Share

Yang Telah Hancur

Author: Cheesecake
last update Last Updated: 2024-06-21 01:39:00

Suara tangisan yang terdengar lirih kian menyadarkan Mark yang baru saja bangun pagi itu. Ranjang yang berantakan dengan noda darah pada seprai yang berasal dari keduanya, seolah menjadi jawaban atas pertanyaan pria itu.

"Bibi! Bi Marni!" teriak Mark gusar. Beberapa kali ia berteriak, memanggil nama kepala pembantu rumahnya.

"Ya, Den!" sahut Marni yang berlari tergopoh-gopoh menuju ke arah Mark.

"Bawa dia keluar! Saya tidak ingin dia menginjakkan kakinya di kamar saya lagi!" titah Mark murka.

"Baik, Den!" jawab Marni.

Segera Marni menghampiri Jelita yang masih gemetaran. Sementara beberapa orang pembantu rumah tangga lainnya membereskan barang-barang Jelita. Marni menggiring Jelita menuju ruang keluarga, lalu memberikan segelas air untuk Jelita.

Pandangannya tertuju pada pundak dan lengan Jelita yang memar. Marni memeluk Jelita, berusaha menenangkan hati nyonya mudanya yang malang, walaupun pikirannya terus bertanya-tanya.

'Ya Gusti, apa yang sudah dilakukan Aden sampai nyonya seperti ini?'

"Sabar ya, Nyonya," ucap Marni lembut yang seketika membuat tangisan Jelita pecah.

"Saya ingin pulang, Bi. Saya ingin pulang." Jelita bergumam. "Tapi, tapi saya tidak memiliki rumah untuk pulang." Jelita menuangkan seluruh rasa yang telah ia kubur dalam-dalamnya. Suaranya lirih dan menyayat hati, penuh akan keputusasaan.

"Apakah menjadi anak yatim piatu adalah sebuah dosa? Mengapa tidak ada seorangpun yang tulus menerima saya. Saya lelah." Curahan hati Jelita membungkam Marni. Marni hanya bisa menepuk lembut punggung Jelita tanpa tahu harus berkata apa.

"Bagaimana?" tanya Marni pada seorang pembantu rumah tangga yang baru saja ia perintahkan untuk menemui Catherine.

"Ndak boleh. Nyonya besar gak mengizinkan Nyonya Jelita menempati kamar tamu manapun."

Marni terkejut, kedua matanya terbelalak setelah mendapatkan jawaban di luar pikirannya.

"Loh, kok begitu?! Lalu bagaimana ini?" tanya Marni kembali.

"Kata Nyonya besar, Nyonya Jelita dipersilahkan menempati kamar yang di loteng saja."

Jawaban yang diterima sontak kembali membuat Marni mengelus dada. Marni sama sekali tidak mengerti akan jalan pikiran keluarga tuannya. Dosa apa yang Jelita lakukan hingga membuatnya mendapatkan perlakuan buruk melebihi seorang pelayan.

"Saya tidak apa-apa." Jelita menjawab sambil menghapus air mata dengan punggung tangannya.

"Tapi, Nyonya. Disana pengap dan tidak layak," protes Marni. "Ya sudah, biar saya saja yang bicara pada Nyonya Catherine. Nyonya Jelita tunggu disini dulu, ya!"

"Jangan! Nanti bibi bisa berada dalam masalah," cegah Jelita sambil menahan tangan Marni agak tak beranjak. Jelita menggeleng, tatapannya seakan memohon agar Marni menurutinya.

Sikap Jelita yang begitu lembut dan santun dalam bertutur kata membuat Marni semakin luluh. Perasannya terluka, terlebih Jelita mengingatkannya akan sosok putri bungsunya yang telah tiada. Marni berkata lirih, "Bahkan Nyonya bukan pembantu seperti saya. Mengapa Nyonya Jelita harus mendapatkan perlakuan yang buruk seperti ini?"

Jelita tersenyum tipis sambil menggenggam tangan Marni. "Tidak apa-apa. Bibi tidak perlu khawatir karena saya sudah terbiasa."

"Terima kasih, karena bibi sudah peduli pada saya. Setidaknya saya tidak merasa sendiri disini."

***

'Aku mohon lepaskan aku! Aku bukan Chintya!'

Mark terus-menerus mengumpat dan menyesali perbuatan yang ia lakukan karena pengaruh minuman keras.

Samar-samar teringat olehnya bagaimana mimik wajah Jelita dan suara ketakutannya saat Mark memaksanya semalam.

Pria itu berjalan menuju kamar mandi, merendam tubuhnya dengan air dingin. Semuanya masih terasa jelas, dan kini bayangan Chintya seakan menghilang dan digantikan sosok Jelita malam itu. Rasa bersalah nampaknya terselip diantara keegoan yang memenuhi ruang hatinya.

Mark segera menyelesaikan mandinya dan langsung mencari keberadaan Marni.

"Bibi, dimana dia? Apa hari ini dia pergi bekerja?" tanyanya yang tak sengaja berpapasan dengan Marni.

"Seharian ini Nyonya Jelita berada di kamarnya, Den. Nyonya bahkan tidak keluar untuk makan siang dan malam. Bibi khawatir kalau Nyonya akan jatuh sakit," ungkap Marni.

"Lalu dimana kamar dia?" tanya Mark tampak tidak sabaran.

Marni tampak ragu, ia takut Mark akan melakukan sesuatu kembali pada Jelita. Sampai akhirnya Mark pun menyadari sikap Marni dan berkata, "Saya hanya ingin tahu. Saya tidak akan melakukan apapun padanya."

"Jadi, dimana kamarnya?" sambung Mark.

"Di kamar yang ada di lantai 4, Den?" jawab Marni Ragu.

Kening Mark berkerut dengan kedua matanya menatap Marni, "Apa maksudnya lantai 4. Disana hanya ada gudang yang lama tak terpakai."

"Nyonya besar tidak mengizinkan Nyonya Jelita menempati kamar tamu manapun. Nyonya besar hanya mengizinkan ruangan itu saja untuk dijadikan kamar tidur," jawab Marni.

Mark terlihat sedikit tidak percaya dengan keputusan ibunya. 

Langkah kakinya membawa pria itu menuruni satu persatu anak tangga. Terlihat Catherine tengah menikmati secangkir teh dalam keheningan malam, di taman yang terletak dibagian belakang rumah itu.

"Mam, mengapa wanita itu ditempatkan disana?" cecar Mark tiba-tiba.

Catherine meneguk perlahan secangkir teh hangat miliknya, lalu kembali meletakkan di atas meja dengan anggun sebelum menjawab pertanyaan putranya.

"Apa masalahnya, Sayang? Kamu juga tidak mau menempatkan dia di kamarmu, berarti tidak ada tempat pula di rumah ini untuknya."

Mark terdiam. 

"Jangan bilang kamu sok peduli padanya hanya karena kalian menghabiskan 1 malam bersama!" sambung Catherine murka. Sepasang mata birunya menatap penuh intimidasi pada sang putra.

Catherine menghela napasnya, dan kembali berkata, "Sudahlah kamu tidak perlu banyak protes. Pastikan saja wanita itu tidak mengandung anakmu, karena sepantasnya kalian segera mengakhiri hubungan ini!"

"Tidak mungkin, karena saya ...." Mark sontak menghentikan perkataannya. Bibirnya seketika bungkam dan pergi begitu saja meninggalkan ibunya

"Saya apa? Kamu tidak berpikir untuk mendapatkan anak dari perempuan rendahan itu, kan?! Mark jawab Mami!" teriak Catherine kesal.

Mark menulikan pendengarannya. Ia memilih pergi dan melupakan perdebatannya dengan Catherine. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang terdiam dibalik pilar, mendengarkan seluruh percakapan itu.

Related chapters

  • Istri Figuran Tuan Muda    Layu Sebelum Berkembang

    "Zeya, bisa bicara sebentar?"Zeya yang tengah menulis sebuah laporan seketika menoleh dan menghentikan aktivitasnya. "Oh iya, Dok."Zeya dengan tenang mengikuti Veshal dari belakang, menuju sebuah ruangan tempat Veshal bekerja."Silahkan, duduk!" seru Veshal mempersilahkan setelah mereka sampai di ruang poli kandungan yang sudah sepi."Ada apa, dok?" tanya Zeya."Saya dengar sudah 2 hari Jelita gak masuk karena sakit. Sebenarnya ia sakit apa? Saya berusaha menghubunginya sejak tadi, tapi sama sekali tidak dijawab.""Maaf, saya tidak tahu, Dok. Telepon ataupun pesan singkat saya juga sama sekali tidak dijawab oleh Jelita." Zeya tampak ragu dan berhati-hati dalam menjawab pertanyaan dari Veshal.Sejujurnya hatinya turut gelisah dengan kondisi Jelita yang tak seperti biasanya, karena Jelita tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Jelita sosok pekerja keras, yang akan tetap bekerja sekalipun kesehatannya tengah menurun."Saya cuma mau menkonfirmasi saja. Karena saya tidak ingin nilai

    Last Updated : 2024-07-09
  • Istri Figuran Tuan Muda    Pasangan Tak Tahu Malu

    "Ada apa ya, Dok?" tanya seorang pria yang merasa terusik karena Veshal yang sedari tadi menatapnya dengan tajam."Oh maaf, Pak. Saya cuma mau memberitahukan jika kondisi kandungan istri Anda sangat lemah. Pastikan Ibu Chintya beristirahat dengan cukup dan makan makanan yang bergizi setiap harinya. Tolong jaga istri Anda!" seru Veshal yang terpaksa senyum ramah dengan nada suara menekan.Veshal yang belum memahami permasalahan Jelita hanya bisa berusaha tak tenggelam dalam opininya sendiri. Walaupun ingin sekali ia memukul pria yang dikenalnya sebagai tunangan Jelita."Baiklah, saya akan resepkan obat penguat kandungan. Lalu saya ingatkan sekali lagi, tolong jaga istrinya agar tidak mengalami flek lagi.""Terima kasih, Dokter!" jawab Adimas seraya meraih kertas yang berisikan resep obat dari Veshal.Chintya dan Adimas berdiri dan berjalan menuju pintu keluar ruangan."J-jelita!" seru Adimas gugup.Seketika Veshal menoleh, melihat Jelita yang hanya tersenyum masam pada Adimas dan Chint

    Last Updated : 2024-07-09
  • Istri Figuran Tuan Muda    Dua Pria Bodoh

    "Jadi disini mereka tinggal?"Sedikit kaca mobilnya terbuka, membuat Mark bisa melihat dengan jelas sebuah rumah yang terlihat sepi, bahkan tidak ada 1 orang penjaga keamanan pun yang berjaga.Tak berselang lama sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah tersebut, dan keluarlah pria muda dari dalam mobil untuk membuka pagar.Mark menyipitkan matanya, berfokus pada wajah pria muda itu. Setelah memastikan sesuatu Mark keluar dari mobilnya, dan berjalan mendekati pria tersebut."Adimas!" ucapnya sambil menepuk pundak Adimas yang tengah kesulitan membuka gerbang rumahnya yang sedikit macet.Adimas menoleh dan sontak sebuah pukulan melesat tepat mengenai wajahnya."Apa-apaan ini?!""Brengsek! Dimana Chintya?" Mark mencengkram kerah baju Adimas. Wajahnya memerah menahan gejolak amarah yang telah lama terpendam.Sekali lagi Mark memukul Adimas dan mengenai hidungnya sampai mengeluarkan darah."Cukup! Apa-apaan ini?!" teriak Chintya yang baru saja keluar dari mobil.Wanita itu segera memisahk

    Last Updated : 2024-07-23
  • Istri Figuran Tuan Muda    Gempar

    "Sialan!"Kedua rahang yang mengeras hingga urat-urat pada lehernya terlihat jelas di kulit pria yang berwarna putih itu. Sorot matamu makin terlihat tajam penuh dendam mengingat penghina yang baru saja ia terima.Sebuah penghinaan pertama yang didapatkannya, sungguh telah menjatuhkan harga dirinya langsung ke jurang terdalam."Hahaha wanita sial," umpat Mark diiringi suara tawanya yang terdengar menakutkan.Tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi, segera ia menjawab sebuah panggilan dari nomer yang tidak dikenal."Ya, baik saya akan kesana," jawabnya lalu mengakhiri panggilan telepon itu.Dengan kecepatan tinggi Mark mengalihkan arah mobilnya, menuju suatu tempat agar dapat sampai secepat mungkin.***"Sebenarnya kenapa saya harus kesini?" ucap Mark bermonolog sendiri.Pikirannya yang kacau tiba-tiba membuat dirinya kini tanpa sadar berada di area parkir sebuah rumah sakit. Pria itu mengusap kasar wajahnya dan sedikit melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya."Lebih baik pergi? Buang-bua

    Last Updated : 2024-07-24
  • Istri Figuran Tuan Muda    Niat Jadi Pembinor

    "Hati-hati di jalan, kalau seandainya kamu belum sehat lebih baik istirahat dulu,." Dengan bibir yang terasa berat, setengah hati Veshal harus melepaskan Jelita untuk pergi bersama Mark.Raut wajahnya kian terlihat khawatir, takut jika Mark akan melakukan sesuatu yang buruk pada Jelita."Terima kasih Dok, Zeya. Nanti saya akan memberi kabar," jawab Jelita tersenyum.Tatapan mata Veshal pada Jelita, membuat Mark merasa tidak nyaman. Dengan cepat ia segera menutup pintu mobil tanpa mengucapkan sepatah kata terima kasih."Dasar orang sinting, gak punya sopan santun," gerutu Zeya kesal karena sikap Mark yang terlihat kasar, angkuh dan seenaknya Veshal hanya tersenyum kecil dan berkata, "Zeya, saya ingin menanyakan sesuatu padamu."***Sementara itu mobil listrik berwarna hitam metalik itu berjalan cepat membelah gemerlap malam ibukota. sejak tadi tak ada satupun pembicaraan yang terlontar antara Mark dan Jelita, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing."Terima kasih sudah menjempu

    Last Updated : 2024-07-25
  • Istri Figuran Tuan Muda    Curiga

    "Mark tunggu! Mark!"Langkah kaki Mark terhenti, lalu menoleh. "Iya, Mom. Ada apa? Saya lelah ingin istirahat.""Darimana saja kamu gak pulang-pulang? Lalu sekarang kenapa kamu pulang bersama dengan perempuan itu? Kamu gak ada niatan untuk mempertahankan pernikahanmu dengannya, kan?!" Rentetan pertanyaan dari Catherine semakin membuat kepala Mark terasa sakit.Mark menghela napasnya, berusaha mengendalikan emosinya saat harus menghadapi sang ibu. "Mommy ngomong apa sih? Gak usah melantur."Catherine menajamkan penglihatannya dan menatap wajah putra sulungnya. Wanita paruh baya itu seakan menerka apa yang terjadi lewat mimik wajah Mark yang terlihat datar."Lalu kenapa kamu bisa pulang bersama dia?" tanya Catherine curiga."Dia pingsan, dan pihak rumah sakit menelpon saya. Mau tidak mau saya harus menjemputnya.""Dia pingsan?" Kening Catherine semakin mengerut. Entah apa yang ada di pikirannya. Catherine terdiam sejenak dalam kecurigaannya.Tiba-tiba Catherine menggenggam lengan putran

    Last Updated : 2024-07-26
  • Istri Figuran Tuan Muda    Menyesal

    "Jawab! Kamu mau kemana?" tanya Mark dengan menggenggam erat lengan Jelita. Catherine terkejut melihat kedatangan putranya, dan segera turun dari mobil sambil berkata, "Mark, lepas!" "Tidak, sebelum dia menjawab pertanyaanku!" Kecurigaan Catherine kian menjadi, terutama saat putranya tak bersikap seperti biasanya. Di mata Catherine saat ini, Mark terlihat tengah mati-matian melindungi Jelita dan menyembunyikan sesuatu darinya. "Mark, lepaskan dia!" bentak Catherine. "Saya tidak apa-apa." Jelita yang lelah berusaha melerai perdebatan. Ia berusaha melepaskan diri tapi cengkraman tangan Mark yang begitu kuat seketika membuatnya merinding karena teringat pada malam itu. "Dasar bodoh! Kenapa kau terus menurut seperti keledai? Kau bahkan tidak tahu mau dibawa kemana!" bentak Mark. "Cukup Mark! Mommy hanya ingin membawanya ke dokter kandungan. Mommy harus memastikannya dengan jelas!" Sikap Catherine membuat Mark kian frustasi. Mark lemah dengan sikap ibunya yang semakin tak masuk ak

    Last Updated : 2024-07-27
  • Istri Figuran Tuan Muda    Gosip

    "Pih bagaimanapun Chintya anak semata wayang kita. Wajar dong kalau kita rayakan pernikahannya besar-besaran!" Adimas mengerutkan keningnya, berusaha untuk setenang mungkin agar tidak menimbulkan suara. Pria itu merapatkan tubuhnya ke dinding, lalu menajamkan pendengarannya. "Mih, apa yang harus kita katakan pada keluarga Dinata? Chintya itu membatalkan pernikahannya dengan cara memalukan dan kini malah mengekspos diri dengan menikahi pria lain." Sementara Jimmy dan Rieta terus berdebat, berusaha menang dengan argumen mereka masing-masing. Jimmy terlihat tidak menyetujui ide konyol Rieta dan putrinya karena ia tidak ingin kembali terlibat masalah dengan keluarga besar Mark. "Coba kamu pikir, kita sudah menyerahkan Jelita pada keluarga Dinata. Jika kita terlibat masalah kembali, harus memakai cara apalagi untuk mengatasinya?" Deg! Adimas terperangah. Sejauh ini dia baru mengetahui jika Jelita telah terpaksa menikah untuk menggantikan Chintya. Selama ini ia berusaha menahan

    Last Updated : 2024-07-28

Latest chapter

  • Istri Figuran Tuan Muda    Tolong aku!

    Belaian di kepalanya terasa begitu lembut hingga membuatnya tersentak dan tersadar dari alam mimpi. Baru saja matanya terbuka, wajah tampan dengan senyuman lembut seketika menyambutnya. "Mark!" "Tidur lagi saja kalau kamu masih mengantuk," ucap Mark. Jelita seketika mengedarkan pandangannya. Ternyata dirinya dan Mark masih berada di dalam mobil. Tak sengaja Jelita melihat ke arah jam tangannya, dan kini waktu sudah berlalu selama 2 jam semenjak ia tertidur. "Ini kita baru sampai? Kok lama banget?!" tanyanya yang bahkan baru menyadari jika mesin mobil sudah dalam keadaan mati, bahkan supir yang mengantarkan mereka pun sepertinya sudah turun terlebih dahulu. Mark tertawa lalu mencubit hidung istrinya. "Bukan perjalanannya yang lama, tapi kamu yang tidurnya kelamaan." "Hah?!" Wajah Jelita yang terlihat bingung semakin menambah keras tawa Mark, yang akhirnya membuat Jelita kesal dan mencubit perut suaminya. "Bodo amat! Aku mau turun!" rajuk Jelita. Jelita pun turut dari

  • Istri Figuran Tuan Muda    Perjodohan

    Mark terdiam, menatap wajah sang istri yang tertidur di bahunya. Saat itu, setelah mendapatkan telepon dari Zeya, ia pun terburu-buru pergi ke rumah sakit, diantar oleh supir pribadi keluarganya. Ia pun bahkan rela menunggu dengan sabar hingga jam kerja istrinya selesai, dan kini mereka dalam perjalanan menuju ke rumah. "Sepertinya dia sangat kelelahan," ucap Mark. Pak Supri tersenyum melihat kedamaian dari kedua majikannya. Tak pernah terbayangkan jika Mark yang begitu membenci istrinya, kini bisa berbalik dan sangat menaruh perhatian pada Jelita. "Namanya juga Dokter, Tuan. Pasti Nyonya capek sekali, apalagi kalau rumah sakitnya ramai," sahut Supri. "Tapi kenapa dia sangat menyukai pekerjaannya. Bahkan dia akan marah jika saya menyuruhnya untuk berhenti." Supri tertawa kecil menanggapi perkataan tuannya. Dengan mata uang masih fokus ke jalan pun ia berkata, "Ini adalah cita-cita beliau. Dan untuk menjadi dokter banyak sekali usaha yang Nyonya lakukan. Itulah yang membuat Nyon

  • Istri Figuran Tuan Muda    Luka Yang Kembali Terbuka

    "Kamu mau kemana?" tanya Jelita saat melihat Zeya yang sangat kelelahan dengan membawa selembar map di tangannya."Oh aku mau kasih ini ke ruang radiologi, tadi ketinggalan," ucap Zeya sambil tertawa kecil.Tanpa bertanya Jelita merebut map tersebut lalu berkata, "Biar aku saja! Kamu istirahat! Gak usah ngeyel, cukup dengerin aku!" seru Jelita yang sudah tidak tahan melihat Zeya yang terus menerus memforsir tenaganya hanya untuk membuang waktu."Tapi, Ta!" Belum juga Zeya melanjutkan perkataanya, ia pun langsung terdiam.karena Jelita yang melotot ke arahnya."Udah diem! Kalau kami gak nurut, aku akan paksa kamu besok untuk libur. Biar aja aku yang long shift untuk menggantikan kamu, paham!" ancamnya sungguh-sungguh.Dengan langkah kakinya yang cepat, Jelita pun berjalan menuju ruang Radiologi. Ia terdiam sejenak saat melewati ruangan poli kandungan seakan ada sesuatu yang menarik perhatiannya.Ada suatu rasa yang terbesit dihatinya, rasa rindu akan sesuatu yang samar bahkan nyaris tak

  • Istri Figuran Tuan Muda    Hampa

    Deg!"Nicky? A-aku gak salah lihat, kan?!" Zeya menggosok kedua matanya dengan punggung tangannya beberapa kali, memastikan. jika penglihatannya tidaklah salah.Namun semakin melakukan hal tersebut maka semakin Jelas pula rupa sosok Nicky yang kini dilihatnya. Nicky jelas terlihat di atas pelaminan dan tengah tersenyum dengan memakai busana pengantin. Pria itu terlihat bahagia bersanding dengan seorang wanita yang memiliki wajah buram, seolah tidak diizinkan tertangkap oleh penglihatannya. Zeya terdiam, hatinya sungguh terasa nyeri bak luka yang tersiram air garam. Dia dan Nicky memanglah tidak memiliki hubungan apapun, lantas mengapa ia merasakan sesuatu yang menyiksa seperti ini? Tiba-tiba saja kedua mata Nicky melirik padanya, mata mereka pun saling bertemu dan pria itu pun melambaikan tangannya hingga akhirnya.BRAK!Zeya terbangun saat tubuhnya menggelinding dan jatuh dari atas ranjang. Seketika gadis itu pun meringis lalu berusaha bangkit walaupun masih dalam keadaan semp

  • Istri Figuran Tuan Muda    Rencana Nicky

    Perkataan Jelita sontak membuat suasana menjadi hening. Nicky terdiam, bibirnya kelu untuk sekedar menjawab. "Sayang," ucap Mark berusaha menenangkan hati istrinya. Tetapi Jelita yang sudah bertahan berbulan-bulan untuk tidak ikut campur pun pada akhirnya merasa muak. Zeya memang tidak banyak bicara tentang Nicky, tapi sikap gadis itu yang berubah menjadi lebih pemurung sangat mengusik Jelita. "Gak bisa, Mark! Harusnya kalau memang gak niat sungguh-sungguh, ya gak usah dekatin Zeya. Baru digertak saja sudah melempem!" ucap Jelita sewot. Mark menepuk keningnya. Nampaknya istrinya ini sudah tidak bisa ditenangkan lagi. Sedangkan Nicky hanya menerima setiap cacian dari Jelita, seakan sudah mempersiapkan semuanya jika hal ini pasti terjadi. "Sebenarnya, bukan tanpa alasan aku menghilang," ucap Nicky. Tatapan Mark dan Juga Jelita semakin fokus pada Nicky. Raut wajah Nicky yang memelas membuat mereka panasaran akan maksud perkataan yang baru saja ia lontarkan. Mark menghel

  • Istri Figuran Tuan Muda    Welcome Back Mark Dinata

    Kegaduhan sejak pagi sudah terlihat disebuah gedung pencakar langit. Para pekerja mulai dari cleaning service hingga para petinggi tampak sibuk untuk menyiapkan sesuatu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat, sebuah mobil merk eropa berwarna hitam pun berhenti tepat di lobby dan menurunkan sosok yang telah dinantikan. Suara langkah kaki dan hentakkan dari Kruk saling bersahutan dan menjadi pusat perhatian. Namun bukan hanya itu, kehadiran sosok wanita yang mendampingi Mark pun sontak membuat seluruh tatapan mata benar-benar tertuju pada mereka berdua. "Selamat datang kembali, Pak Mark Dinata." ucap seluruh karyawan serentak dengan Yesi yang membawa sebuket bunga dan diberikannya kepada Mark. "Selamat datang Pak Mark dan selamat datang juga di kantor kami Ibu Jelita," sapa Yesi dengan sopan. Terbalut dengan blouse dan rok selutut, Jelita tampak anggun mendampingi suaminya. Penampilan sungguh terlihat kontras dengan Chintya yang dulu selalu datang dengan pakaian yang terbuka d

  • Istri Figuran Tuan Muda    Ghosting

    "Dor!" Zeya tersentak kala seseorang tiba-tiba saja mengagetkannya dari arah belakang. Sontak ia pun menoleh dan melihat Jelita yang tersenyum lebar ke arahnya. "Kau ini pagi-pagi mau buat jantungku copot, hah?" protesnya yang malah membuat Jelita tertawa. Tak terasa sudah setengah tahun berlalu sejak kejadian malam itu. Kini banyak yang mulai berubah, dimulai dari Dokter Veshal yang tiba-tiba saja mengundurkan diri, Zeya yang dipaksa untuk kembali tinggal bersama kedua orang tuanya, serta sosok Nicky yang seolah menghilang tanpa jejak dari kehidupan gadis itu. Semua masih terasa begitu baru, sehingga membuat Zeya tak bisa terbiasa. "Udah ah jangan cemberut gitu. Nih aku punya sesuatu buat kamu," ucap Jelita seraya menyerahkan sekotak kue kesukaan sahabatnya itu. Wajah Zeya pun berubah, gadis itu mengembangkan senyumannya "Serius nih buat aku?" "Iya. Ya sudah aku mau temani Mark terapi dulu ya! Jangan lupa dimakan, oke!" Jelita pun meninggalkan sahabatnya. Sejenak

  • Istri Figuran Tuan Muda    Sandungan

    "Sekarang coba jelaskan pada Ayah!" Pada akhirnya Nicky tertangkap basah setelah tergelincir, karena berusaha keluar dari dalam bak mandi tempat persembunyian keduanya. Kini Nicky dan Zeya pun tengah diintrogasi bak seorang terdakwa kasus kriminal. Keduanya duduk di atas karpet dengan kepala menunduk di hadapan Hana dan juga Hans yang menatap nanar mereka. "Ini semua gara-gara kau!" bisik Zeya kesal. "Aku, kan gak tau kalau bakal begini, Beb," jawab Nicky berbisik. "Ehem! Zeya Alisiana! Kamu mendengarkan Ayah tidak?!" Seketika keheningan melahap suasana malam itu. Zeya kembali terdiam, bahkan tak mampu untuk menatap wajah kedua orang tuanya. Hans menghela napasnya dan kembali berkata, "Kami tau jika usiamu sudah matang untuk menjalin hubungan dan menikah. Tetapi tidak seperti ini, Zeya. Kami selama ini melarangmu berpacaran, bukan hanya sekedar keinginan kami, tapi juga untuk menjaga martabat kamu sendiri dari hal-hal tak diinginkan." "Tapi, Ayah dan Bunda salah paham

  • Istri Figuran Tuan Muda    Tertangkap Basah

    Kriett! Bunyi pintu kamar yang terbuka seakan memecah keheningan di dalam ruangan tersebut. Perlahan-lahan Jelita berjalan ke arah ranjang, dimana sang suami telah berbaring dan berpura-pura tertidur. "Aku tau kamu belum tidur," tebaknya sambil duduk di tepian ranjang, bibirnya sedikit meringis merasakan sakit pada kakinya yang tak kunjung mereda. Namun, tak ada jawaban. Mark terus memejamkan matanya, seolah sudah terbuai ke alam mimpinya. "Jadi kamu mau ngambek lagi nih? Baiklah," lanjut Jelita. Jelita melirik ke arah Mark, menatap kelopak mata sang suami yang bergetar walaupun dalam keadaan tertutup. "Dasar," gumam Jelita seraya menggelengkan kepalanya. Jelita terdiam sejenak, memikirkan cara untuk bisa berbicara dengan suaminya yang sangat keras kepala. Hingga akhirnya ia perlahan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang lalu tiba-tiba berbaring dan memeluk Mark yang berada di sebelahnya. Sikap Jelita yang tiba-tiba, membuat Mark tersentak dan langsung membuka matany

DMCA.com Protection Status