Yuriel menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melly.
Sheryl memandang kedua wanita itu dengan tidak menyenangkan. Dua puluh triliun bukanlah angka yang kecil. Beraninya dua wanita itu memeras Aleandro!
Dia maju dan berdiri di sebelah Aleandro untuk menegur Yuriel.
“Yunifer, bukankah kau amnesia. Bagaimana kau bisa mengajukan tuntutan tidak masuk akal. Atau sebenarnya kau ....” Sherly tidak langsung melanjutkan kalimatnya dan melirik Aleandro dengan hati-hati.
Seolah tidak ingin mengekspos penipuan Yuriel di depan Aleandro.
Yuriel dan Melly memutar bola matanya sebal melihat akting Sherly menjijikkan di mata mereka. Dasar perempuan bermuka dua!
Aleandro tidak menanggapi Amanda dan hanya memandang Yuriel dengan kening berkerut seolah sedang menilainya.
“Aku tidak peduli apa pun yang kau katakan. Jika kau ingin bercerai, oke! Tapi kau harus memenuhi syaratku.” Yuriel mengangkat dagunya pada Aleandro.
Dia tidak akan membiarkan Yunifer ditinggalkan tanpa mendapatkan apa-apa. Meskipun Yunifer sudah meninggal, tetapi dia tidak. Ada banyak hal yang bisa dia lakukan dengan uang itu untuk membalaskan dendam.
Aleandro terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian berujar dengan tatapan tidak pernah lepas dari wanita berambut brunette yang duduk di ranjang pasien.
“Tetapi sayang sekali perceraian tidak akan terjadi.”
Ketiga wanita di kamar rawat itu tertegun memandang Aleandro dengan berbagai ekspresi.
“Hah, serius! Apa kau benar-benar miskin hingga tidak bisa memberinya tunjangan dan tidak jadi bercerai! Benar-benar kikir!” Melly mencibir.
Yuriel menganggukkan kepalanya. Dia dan Melly selalu sependapat.
Aleandro memelototi kedua wanita itu dengan dingin. Dia sudah bersabar dipanggil pelit dan miskin.
Dia adalah raja bisnis di Capital, beraninya mereka memanggilnya miskin dan pelit. Harga dirinya terinjak. Sorot matanya semakin dingin memandang Yuriel.
“Alen, apa maksudmu? Bukankah kau sangat ingin bercerai, mengapa kau membatalkannya? Tidak apa-apa jika memberinya tunjangan 20 triliun selama kau bisa terbebas dengan pernikahan yang tidak kau inginkan.” Sherly berkata gusar, mencoba membujuk Aleandro.
Sudut bibir Yuriel berkedut. Dia terdengar seolah tidak sabar ingin Aleandro menceraikan istrinya. Dasar pelakor!
Tidak heran Yunifer kalah sama wanita itu.
Aleandro bergeming tidak terpengaruh dengan bujukan Sherly.
“Tinggalkan kami, ada yang ingin aku bicarakan dengannya,” ujarnya dengan tatapan tidak pernah lepas dari Yuriel.
Yuriel menatapnya tanpa ekspresi dan bersandar di kepala ranjang.
Sheryl terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi mengurungkan niatnya. Dia sangat tahu dengan temperamen Aleandro yang tidak suka ada orang yang membantahnya.
Dia tidak mau mengambil risiko menyinggung Aleandro saat dia masih belum mendapatkan hatinya sepenuhnya.
“Baiklah, aku akan menunggumu di luar.” Dia kembali ke citranya yang lembut dan patuh yang disukai Aleandro.
Tetapi lelaki itu tidak memandangnya sama sekali.
Sheryl menatapnya muram melihat Aleandro tidak memperhatikannya sama sekali. Dia melirik Yuriel sinis sebelum keluar dari kamar rawat itu.
“Baiklah, aku juga akan pergi,” gerutu Melly ketika melihat tatapan tajam Aleandro.
“Jika dia berbuat macam-macam padamu, tentang saja alat kelamin sampai tidak bisa berfungsi lagi,” bisiknya di samping telinga Yuriel.
“Aku bisa mendengar kalian,” ujar Aleandro dingin. Tampak tersinggung karena diperlakukan seperti penjahat kelamin.
“Baguslah kalau kau mendengarnya.” Melly tidak repot-repot menyembunyikannya. Sembari melemparkan tatapan peringatan pada Aleandro, dia keluar dari kamar rawat Yuriel.
“Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?” Yuriel bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap.
“Aku memberimu kontrak satu tahun untuk terus melanjutkan pernikahan.” Aleandro berkata tanpa basa-basi sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
Sebelah alis Yuriel terangkat tinggi-tinggi mendengar ucapan pria itu.
“Kalau aku tidak mau?”
Aleandro menatapnya dengan kening berkerut heran. “Bukankah dulu kau yang bersikeras tidak ingin bercerai? Aku memberimu kesempatan untuk terus melanjutkan pernikahan ini, mengapa kau tidak mengambilnya?”
“Sorry, tidakkah kau mendengar aku bahwa hilang ingatan?” balas Yuriel tajam.
“Orang hilang ingatan pun tidak mungkin merubah sikap hanya dalam satu malam.”
Yuriel terdiam tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin membalas bahwa dia bukan Yunifer.
“Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak setuju?”
Dia tidak peduli lelaki itu mengenalinya sebagai Yunifer atau tidak. Tetapi dia tidak bisa membiarkan Yunifer ditinggalkan tanpa apa-apa dan dia juga tidak ingin menghabiskan satu tahun terjebak kontrak dengan pria dingin itu.
Aleandro merendahkan tubuhnya dan kedua tangannya memegang kedua sisi ranjang yang di duduki Yuriel, menjebak gadis itu dalam kurungan lengan kekarnya.
Yuriel mengerutkan dahinya dan memundurkan kepalanya ketika wajah pria itu mendekat.
Aleandro menatap kedua mata Lyra dengan tatapan mengintimidasi, sebelum mendesis di dekat telinganya. “Maka kau tidak akan mendapatkan apa-apa meskipun kita bercerai.”
“Kamu-!” Yuriel menunjuk hidungnya marah sambil memelototinya dengan permusuhan.
“Aku bisa menuntutmu karena tidak memberi Yunif—aku tunjangan cerai!” Dia dengan cepat melarat ucapannya yang hampir menyebut nama Yunifer.
Untunglah Aleandro tidak memperhatikannya.
“Apa kau lupa, dua bulan lalu kau berselingkuh di belakangku. Menurutmu, aku akan memberimu tunjangan cerai setelah kau membuatku menjadi bahan tertawaan seluruh Capital,” desis Aleandro menatapnya tajam.
Yuriel balik memelototinya. Enak saja menyebut Yunifer berselingkuh sementara dia tidak pernah menyentuhnya selama pernikahan mereka dan berselingkuh duluan dengan sekretarisnya di depan Sherly.
“Dasar balok bayu.”
“Apa kau bilang?” Aleandro memelototinya. Tidak ada orang yang pernah memakinya di depan hidungnya. Terlebih lagi memanggilnya ‘balok kayu’. Tatapannya menggelap menatap wanita itu.
“Apa kau mengerti apa yang kau katakan?” desisnya dengan nada mengancam.
Yuriel mengangkat dagunya dan mendengkus. “Tidak heran aku berselingkuh karena memiliki suami yang membosankan seperti balok kayu.”
Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Yuriel, sebuah benda kenyal nan basah menempel di bibirnya.
Mata Yuriel membelalak menatap wajah Aleandro yang menempel di wajahnya. Tidak hanya mencium bibirnya dia bahkan mulai menghisap bibirnya.
Aleandro sesaat kehilangan kendali dirinya begitu merasakan bibir kenyal nan lembut gadis itu di bibirnya, membuatnya ketagihan untuk terus merasakan kekenyalannya. Dia memejamkan memperdalam ciumannya dan menghisap bibir lembut gadis itu.
Yuriel tersadar ketika lelaki itu mulai menggunakan lidahnya dan menindih tubuhnya. Dia merasa jijik dan mulai memberontak. Tetapi lelaki itu menahan kepalanya dan semakin memperdalam ciumannya seperti orang kerasukan.
“Hmph!”
Seluruh wajah Yuriel memanas. Dia tidak bisa bernapas, tetapi pria brengsek itu tidak melepaskan bibirnya. Dia menggertakkan giginya dan gigit bibir pria itu sampai berdarah.
Aleandro tertegun dan melepaskan bibirnya dengan napas terengah-engah, begitu pun dengan Yuriel. Benang saliva terhubung di antara kedua bibir mereka.
Yuriel mendorong tubuh lelaki itu dengan kasar. Dia melap bibirnya kasar dengan ekspresi jijik di wajahnya.
Ekspresi Aleandro menggelap melihat tindakan gadis itu.
Apa ciumannya begitu buruk sampai dia bereaksi berlebihan? Pikirnya tersinggung.
“Apa yang kau-“
“Pelecehan! Pelecehan!”
Yuriel histeris dan memukul pria itu dengan bantal terdekatnya, mengagetkan Aleandro.“Hei-““Aku akan melaporkanmu karena tindakan pelecehan!” Yuriel tidak membiarkannya mengatakan apa pun barang sejenak dan histeris sembari terus memukulnya dengan bantal.Apa maksudnya dengan pelecehan? Dia itu istrinya!Aleandro semakin tersinggung dan marah dengan reaksi orang yang dianggap sebagai istrinya.Beruntung kamar rawat VIIP itu kedap suara sehingga suara Yuriel tidak Kedengaran sampai keluar.“Hentikan!” Aleandro menahan kedua tangan Yuriel dan menatapnya tajam.“Jangan lupa kau itu adalah istriku.”Yuriel memelototinya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Setelah menyebabkan adiknya menderita dan berselingkuh dengan wanita lain, beraninya dia menciumku!
Begitu kata-kata Yuriel keluar, keheningan jatuh dalam mobil sedan itu. Sang sopir bahkan hampir menyerempet dari jalur jalan sebelum menyeimbangkan setir mobil.Aleandro kehilangan kata-kata mendengar ucapan Yunifer, pun dengan Sherly.Itu bukan ungkapan kalimat cemburu. Tetapi penghinaan terhadap status istri seorang Aleandro Gilren yang notabenenya seorang Presdir dan raja bisnis di Capital, tidak sebanding dengan status seorang sekretaris.Siapa itu Aleandro Gilren? Dia adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan raksasa terkenal di kota Capital dan berasal dari keluarga kelas atas.Statusnya sudah bergengsi sejak dia lahir dan kini menjadi seorang Presdir dengan kemampuannya sendiri, menjadikannya sosok pria idaman banyak wanita. Tak terhitung jumlah wanita yang berlomba-lomba menjadi istrinya. Tetapi Yuriel merendahkannya seolah status istri Aleandro bukan apa-apa dan bisa dipungut dipinggir jalan
“Apa dia sudah gila?” Sherly memandang Aleandro dengan khawatir, namun diam-diam merasa senang.Dia tahu Aleandro memiliki ego tinggi, paling tidak menyukai orang yang bersikap sombong di depannya dan meremehkannya. Tindakan Yuriel meremehkannya di depan para pelayan sudah pasti membuatnya marah.Aleandro menggertakkan gigi mencoba menahan kemarahan dalam dadanya. Dia segera berbalik menyusul Yuriel yang sudah masuk duluan.Sheryl mengerutkan keningnya tidak senang dan menyusul mereka.Yuriel memandang ke sekeliling ruangan mansion yang tampak lengang. Dia melihat beberapa pelayan yang lewat menatapnya sambil berbisik-bisik.Dua orang pelayan perempuan lewat sambil menatap Yuriel dengan tatapan meremehkan sambil membawa ember yang digunakan untuk mengepel lantai.“Dia benar-benar tidak tahu malu berani muncul di rumah ini.”
Melihat Yuriel tidak mengatakan apa-apa dan hanya tertunduk dengan ekspresi sedih. Hati Kakek Hendry sakit dan membayangkan penderitaannya selama beberapa bulan ini menghadapi tuduhan perselingkuhan dan gugatan perceraian dari suaminya.Malangnya mendapat kecelakaan.Kakek Hendry mengalihkan pandangannya pada Aleandro dengan tatapan menyalahkan dan memarahinya dengan keras.“Kau anak tidak berguna! Tidak bisa menjaga istrimu dan menghiburnya di masa sulitnya. Tidak ada gunanya mengakuimu menjadi cucuku.”Ekspresi Aleandro sekeras batu.“Ayah, ini bukan salah Alen. Mengapa kau memarahinya!” Ibu Aleandro, Nyonya Katherine memprotes.Dia menatap ‘menantu perempuan’-nya dengan pandangan permusuhan.“Itu salah wanita itu karena berselingkuh dengan pria lain. Sangat tidak tahu malu masih punya muka untuk datang ke rumah kita.”
Yuriel menyilangkan tangannya di depan dada dan mencemoohnya. “Nyonya, apa Anda pikun? Kaulah menyuruhku untuk melepaskannya, ya jadinya dia jatuh dong.”Semua orang di ruang tamu terdiam memandang wanita yang berdiri di atas tangga dengan pandangan heran. Mereka tidak bodoh untuk mempercayai bahwa Yuriel yang sengaja yang menjatuhkan Amanda. Tetapi mereka tidak mengira Yunifer mampu untuk membalas tuduhan Nyonya Kindle dengan kasar. Celina memerah malu dan marah karena disebut pikun oleh wanita rendahan yang tidak dianggap oleh keluarga Gilren.“Ibu ... Sepertinya kakiku patah.” Sherlymenyembunyikan wajahnya yang memerah malu dalam pelukan ibunya dan berpura-pura patah tulang untuk mengalihkan perhatian semua orang.Karena dia jatuh dari tangga seharusnya dia patah tulang, kan?“Lihat, apa yang sebabkan pada putriku! Sheryl patah tulang jatuh dari ta
Aleandro menangkap Yuriel sebelum dia bisa jatuh ke lantai kamar mandi.Wajah Yuriel terkubur dalam dada bidang Aleandro. Dia dapat merasakan napas panas di lehernya dan tonjolan keras menusuk perutnya.Dia mematung dengan muka memerah padam.Aleandro tiba-tiba merasakan panas tak tertahankan naik di selangkangannya. Dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan tatapannya semakin membara melihat ikatan handuk di bagian dada Yuriel yang longgar memperlihatkan payudaranya yang tumpah keluar dari handuk.Wajah Yuriel memucat merasa ngeri melihat nafsu di mata pria itu. Hei, orang itu adalah suami adiknya!Dia tidak akan se-menjijikkan itu untuk tidur dengan suami adiknya sendiri.Sambil menggertakkan gigi, dia mengangkat lututnya, dengan kejam menendang bagian menonjol di antara kaki pria itu. Aleandro tidak sempat bereaksi ketika Yuriel masuk kembali ke kamar mandi sambil membanting pintu dengan keras, menabrak hidung mancung Aleandro.&ld
Pagi itu, Yuriel bangun dengan perasaan kosong dan mendapati dirinya berada di tempat asing. Sambil mengumpulkan kesadarannya yang tercerai berai, dia menatap ke sekeliling kamar mewah yang ditempatinya.Semalam entah bagaimana dia tertidur setelah bertengkar dengan Aleandro. Kasur di sisinya tampaknya dingin menandakan pria itu tidak kembali semalam.Dia mendengus, dengan malas menuju ke mandi. Yuriel tidak peduli di mana Aleandro tidur semalam. Mansion ini sangat besar untuk membuat banyak kamar.Setelah mandi Yuriel keluar dari kamarnya dengan hanya memakai pakaian yang dipakai kemarin. Tidak ada baju wanita di lemari kamar Aleandro selain baju pria itu.Dia hanya memakai baju yang dipakai dari rumah sakit berupa pakaian kaus polos biru lengan pendek dan celana jeans.Ini baju yang disiapkan Melly sesuai yang diminta Yuriel. Aleandro tidak memiliki perhatian untuk membeli pakaian yang dipakai ‘istrinya’, bahkan tidak meminta pelayan
Rachel menjadi kaku menerima tatapan dingin dari adik iparnya. Meskipun Marvin merupakan putra tertua, pengaruhnya tidak sebesar Aleandro baik di luar maupun di dalam keluarga Gilren. Tetapi Marvin tidak ambil pusing dengan hal-hal seperti itu.Ini yang membuat Racher tidak puas dengan sikap suaminya.“Apa yang kau tunggu, enyah dari sini!”Aleandro menjadi tidak sabar dengan pelayan itu dan memandang dingin kepala pelayan yang berdiri di sebelahnya.Kepala pelayan itu tersentak dan menundukkan kepalanya meminta maaf.“Maafkan kecerobohan saya karena tidak mendidik pelayan dengan ketat.” Dia kemudian memandang pelayan yang memohon di bawah kaki Yuriel.“Apa yang kau tunggu. Segera pergi dan kemasi barang-barangmu!”“Kep-kepala pelayan ....” Pelayan itu terbata-bata dengan memelas.“Cepat tinggalkan ruang makan sebelum saya membuat pelayan lain menyeretmu.”Pelayan itu tersedak isakkannya dan berdiri dengan susah payah sebelum dia
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro