarkan perusahaannya sehingga dia tidak tahu kondisi terkini Yunifer.
“Anda seharusnya menghubungi saya, agar bisa menyambut Anda.” Dokter Kenneth menuntun Aleandro dan rombongannya ke kamar rawat VIIP Yunifer.
“Saya hanya singgah sebentar. Anda tidak perlu repot-repot mengantar, Dokter,” ujar Aleandro.
“Oh, baiklah.” Dokter Kenneth ingin bertanya lebih lanjut mengapa Aleandro hanya menjenguk istrinya sebentar padahal dia belum datang sekalipun menjenguk istrinya yang mengalami kecelakaan besar.
Tetapi Dokter Kenneth mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Skandal istri Aleandro Gilren telah menjadi bulan-bulanan di media sosial mau pun di berita karena Aleandro Gilren sangat terkenal sebagai pengusaha muda paling sukses di Ibukota.
Sudah pasti dia tidak ingin melihat istrinya lebih lama.
Aleandro dan Dokter Kenneth menyusuri lorong rumah sakit menuju ke kamar rawat VIIP Yunifer.
Aleandro tiba-tiba menghentikan langkahnya melihat sosok berpakaian pasien berjalan dengan susah payah tanpa bantuan siapa pun di lorong rumah sakit. Wanita itu bahkan dengan kasar menolak suster yang ingin membantunya.
Aleandro mengernyit melihat beberapa orang-orang berbisik-bisik menatapnya.
“Alen, ada banyak orang mengenal Yunifer, tapi apa yang dia lakukan keluar dengan kondisinya seperti itu. Apa dia ingin menarik simpati?”
Sekretarisnya yang bernama Sherly, sekaligus teman masa kecilnya berbisik di sampingnya.
Aleandro mengernyit semakin tidak senang. Dia mempercepat langkahnya mendekati Yunifer. Begitu dia hampir tiba di depan wanita itu. Tubuh Yunifer tiba-tiba terhuyung akan jatuh. Aleandro dengan sigap menangkapnya sebelum dia jatuh ke lantai.
“Apa lagi yang coba lakukan kali ini!"
Suara Aleandro menyimpan kemarahan. Wanita bodoh ini menggunakan segala cara untuk menarik simpati.
Dia menatap dingin wajah Yunifer yang pucat pasi. Wanita itu mengerjapkan matanya menatapnya dengan linglung.
“Kau siapa?” gumamnya sebelum pingsan di pelukan Aleandro.
Aleandro mengerutkan keningnya.
Apa maksudnya tidak mengenalinya?
Apa dia mau bermain amnesia?
Menahan kemarahan di dalam dadanya, diam menggendongnya dengan gaya bridal style, lalu memerintah dengan dingin pada Dokter Kenneth.
“Tunjukkan di mana kamarnya?”
“Mari ikuti saya.” Dokter Kenneth segera maju. Dia dapat merasakan suasana hati Aleandro tidak bagus.
***
Yuriel perlahan membuka matanya. Pemandangan langit-langit dan dinding kamar bercat putih masuk dalam penglihatannya. Sepertinya dia kembali ke kamar rawatnya.
“Anda sudah sadar?”
Yuriel mengerjapkan matanya lalu mengalihkan pandangannya menatap seorang dokter paruh baya yang berdiri di samping ranjangnya.
Dia mencoba untuk duduk, dan seketika mengerang kesakitan.
“Nyonya Yunifer, Anda belum boleh bisa bergerak.” Dokter itu buru-buru menghentikannya.
Yuriel sekejap menatapnya. “Kau panggil aku siapa?”
Dokter itu terlihat ragu-ragu. “Nyonya Yunifer?”
Yuriel mengerutkan keningnya.
Apa dia disangka sebagai Yunifer?
Berarti dokter itu mengenal Yunifer?
Yuriel mengalihkan pandangnya ke sekeliling kamarnya dan tatapannya jatuh pada sekelompok orang yang berkumpul di kamar rawatnya.
Tatapan terhenti pada sosok tampan yang duduk di sofa single dengan dikelilingi beberapa orang berjas dan seorang wanita cantik berdiri di sebelahnya.
Dia terlihat seperti seorang bos.
Yuriel mengerutkan bibirnya tidak senang. Dia merasakan ketidaksukaan terhadap keramaian, apalagi di ruang tertutup.
Yuriel mencoba untuk duduk dan dengan keras kepala mengabaikan larangan dokter Kenneth .
“Siapa orang-orang itu, mengapa mereka berkumpul di kamarku? Suruh mereka keluar!”
Emosi Yuriel sangat buruk sejak dia bangun. Entah mengapa dia memiliki kebencian terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya. Itu mengingatkannya saat dia dilecehkan di ruang klub yang tertutup dan orang-orang berkerumun melecehkannya.
Beberapa orang di kamar itu terkejut. Ekspresi Aleandro tidak berubah. Dia bersedekap di sofa dengan wajah angkuh.
Yuriel menatapnya tidak suka. Sikapnya mengingatkannya pada sikap angkuh Thalia.
“Yunifer, apa kau mengingatku?”
Seorang wanita cantik mendekati Yuriel dan menatap kondisi tubuhnya prihatin.
“Haruskah aku mengingatmu?" Yuriel balik bertanya dengan dingin.
“Oh, tidak. Apa kau benaran amnesia?”
Yuriel mengurutkan bibirnya menatapnya dengan ekspresi mencibir. Raut prihatin wanita itu terlihat palsu.
“Siapa kamu!” Dia membentak wanita itu melihat wajahnya yang teramat menjengkelkannya.
“Hentikan omong kosongmu.”
Yuriel mengalihkan pandangannya pada sosok yang duduk di sofa. Pria itu berdiri dan menghampirinya dengan langkah tegas.
“Berhenti berpura-pura dan segera tanda tangani surat cerainya sekarang juga. Kali ini aku sendiri yang akan mengawasimu menandatanganinya.” Aleandro meletakkan dokumen perceraian di depan Yuriel.
Yuriel melirik dokumen di depannya lalu menatap Aleandro dengan kening berkerut.
“Surat perceraian? Aku bahkan belum menikah. Kau siapa?”
“Jangan menguji kesabaranku dan segera tanda tangani suratnya sekarang juga.” Aleandro berkata tidak sabar.
“Aku bahkan tidak mengenalmu, mengapa aku harus menandatanganinya?” Yuriel melemparkan dokumen itu ke wajah Aleandro.
Bahkan jika orang itu adalah suami Yunifer, dia tidak membiarkannya menceraikan Yunifer begitu saja.
Raut wajah Aleandro dipenuhi dengan kemarahan. Sementara para bawahannya menahan napas dan berkeringat dingin. Mereka sangat tahu kemarahan bos mereka sangat menakutkan.
“Tuan Gilren, mohon tenang. Nyonya Yunifer baru saja sadar dari komanya karena kecelakaan. Emosinya mungkin tidak stabil.” Dokter Kenneth buru-buru menenangkan Aleandro.
Yuriel sekejap menoleh dan meraih kerah jas dokter itu begitu mendengar kata ‘kecelakaan’ .
“Apa yang terjadi setelah kecelakaan itu!” Tatapan Yuriel seolah ingin menelan dokter itu bulat-bulat jika dia tidak segera menjawab pertanyaannya.
Dokter Kenneth ketakutan tatapan mengerikan Yuriel dan cengkeraman di kerahnya hampir mencekiknya. Dari mana dia mendapat tenaga begitu besar setelah mengalami kecelakaan?
Aleandro mengerutkan keningnya tidak senang karena ‘Yunifer’ mengabaikannya.
Dokter Kenneth buru-buru menenangkan Yuriel. “Nyonya, tenang. Anda selamat dari kecelakaan itu, sementara mobil Anda meledak bersama teman nyonya yang ada di dalam mobil.”
Sekejap kepala Yuriel berdengung mendengar kata-kata dokter itu. Gambaran sosok berdarah wanita yang tidak bernyawa dalam mobil berkelebat dalam kepalanya.Api besar berkobar membakar mobil itu disertai suara ledakan yang memekakkan telinga berseliweran bagaikan kaset rusak. Yuriel seketika menjerit histeris memegang dadanya. Tikaman rasa sakit menyerang dadanya. Napasnya tercekat. Dadanya sesak. Dia tidak bisa bernapas.Yuriel tersendat-sendat mencoba untuk bernapas. Seluruh pandangannya memburam oleh air mata. Bayangan wanita yang tidak bernyawa dalam mobil terus-terusan berkelebat dalam kepalanya.Dia mencengkeram dadanya. Tangisannya pecah, terdengar seperti lolongan binatang yang terluka. Itu terdengar memilukan membuat orang mengalihkan pandangan dengan mata memerah.Aleandro tertegun dan beberapa orang di ruangan itu terdiam.Dokter
Sosok wanita cantik dengan pakaian bermerek menghardik dua suster yang bergosip di depan pintu kamar rawat Yuriel.“Siapa yang kalian sebut panjat status karena membius, hah! Itu Presdir brengsek yang memaksanya! Selain itu dia duluan berselingkuh dari Yunifer. Apa hak kalian mengkritik Yunifer!”“Apa rumah sakit kalian terlalu longgar membiarkan perawat mereka menghakimi seorang pasien?!”Suara keras Melly yang memarahi dua suster itu menarik perhatian beberapa suster dan pasien yang lewat.Dua suster itu menciut diomeli Melly, seorang super model yang sedang naik daun.Awalnya mereka ingin meminta tanda tangan tetapi melihatnya memarahi mereka bahkan menyebut-nyebut rumah sakit tempat mereka bekerja, mereka panik.Mereka telah melanggar etika profesional di tempat kerja.Jika Dokter Kenneth sampai mendengarnya, mereka tidak bisa membayangkan konsekuensinya.
Yunifer semakin tertekan dengan sikap acuh tak acuh suaminya dan cemoohan orang-orang di sekitarnya.Saat kandungannya memasuki bulan ke enam, dia mengalami keguguran karena bertengkar dengan Sherly di rumahnya sendiri.Bukannya mendapat simpati dari orang-orang di sekitarnya, dia justru mendapat kritikan sebagai wanita pencemburu dan tidak bisa menjaga janinnya hingga mengalami keguguran.Semua orang hanya tahu bahwa Sherly datang untuk mengambil dokumen perusahaan yang teramat penting, namun Yunifer malah mengajaknya bertengkar dan menuduh Sherly mencoba menggoda Aleandro. Padahal Sherly yang memprovokasi Yunifer yang sensitif di masa kehamilan bahwa Aleandro akan menceraikannya setelah bayinya lahir.Yunifer tidak bisa menahan keluhan dan kesedihan karena kehilangan bayinya. Tidak ada seorang pun di sisinya yang mencoba membelanya. Bahkan suaminya menjadi semakin dingin dan jauh sejak dia keguguran.
Yuriel menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melly.Sheryl memandang kedua wanita itu dengan tidak menyenangkan. Dua puluh triliun bukanlah angka yang kecil. Beraninya dua wanita itu memeras Aleandro!Dia maju dan berdiri di sebelah Aleandro untuk menegur Yuriel.“Yunifer, bukankah kau amnesia. Bagaimana kau bisa mengajukan tuntutan tidak masuk akal. Atau sebenarnya kau ....” Sherly tidak langsung melanjutkan kalimatnya dan melirik Aleandro dengan hati-hati.Seolah tidak ingin mengekspos penipuan Yuriel di depan Aleandro.Yuriel dan Melly memutar bola matanya sebal melihat akting Sherly menjijikkan di mata mereka. Dasar perempuan bermuka dua!Aleandro tidak menanggapi Amanda dan hanya memandang Yuriel dengan kening berkerut seolah sedang menilainya.
Yuriel histeris dan memukul pria itu dengan bantal terdekatnya, mengagetkan Aleandro.“Hei-““Aku akan melaporkanmu karena tindakan pelecehan!” Yuriel tidak membiarkannya mengatakan apa pun barang sejenak dan histeris sembari terus memukulnya dengan bantal.Apa maksudnya dengan pelecehan? Dia itu istrinya!Aleandro semakin tersinggung dan marah dengan reaksi orang yang dianggap sebagai istrinya.Beruntung kamar rawat VIIP itu kedap suara sehingga suara Yuriel tidak Kedengaran sampai keluar.“Hentikan!” Aleandro menahan kedua tangan Yuriel dan menatapnya tajam.“Jangan lupa kau itu adalah istriku.”Yuriel memelototinya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Setelah menyebabkan adiknya menderita dan berselingkuh dengan wanita lain, beraninya dia menciumku!
Begitu kata-kata Yuriel keluar, keheningan jatuh dalam mobil sedan itu. Sang sopir bahkan hampir menyerempet dari jalur jalan sebelum menyeimbangkan setir mobil.Aleandro kehilangan kata-kata mendengar ucapan Yunifer, pun dengan Sherly.Itu bukan ungkapan kalimat cemburu. Tetapi penghinaan terhadap status istri seorang Aleandro Gilren yang notabenenya seorang Presdir dan raja bisnis di Capital, tidak sebanding dengan status seorang sekretaris.Siapa itu Aleandro Gilren? Dia adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan raksasa terkenal di kota Capital dan berasal dari keluarga kelas atas.Statusnya sudah bergengsi sejak dia lahir dan kini menjadi seorang Presdir dengan kemampuannya sendiri, menjadikannya sosok pria idaman banyak wanita. Tak terhitung jumlah wanita yang berlomba-lomba menjadi istrinya. Tetapi Yuriel merendahkannya seolah status istri Aleandro bukan apa-apa dan bisa dipungut dipinggir jalan
“Apa dia sudah gila?” Sherly memandang Aleandro dengan khawatir, namun diam-diam merasa senang.Dia tahu Aleandro memiliki ego tinggi, paling tidak menyukai orang yang bersikap sombong di depannya dan meremehkannya. Tindakan Yuriel meremehkannya di depan para pelayan sudah pasti membuatnya marah.Aleandro menggertakkan gigi mencoba menahan kemarahan dalam dadanya. Dia segera berbalik menyusul Yuriel yang sudah masuk duluan.Sheryl mengerutkan keningnya tidak senang dan menyusul mereka.Yuriel memandang ke sekeliling ruangan mansion yang tampak lengang. Dia melihat beberapa pelayan yang lewat menatapnya sambil berbisik-bisik.Dua orang pelayan perempuan lewat sambil menatap Yuriel dengan tatapan meremehkan sambil membawa ember yang digunakan untuk mengepel lantai.“Dia benar-benar tidak tahu malu berani muncul di rumah ini.”
Melihat Yuriel tidak mengatakan apa-apa dan hanya tertunduk dengan ekspresi sedih. Hati Kakek Hendry sakit dan membayangkan penderitaannya selama beberapa bulan ini menghadapi tuduhan perselingkuhan dan gugatan perceraian dari suaminya.Malangnya mendapat kecelakaan.Kakek Hendry mengalihkan pandangannya pada Aleandro dengan tatapan menyalahkan dan memarahinya dengan keras.“Kau anak tidak berguna! Tidak bisa menjaga istrimu dan menghiburnya di masa sulitnya. Tidak ada gunanya mengakuimu menjadi cucuku.”Ekspresi Aleandro sekeras batu.“Ayah, ini bukan salah Alen. Mengapa kau memarahinya!” Ibu Aleandro, Nyonya Katherine memprotes.Dia menatap ‘menantu perempuan’-nya dengan pandangan permusuhan.“Itu salah wanita itu karena berselingkuh dengan pria lain. Sangat tidak tahu malu masih punya muka untuk datang ke rumah kita.”
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro