"Huwaaa! Maaf!""Aishh! Berhenti menangis! Setiap kali kau berbuat salah, kenapa harus ditangisi sih?!""Ma-maaf!""Berhenti meminta maaf juga!""Pfft."Terkikik kecil melihat interaksi Rifa dan Yurish sudah meributkan sesuatu pada pagi-pagi hari begini, Qilistaria yang dalam sejenak merenungkan kemampuan minusnya dulu dalam menghadapi pekerjaan rumah tangga sama seperti si pemuda bermata biru itu, … merasa bersyukur bahwa Derian yang menjadi pengajarnya, tidak memiliki metode pengajaran yang sekeras Rifa. "Ada apa …?"Mencolek pipi Qilistaria yang senyum-senyum sendiri, Derian yang datang dengan mengasongkan minuman teh herbal hangat di tangan kepada sang istri, bertanya karena penasaran."… Senyum-senyum manis begitu?"Berterima kasih atas pemberian teh hangat tersebut dan lekas menundukkan wajahnya yang tersipu, Qilistaria menjawab."Melihat Rifa dan Yurish, seperti melihat aku dengan Ian dalam versi terbalik.""Eh? Sungguh? Jangan samakan seperti itu. Itu tidak mirip.""Kenapa t
"Ci …."Memandang Yurish dengan tatapan melotot, Rifa yang merasa suaranya tercekat di tengah-tengah kerongkongan, … berujar dengan kesusahan."… C-ciuman?!"Ah, kenapa dia, Yurish, tiba-tiba menyebutkan kalimat yang menyinggung sebuah aktivitas romantis di antara pasangan?!Itu membuat Rifa merasa canggung dengan arah pembicaraan, karena itu bukanlah topik yang ia mampu kuasai secara percaya diri. “Tidak, m-maksudku …! Kau sepertinya sangat ingin menghilangkan kutukan pada Kak Ria, kan?""Uh, … ya.""K-karenanya! Untuk membuatnya terbebas dari segala rasa menyakitkan yang ada, kemudian bisa berhubungan manis dengan Kakakmu tanpa mengkhawatirkan kecemasan apa pun lagi, kutukannya harus dipatahkan tuk selama-lamanya … bukan?”Gugup sendiri dalam mengajak bicara Rifa yang masihlah enggan berbicara tuk memberikan respons atas saran yang diberikan, … Yurish yang sudah selesai mencuci piring bagian tugasnya, memecah keheningan dengan bertanya. “Anu, … Riry. Apa kau bahkan sudah pernah me
“Huh … sudah?”Tunggu! … Apanya yang sudah?“Ya,” memalingkan wajahnya dari Derian yang terus-menerus memandanginya dengan pandangan yang seperti orang sedang meminta keadilan, Qilistaria menjelaskan. “T-tujuan awalnya kan, hanya untuk menunjukkan kepada Rifa bahwa kita sudah ber— … berc-ciuman. Jadi, karena kita sudah melakukannya, itu dihitung sudah.”“Hanya itu saja?”Tambah melongo tak percaya mendengar penuturan istrinya yang membuat hatinya sedikit kecewa, Derian mengerutkan alisnya tuk mengekspresikan wajah yang akan tampak se-menyedihkan mungkin.“Kamu melakukannya dengan cepat, sampai-sampai aku tak dapat merasakannya dengan baik.”“Me-merasakan apa maksudmu?”Entah karena sudah dirasuki oleh setan hawa nafsu atau memang ini semua terjadi karena Qilistaria telah memancing keluar sesuatu yang sangat diinginkannya untuk menuntaskan perlakuan cinta terhadap pasangan, … Derian menempatkan satu ibu jari di bibir lembut istrinya, untuk kemudian mengusapnya secara pelan. “Bibirmu
-“Hei, Ibu?”--“Huh? Ya?”-Ada suatu masa, di mana dahulu, … Derian yang masihlah seorang bocah kecil tidak tahu apa-apa, bertanya kepada ibunya.-“Apa itu, yang merah-merah di lehermu?”- ucapnya polos seraya menunjuk apa yang ia tanyakan, kepada sang ibu yang kini gelagapan berusaha menutupi apa yang dimaksud bersama wajah yang sudah dilanda oleh gejolak semburat merah.-“A-a-ahahaha, ini? Ini … umm.”-Seperti sedang mencari alasan yang bagus, ibu dari Derian menggulirkan netra gemetarannya ke sana kemari. Mendapatkan ide yang cukup mumpuni dengan cepat, segera saja … ia melontarkan sebuah jawaban hasil dari mengarang.-“Ini, … Ibu digigit nyamuk.”--“Benarkah? Apa ada nyamuk yang menggigit seseorang sampai meninggalkan jejak sebesar itu?”--“Uy—ya-ya! Te-tentu saja ada.”--“Apa itu sakit?”--“S-se-sedikit …?”--“Ian lihat tadi, di leher Ayah juga ada bekas yang seperti itu. Bahkan lebih banyak! Apa Ayah digigit nyamuk besar juga?”--“….”-Seketika terdiam menampilkan senyuman kaku
WHOOSH~Angin lembut berembus.Mereka datang tuk menerpa serta membantu mengeringkan uraian panjangnya rambut hitam Qilistaria yang basah, … tatkala diri orang bernamakan barusan dengan santainya duduk berjemur di sebuah bangku yang berada di bawah sinar mentari pagi, fokus memerhatikan sang suami.Ya.Sepertinya dia tak akan pernah merasa bosan untuk melihat rajinnya sang suami, yang kebetulan hari ini sedang menjemur cucian seprai dan juga beberapa potong pakaian mereka berdua semalam, … di halaman belakang rumah.Usai dengan urusannya tersebut, suami Qilistaria, Derian, … yang kali ini pula tumben sekali merasa enggan juga malas pergi ke mana-mana, apalagi ke luar rumah, … hanya menginginkan untuk tetap bersama dengan istrinya sepanjang hari ini.Dia yang segera setelah menyelesaikan tugas rumah itu langsung duduk dan memeluk istrinya, Qilistaria, dari arah belakang, … menghirup aroma wangi sampo rambut yang menguar dari helaian-helaian benangnya, karena terapung di udara tersapu o
“….”“Sapaan mereka yang hangat. Interaksi mereka yang dekat. Aku masih mengingatnya.”Tidak tahu harus memberikan respons apa, Rifa hanya terdiam dan memilih untuk menyimak saja.“Hanya, hanya saja … sayangnya aku mulai melupakan sesuatu yang paling penting.”Mata biru yang diam-diam Rifa pandangi tengah menyorot ke arah api unggun itu tampak bergetar sesaat, selayaknya baru diguncang oleh rasa kegetiran yang seperti telah lama tidak disinggungkan.“Aku tidak ingat tentang seberapa merdu suara, serta seberapa cerianya raut wajah mereka.”Mendengar cerita ini, … sungguh membuat hati Rifa merasa sesak.“Huft …!"Jelas saja, karena dia juga jadi teringat dengan situasi serupa yang dialami oleh sang kakak dan oleh dirinya ini.TUP!“…?!”Dengan santainya menyenderkan kepala di bahu Yurish bersama mata terfokus memandang api unggun juga secara lelah, Rifa memeluk lututnya sendiri dan kemudian bertanya.“Apa kau tidak memiliki kerabat yang tersisa sebagai pelepas kerinduan terhadap keluarg
“Qilia~ … boleh ya?”“Tidak~! Tidak lagi. Untuk sekarang.”Berusaha menolak dengan hati yang berat terkait permintaan suaminya yang sedang malu-malu kucing meminta malam panas lainnya lagi di malam selepas kepulangan kedua remaja yang berkeluyuran kemarin ini, … Qilistaria memalingkan muka ke arah lain.“Yang tadi saja masih terasa lumayan pegal,” cicit Istri Derian tersebut seraya menolehkan wajahnya tuk bertatap muka dengan si suami pemeluk pinggangnya dari hadapan ini. “Lain kali saja ya?”Sedikit kecewa dengan itu, … mencoba bernegosiasi dengan penawaran lain dengan mengukir raut muka memelas di wajahnya, Derian kemudian meminta.“Bagaimana jika ciuman saja?”“Betul hanya ciuman saja?” tanya Qilistaria yang anehnya seperti meragu dengan permintaan suaminya itu.“Ya. Hanya ciuman.”Begitu katanya, meski ujung-ujungnya pula mulai merayap ke arah sentuhan-s
Garis-garis yang melengkung dalam membingkai dan membentuk sesuatu dengan indah, benar-benar tercipta dari jahitan yang cantik.Derian tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sang istri, Qilistaria, yang saat ini menikmati waktunya mengerjakan pesanan sesuai dengan keinginan pelanggan.Sepertinya, hobinya itu kini akan menjadi satu kegiatan menghibur diri sendiri dari kejenuhan.“….”Wajah berubah memerah, terkesima dengan senyuman tipis yang terpatri dari bibir sang istri yang sudah terbiasa untuk tidak merasa keberatan sama sekali diperhatikan sewaktu bekerja begitu, … Derian sungguh terpaku.Dia membisu seketika, meski debaran keras pada hatinya tengah bertalu-talu.Ah, benar-benar.Berbagai cara remeh dan tak disadari oleh istri tercintanya, benar-benar telah mendorongnya untuk merasakan seperti apa sensasi jatuh cinta selama berkali-kali dalam waktu kurang dari sehari.Tidak boleh begini!Istrinya yang sangat ia sayangi saja sudah turun tangan begini untuk membantunya meringanka
“Tsuhh!”Meludahkan air liur bercampur darah dengan nafas yang tersengal-sengal dan tubuh sempoyongan, seorang pria berambut dan bermata merah yang kemerahannya kini tampak kalah dari merahnya darah yang keluar dari luka aniaya, … yang tak lain ternyata ialah Derian, bergegas memaksakan diri tuk kembali ke rumah.Ya.Tanpa mengingat bahwa ia akan segera kembali ke kedai dagang Pak Roran terlebih dahulu tuk mengambil hadiah yang sudah dipesan, Derian betul-betul pulang dengan terburu-buru.“Kumohon, kumohon, kumohon. Tetaplah baik-baik saja.”Apa alasannya berdoa seperti ini, dengan hati yang memanjatkan harapan bukan untuk kebaikannya meski dirinya sendiri saja sedang terluka, akan tetapi untuk kebaikan yang lain?“Tidak apa-apa jika keanehan yang baru terjadi ini sampai melukaiku. Asalkan, untuk kamu dan anak kita ….”Lebih tepatnya, untuk kebaikan ….“… Kalian baik-baik saja."… Istrinya yang ia cinta.Ini adalah yang pertama.Pertama kalinya seorang yang sehati-hati Derian terhadap
“Your Highness! Anda tidak boleh melakukan ini!”Rela mengangkat gaunnya sampai setinggi lutut, di mana itu adalah hal yang kurang etis untuk kaum wanita, terutama orang berdarah bangsawan sepertinya, inilah yang dilakukan oleh anak bungsunya sang Duke of Yoargi, Putri Mahkota Kerajaan Gupenhileum, Mirabella La Yoargi.“Anda mengatakan kepada Saya tadi, bahwa Anda akan memungut wanita terkutuk itu?”Hal ini semua bisa sampai terjadi itu dikarenakan, karena dirinya mendengar secara jelas bahwa tunangannya, sang Putra Mahkota, Felaise Zevaron Gupenhileum, … terang-terangan menyatakan akan segera menjadikan kakak kandungnya, Qilistaria, untuk menjadi ratu.“Dia sedang mengandung anak pria rendahan! Itu membuktikan bahwa dirinya sudah dicampuri oleh status yang menjijikkan!”Yah, kalaupun yang pada akhirnya akan menjadi ratu itu dirinya, tetap saja putra mahkota bersikeras untuk menarik kakak buruk rupa tersebut untuk menjadi selir.“Lagi pula, apa Anda tega meninggalkan Saya yang sedang
“….”Tersenyum, itu yang Derian lakukan.“Apa? Kenapa? Tiba-tiba saja membuatku merinding karena mendadak tersenyum seperti itu?”Ya.Derian tersenyum tanpa sadar seperti itu, dan mengagetkan Pak Roran yang sampai dibuat heran oleh tingkahnya tersebut.“Itu ….”Tidak terlalu menanggapi komentar Pak Roran terkait persoalan seberapa anehnya ia sewaktu berlaku demikian, … Derian malah menunjuk barang dagangan di kedai tetap si pedagang tua yang katanya sudah pernah mengelana ke berbagai pusat perdagangan ini. “Aku akan membawa itu sepulang kerja.”Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Derian, sontak saja, Pak Roran langsung mengubah ekspresi bingungnya, mendadak menjadi ekspresi tersipu-sipu seketika.“Tolong bungkuskan dengan rapi dan cantik, ya? Aku membelinya.”“Oh, ukhum. Apakah aku menunjukkannya secara jelas? Padahal produk daganganku bukan semacam ini.”Yah, dikarenakan, penyebab si pedagang tua ini tiba-tiba ikutan tersenyum-senyum sendiri adalah apa yang ditunjuk oleh Derian, merup
“Kau pasti tidak memercayai ini.”“….”Melihat dengan lesu Rifa yang melompat-lompat kecil kegirangan dengan wajah berseri-seri yang betul-betul terlihat sangat bahagia, Yurish hanya menopangkan tangan menyangga pipi, dan lebih memilih untuk terus bungkam saja.“Aku akan segera menjadi Bibi!”Sebenarnya, pemuda itu juga senang melihat gadis pemarah di hadapannya bertingkah laku menyenangkan begini.Akan tetapi, di sisi lain … kekhawatiran yang dapat mengalahkan kesenangannya dalam sekejap mata, telah membuat Yurish sadar dari lena.“Sesenang itu hendak mendapatkan beban kehidupan baru?”“…!”Sontak langsung menoleh dengan tajam tatkala telinganya menangkap gelombang suara yang dingin semacam barusan, Rifa bertanya keheranan.“Mengapa kau mengatakan sesuatu yang kejam seperti itu? Seolah-olah kau tidak ingin merasakan kembali sesuatu yang pernah menghilang dari sisimu?”“….”Terdiam dengan mulut digigit, Yurish memalingkan wajah berkerut ekspresi sakitnya itu dari Rifa.“Lupakan saja,”
“Tuan Eshid. Ini semakin buruk. Kita harus segera menjalankan rencana dan membawa kabur calon pendukung kita yang satu ini.”Di tengah-tengah keheningan yang akhirnya kembali terjadi setelah majikan muda mereka, Pangeran Yurishien tertidur dengan lelap di atas bantalan pangkuan sang kakek, Sir Dawne membujuk demikian.“Lambat laun, His Highness tidak akan bisa mengendalikan dirinya untuk terus menutup rapat rahasianya itu. Kita harus melakukan sesuatu!”“Masih belum, Sir Dawne,” jawab Kakek Eshid pada akhirnya, membalas runtutan saran dari mantan ksatria pribadi mendiang cucu perempuannya itu.“Sebelum kita melancarkan aksi besar-besaran itu, pertama-tama, kita harus menguatkan fisik dan mental Pangeran supaya jauh lebih kuat sewaktu berhadapan dengan Putra Mahkota brengsek itu terlebih dahulu.”•••“Uhngh.”Melenguh pelan dan mengerjap-ngerjapkan mata mengantuknya sekarang, Derian yang terjaga dari tidurnya dan menyadari bahwa selimut yang menyelimuti sang istri agak merosot sampai m
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit