Yuriel menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melly.
Sheryl memandang kedua wanita itu dengan tidak menyenangkan. Dua puluh triliun bukanlah angka yang kecil. Beraninya dua wanita itu memeras Aleandro!
Dia maju dan berdiri di sebelah Aleandro untuk menegur Yuriel.
“Yunifer, bukankah kau amnesia. Bagaimana kau bisa mengajukan tuntutan tidak masuk akal. Atau sebenarnya kau ....” Sherly tidak langsung melanjutkan kalimatnya dan melirik Aleandro dengan hati-hati.
Seolah tidak ingin mengekspos penipuan Yuriel di depan Aleandro.
Yuriel dan Melly memutar bola matanya sebal melihat akting Sherly menjijikkan di mata mereka. Dasar perempuan bermuka dua!
Aleandro tidak menanggapi Amanda dan hanya memandang Yuriel dengan kening berkerut seolah sedang menilainya.
“Aku tidak peduli apa pun yang kau katakan. Jika kau ingin bercerai, oke! Tapi kau harus memenuhi syaratku.” Yuriel mengangkat dagunya pada Aleandro.
Dia tidak akan membiarkan Yunifer ditinggalkan tanpa mendapatkan apa-apa. Meskipun Yunifer sudah meninggal, tetapi dia tidak. Ada banyak hal yang bisa dia lakukan dengan uang itu untuk membalaskan dendam.
Aleandro terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian berujar dengan tatapan tidak pernah lepas dari wanita berambut brunette yang duduk di ranjang pasien.
“Tetapi sayang sekali perceraian tidak akan terjadi.”
Ketiga wanita di kamar rawat itu tertegun memandang Aleandro dengan berbagai ekspresi.
“Hah, serius! Apa kau benar-benar miskin hingga tidak bisa memberinya tunjangan dan tidak jadi bercerai! Benar-benar kikir!” Melly mencibir.
Yuriel menganggukkan kepalanya. Dia dan Melly selalu sependapat.
Aleandro memelototi kedua wanita itu dengan dingin. Dia sudah bersabar dipanggil pelit dan miskin.
Dia adalah raja bisnis di Capital, beraninya mereka memanggilnya miskin dan pelit. Harga dirinya terinjak. Sorot matanya semakin dingin memandang Yuriel.
“Alen, apa maksudmu? Bukankah kau sangat ingin bercerai, mengapa kau membatalkannya? Tidak apa-apa jika memberinya tunjangan 20 triliun selama kau bisa terbebas dengan pernikahan yang tidak kau inginkan.” Sherly berkata gusar, mencoba membujuk Aleandro.
Sudut bibir Yuriel berkedut. Dia terdengar seolah tidak sabar ingin Aleandro menceraikan istrinya. Dasar pelakor!
Tidak heran Yunifer kalah sama wanita itu.
Aleandro bergeming tidak terpengaruh dengan bujukan Sherly.
“Tinggalkan kami, ada yang ingin aku bicarakan dengannya,” ujarnya dengan tatapan tidak pernah lepas dari Yuriel.
Yuriel menatapnya tanpa ekspresi dan bersandar di kepala ranjang.
Sheryl terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi mengurungkan niatnya. Dia sangat tahu dengan temperamen Aleandro yang tidak suka ada orang yang membantahnya.
Dia tidak mau mengambil risiko menyinggung Aleandro saat dia masih belum mendapatkan hatinya sepenuhnya.
“Baiklah, aku akan menunggumu di luar.” Dia kembali ke citranya yang lembut dan patuh yang disukai Aleandro.
Tetapi lelaki itu tidak memandangnya sama sekali.
Sheryl menatapnya muram melihat Aleandro tidak memperhatikannya sama sekali. Dia melirik Yuriel sinis sebelum keluar dari kamar rawat itu.
“Baiklah, aku juga akan pergi,” gerutu Melly ketika melihat tatapan tajam Aleandro.
“Jika dia berbuat macam-macam padamu, tentang saja alat kelamin sampai tidak bisa berfungsi lagi,” bisiknya di samping telinga Yuriel.
“Aku bisa mendengar kalian,” ujar Aleandro dingin. Tampak tersinggung karena diperlakukan seperti penjahat kelamin.
“Baguslah kalau kau mendengarnya.” Melly tidak repot-repot menyembunyikannya. Sembari melemparkan tatapan peringatan pada Aleandro, dia keluar dari kamar rawat Yuriel.
“Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?” Yuriel bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap.
“Aku memberimu kontrak satu tahun untuk terus melanjutkan pernikahan.” Aleandro berkata tanpa basa-basi sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
Sebelah alis Yuriel terangkat tinggi-tinggi mendengar ucapan pria itu.
“Kalau aku tidak mau?”
Aleandro menatapnya dengan kening berkerut heran. “Bukankah dulu kau yang bersikeras tidak ingin bercerai? Aku memberimu kesempatan untuk terus melanjutkan pernikahan ini, mengapa kau tidak mengambilnya?”
“Sorry, tidakkah kau mendengar aku bahwa hilang ingatan?” balas Yuriel tajam.
“Orang hilang ingatan pun tidak mungkin merubah sikap hanya dalam satu malam.”
Yuriel terdiam tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin membalas bahwa dia bukan Yunifer.
“Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak setuju?”
Dia tidak peduli lelaki itu mengenalinya sebagai Yunifer atau tidak. Tetapi dia tidak bisa membiarkan Yunifer ditinggalkan tanpa apa-apa dan dia juga tidak ingin menghabiskan satu tahun terjebak kontrak dengan pria dingin itu.
Aleandro merendahkan tubuhnya dan kedua tangannya memegang kedua sisi ranjang yang di duduki Yuriel, menjebak gadis itu dalam kurungan lengan kekarnya.
Yuriel mengerutkan dahinya dan memundurkan kepalanya ketika wajah pria itu mendekat.
Aleandro menatap kedua mata Lyra dengan tatapan mengintimidasi, sebelum mendesis di dekat telinganya. “Maka kau tidak akan mendapatkan apa-apa meskipun kita bercerai.”
“Kamu-!” Yuriel menunjuk hidungnya marah sambil memelototinya dengan permusuhan.
“Aku bisa menuntutmu karena tidak memberi Yunif—aku tunjangan cerai!” Dia dengan cepat melarat ucapannya yang hampir menyebut nama Yunifer.
Untunglah Aleandro tidak memperhatikannya.
“Apa kau lupa, dua bulan lalu kau berselingkuh di belakangku. Menurutmu, aku akan memberimu tunjangan cerai setelah kau membuatku menjadi bahan tertawaan seluruh Capital,” desis Aleandro menatapnya tajam.
Yuriel balik memelototinya. Enak saja menyebut Yunifer berselingkuh sementara dia tidak pernah menyentuhnya selama pernikahan mereka dan berselingkuh duluan dengan sekretarisnya di depan Sherly.
“Dasar balok bayu.”
“Apa kau bilang?” Aleandro memelototinya. Tidak ada orang yang pernah memakinya di depan hidungnya. Terlebih lagi memanggilnya ‘balok kayu’. Tatapannya menggelap menatap wanita itu.
“Apa kau mengerti apa yang kau katakan?” desisnya dengan nada mengancam.
Yuriel mengangkat dagunya dan mendengkus. “Tidak heran aku berselingkuh karena memiliki suami yang membosankan seperti balok kayu.”
Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Yuriel, sebuah benda kenyal nan basah menempel di bibirnya.
Mata Yuriel membelalak menatap wajah Aleandro yang menempel di wajahnya. Tidak hanya mencium bibirnya dia bahkan mulai menghisap bibirnya.
Aleandro sesaat kehilangan kendali dirinya begitu merasakan bibir kenyal nan lembut gadis itu di bibirnya, membuatnya ketagihan untuk terus merasakan kekenyalannya. Dia memejamkan memperdalam ciumannya dan menghisap bibir lembut gadis itu.
Yuriel tersadar ketika lelaki itu mulai menggunakan lidahnya dan menindih tubuhnya. Dia merasa jijik dan mulai memberontak. Tetapi lelaki itu menahan kepalanya dan semakin memperdalam ciumannya seperti orang kerasukan.
“Hmph!”
Seluruh wajah Yuriel memanas. Dia tidak bisa bernapas, tetapi pria brengsek itu tidak melepaskan bibirnya. Dia menggertakkan giginya dan gigit bibir pria itu sampai berdarah.
Aleandro tertegun dan melepaskan bibirnya dengan napas terengah-engah, begitu pun dengan Yuriel. Benang saliva terhubung di antara kedua bibir mereka.
Yuriel mendorong tubuh lelaki itu dengan kasar. Dia melap bibirnya kasar dengan ekspresi jijik di wajahnya.
Ekspresi Aleandro menggelap melihat tindakan gadis itu.
Apa ciumannya begitu buruk sampai dia bereaksi berlebihan? Pikirnya tersinggung.
“Apa yang kau-“
“Pelecehan! Pelecehan!”
Yuriel histeris dan memukul pria itu dengan bantal terdekatnya, mengagetkan Aleandro.“Hei-““Aku akan melaporkanmu karena tindakan pelecehan!” Yuriel tidak membiarkannya mengatakan apa pun barang sejenak dan histeris sembari terus memukulnya dengan bantal.Apa maksudnya dengan pelecehan? Dia itu istrinya!Aleandro semakin tersinggung dan marah dengan reaksi orang yang dianggap sebagai istrinya.Beruntung kamar rawat VIIP itu kedap suara sehingga suara Yuriel tidak Kedengaran sampai keluar.“Hentikan!” Aleandro menahan kedua tangan Yuriel dan menatapnya tajam.“Jangan lupa kau itu adalah istriku.”Yuriel memelototinya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Setelah menyebabkan adiknya menderita dan berselingkuh dengan wanita lain, beraninya dia menciumku!
Begitu kata-kata Yuriel keluar, keheningan jatuh dalam mobil sedan itu. Sang sopir bahkan hampir menyerempet dari jalur jalan sebelum menyeimbangkan setir mobil.Aleandro kehilangan kata-kata mendengar ucapan Yunifer, pun dengan Sherly.Itu bukan ungkapan kalimat cemburu. Tetapi penghinaan terhadap status istri seorang Aleandro Gilren yang notabenenya seorang Presdir dan raja bisnis di Capital, tidak sebanding dengan status seorang sekretaris.Siapa itu Aleandro Gilren? Dia adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan raksasa terkenal di kota Capital dan berasal dari keluarga kelas atas.Statusnya sudah bergengsi sejak dia lahir dan kini menjadi seorang Presdir dengan kemampuannya sendiri, menjadikannya sosok pria idaman banyak wanita. Tak terhitung jumlah wanita yang berlomba-lomba menjadi istrinya. Tetapi Yuriel merendahkannya seolah status istri Aleandro bukan apa-apa dan bisa dipungut dipinggir jalan
“Apa dia sudah gila?” Sherly memandang Aleandro dengan khawatir, namun diam-diam merasa senang.Dia tahu Aleandro memiliki ego tinggi, paling tidak menyukai orang yang bersikap sombong di depannya dan meremehkannya. Tindakan Yuriel meremehkannya di depan para pelayan sudah pasti membuatnya marah.Aleandro menggertakkan gigi mencoba menahan kemarahan dalam dadanya. Dia segera berbalik menyusul Yuriel yang sudah masuk duluan.Sheryl mengerutkan keningnya tidak senang dan menyusul mereka.Yuriel memandang ke sekeliling ruangan mansion yang tampak lengang. Dia melihat beberapa pelayan yang lewat menatapnya sambil berbisik-bisik.Dua orang pelayan perempuan lewat sambil menatap Yuriel dengan tatapan meremehkan sambil membawa ember yang digunakan untuk mengepel lantai.“Dia benar-benar tidak tahu malu berani muncul di rumah ini.”
Melihat Yuriel tidak mengatakan apa-apa dan hanya tertunduk dengan ekspresi sedih. Hati Kakek Hendry sakit dan membayangkan penderitaannya selama beberapa bulan ini menghadapi tuduhan perselingkuhan dan gugatan perceraian dari suaminya.Malangnya mendapat kecelakaan.Kakek Hendry mengalihkan pandangannya pada Aleandro dengan tatapan menyalahkan dan memarahinya dengan keras.“Kau anak tidak berguna! Tidak bisa menjaga istrimu dan menghiburnya di masa sulitnya. Tidak ada gunanya mengakuimu menjadi cucuku.”Ekspresi Aleandro sekeras batu.“Ayah, ini bukan salah Alen. Mengapa kau memarahinya!” Ibu Aleandro, Nyonya Katherine memprotes.Dia menatap ‘menantu perempuan’-nya dengan pandangan permusuhan.“Itu salah wanita itu karena berselingkuh dengan pria lain. Sangat tidak tahu malu masih punya muka untuk datang ke rumah kita.”
Yuriel menyilangkan tangannya di depan dada dan mencemoohnya. “Nyonya, apa Anda pikun? Kaulah menyuruhku untuk melepaskannya, ya jadinya dia jatuh dong.”Semua orang di ruang tamu terdiam memandang wanita yang berdiri di atas tangga dengan pandangan heran. Mereka tidak bodoh untuk mempercayai bahwa Yuriel yang sengaja yang menjatuhkan Amanda. Tetapi mereka tidak mengira Yunifer mampu untuk membalas tuduhan Nyonya Kindle dengan kasar. Celina memerah malu dan marah karena disebut pikun oleh wanita rendahan yang tidak dianggap oleh keluarga Gilren.“Ibu ... Sepertinya kakiku patah.” Sherlymenyembunyikan wajahnya yang memerah malu dalam pelukan ibunya dan berpura-pura patah tulang untuk mengalihkan perhatian semua orang.Karena dia jatuh dari tangga seharusnya dia patah tulang, kan?“Lihat, apa yang sebabkan pada putriku! Sheryl patah tulang jatuh dari ta
Aleandro menangkap Yuriel sebelum dia bisa jatuh ke lantai kamar mandi.Wajah Yuriel terkubur dalam dada bidang Aleandro. Dia dapat merasakan napas panas di lehernya dan tonjolan keras menusuk perutnya.Dia mematung dengan muka memerah padam.Aleandro tiba-tiba merasakan panas tak tertahankan naik di selangkangannya. Dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan tatapannya semakin membara melihat ikatan handuk di bagian dada Yuriel yang longgar memperlihatkan payudaranya yang tumpah keluar dari handuk.Wajah Yuriel memucat merasa ngeri melihat nafsu di mata pria itu. Hei, orang itu adalah suami adiknya!Dia tidak akan se-menjijikkan itu untuk tidur dengan suami adiknya sendiri.Sambil menggertakkan gigi, dia mengangkat lututnya, dengan kejam menendang bagian menonjol di antara kaki pria itu. Aleandro tidak sempat bereaksi ketika Yuriel masuk kembali ke kamar mandi sambil membanting pintu dengan keras, menabrak hidung mancung Aleandro.&ld
Pagi itu, Yuriel bangun dengan perasaan kosong dan mendapati dirinya berada di tempat asing. Sambil mengumpulkan kesadarannya yang tercerai berai, dia menatap ke sekeliling kamar mewah yang ditempatinya.Semalam entah bagaimana dia tertidur setelah bertengkar dengan Aleandro. Kasur di sisinya tampaknya dingin menandakan pria itu tidak kembali semalam.Dia mendengus, dengan malas menuju ke mandi. Yuriel tidak peduli di mana Aleandro tidur semalam. Mansion ini sangat besar untuk membuat banyak kamar.Setelah mandi Yuriel keluar dari kamarnya dengan hanya memakai pakaian yang dipakai kemarin. Tidak ada baju wanita di lemari kamar Aleandro selain baju pria itu.Dia hanya memakai baju yang dipakai dari rumah sakit berupa pakaian kaus polos biru lengan pendek dan celana jeans.Ini baju yang disiapkan Melly sesuai yang diminta Yuriel. Aleandro tidak memiliki perhatian untuk membeli pakaian yang dipakai ‘istrinya’, bahkan tidak meminta pelayan
Rachel menjadi kaku menerima tatapan dingin dari adik iparnya. Meskipun Marvin merupakan putra tertua, pengaruhnya tidak sebesar Aleandro baik di luar maupun di dalam keluarga Gilren. Tetapi Marvin tidak ambil pusing dengan hal-hal seperti itu.Ini yang membuat Racher tidak puas dengan sikap suaminya.“Apa yang kau tunggu, enyah dari sini!”Aleandro menjadi tidak sabar dengan pelayan itu dan memandang dingin kepala pelayan yang berdiri di sebelahnya.Kepala pelayan itu tersentak dan menundukkan kepalanya meminta maaf.“Maafkan kecerobohan saya karena tidak mendidik pelayan dengan ketat.” Dia kemudian memandang pelayan yang memohon di bawah kaki Yuriel.“Apa yang kau tunggu. Segera pergi dan kemasi barang-barangmu!”“Kep-kepala pelayan ....” Pelayan itu terbata-bata dengan memelas.“Cepat tinggalkan ruang makan sebelum saya membuat pelayan lain menyeretmu.”Pelayan itu tersedak isakkannya dan berdiri dengan susah payah sebelum dia