"Apa kau …."Rambut hitam yang mengkilap. Kulit putih bersih nan kemerahan. Juga wajah berpenampilan lembut lagi rupawan."… Benar-benar Yurish?!"Telah membuat Rifa yang melihat penampilan Yurish selepas membersihkan diri, … mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya sama sekali.Malu dengan respons mengejutkan yang ia dapatkan dari orang berwatak keras seperti Rifa, Yurish menggaruk pipinya yang tak gatal dengan gerakan canggung."Nona, kau bereaksi secara berlebihan." "Tidak! Aku tidak berlebihan!"Menyanggah dengan kening yang mengerut, Rifa yang tadinya berpikir kalau Yurish sudah mandi pun akan tetap terlihat seperti gembel, … tidak mau menerima bahwa si pemuda itu justru berakhir dengan penampilan yang jauh lebih cantik dari pada dirinya sendiri.Seolah-oleh, Yurish ini … adalah seseorang yang sudah terbiasa mendapatkan perawatan juga perhatian khusus yang mengharuskannya diam tak melakukan apa-apa, dan dengan senang bertumpang kaki menerima segala bentuk pelayanan.Lebih tepatn
"Huwaaa! Maaf!""Aishh! Berhenti menangis! Setiap kali kau berbuat salah, kenapa harus ditangisi sih?!""Ma-maaf!""Berhenti meminta maaf juga!""Pfft."Terkikik kecil melihat interaksi Rifa dan Yurish sudah meributkan sesuatu pada pagi-pagi hari begini, Qilistaria yang dalam sejenak merenungkan kemampuan minusnya dulu dalam menghadapi pekerjaan rumah tangga sama seperti si pemuda bermata biru itu, … merasa bersyukur bahwa Derian yang menjadi pengajarnya, tidak memiliki metode pengajaran yang sekeras Rifa. "Ada apa …?"Mencolek pipi Qilistaria yang senyum-senyum sendiri, Derian yang datang dengan mengasongkan minuman teh herbal hangat di tangan kepada sang istri, bertanya karena penasaran."… Senyum-senyum manis begitu?"Berterima kasih atas pemberian teh hangat tersebut dan lekas menundukkan wajahnya yang tersipu, Qilistaria menjawab."Melihat Rifa dan Yurish, seperti melihat aku dengan Ian dalam versi terbalik.""Eh? Sungguh? Jangan samakan seperti itu. Itu tidak mirip.""Kenapa t
"Ci …."Memandang Yurish dengan tatapan melotot, Rifa yang merasa suaranya tercekat di tengah-tengah kerongkongan, … berujar dengan kesusahan."… C-ciuman?!"Ah, kenapa dia, Yurish, tiba-tiba menyebutkan kalimat yang menyinggung sebuah aktivitas romantis di antara pasangan?!Itu membuat Rifa merasa canggung dengan arah pembicaraan, karena itu bukanlah topik yang ia mampu kuasai secara percaya diri. “Tidak, m-maksudku …! Kau sepertinya sangat ingin menghilangkan kutukan pada Kak Ria, kan?""Uh, … ya.""K-karenanya! Untuk membuatnya terbebas dari segala rasa menyakitkan yang ada, kemudian bisa berhubungan manis dengan Kakakmu tanpa mengkhawatirkan kecemasan apa pun lagi, kutukannya harus dipatahkan tuk selama-lamanya … bukan?”Gugup sendiri dalam mengajak bicara Rifa yang masihlah enggan berbicara tuk memberikan respons atas saran yang diberikan, … Yurish yang sudah selesai mencuci piring bagian tugasnya, memecah keheningan dengan bertanya. “Anu, … Riry. Apa kau bahkan sudah pernah me
“Huh … sudah?”Tunggu! … Apanya yang sudah?“Ya,” memalingkan wajahnya dari Derian yang terus-menerus memandanginya dengan pandangan yang seperti orang sedang meminta keadilan, Qilistaria menjelaskan. “T-tujuan awalnya kan, hanya untuk menunjukkan kepada Rifa bahwa kita sudah ber— … berc-ciuman. Jadi, karena kita sudah melakukannya, itu dihitung sudah.”“Hanya itu saja?”Tambah melongo tak percaya mendengar penuturan istrinya yang membuat hatinya sedikit kecewa, Derian mengerutkan alisnya tuk mengekspresikan wajah yang akan tampak se-menyedihkan mungkin.“Kamu melakukannya dengan cepat, sampai-sampai aku tak dapat merasakannya dengan baik.”“Me-merasakan apa maksudmu?”Entah karena sudah dirasuki oleh setan hawa nafsu atau memang ini semua terjadi karena Qilistaria telah memancing keluar sesuatu yang sangat diinginkannya untuk menuntaskan perlakuan cinta terhadap pasangan, … Derian menempatkan satu ibu jari di bibir lembut istrinya, untuk kemudian mengusapnya secara pelan. “Bibirmu
-“Hei, Ibu?”--“Huh? Ya?”-Ada suatu masa, di mana dahulu, … Derian yang masihlah seorang bocah kecil tidak tahu apa-apa, bertanya kepada ibunya.-“Apa itu, yang merah-merah di lehermu?”- ucapnya polos seraya menunjuk apa yang ia tanyakan, kepada sang ibu yang kini gelagapan berusaha menutupi apa yang dimaksud bersama wajah yang sudah dilanda oleh gejolak semburat merah.-“A-a-ahahaha, ini? Ini … umm.”-Seperti sedang mencari alasan yang bagus, ibu dari Derian menggulirkan netra gemetarannya ke sana kemari. Mendapatkan ide yang cukup mumpuni dengan cepat, segera saja … ia melontarkan sebuah jawaban hasil dari mengarang.-“Ini, … Ibu digigit nyamuk.”--“Benarkah? Apa ada nyamuk yang menggigit seseorang sampai meninggalkan jejak sebesar itu?”--“Uy—ya-ya! Te-tentu saja ada.”--“Apa itu sakit?”--“S-se-sedikit …?”--“Ian lihat tadi, di leher Ayah juga ada bekas yang seperti itu. Bahkan lebih banyak! Apa Ayah digigit nyamuk besar juga?”--“….”-Seketika terdiam menampilkan senyuman kaku
WHOOSH~Angin lembut berembus.Mereka datang tuk menerpa serta membantu mengeringkan uraian panjangnya rambut hitam Qilistaria yang basah, … tatkala diri orang bernamakan barusan dengan santainya duduk berjemur di sebuah bangku yang berada di bawah sinar mentari pagi, fokus memerhatikan sang suami.Ya.Sepertinya dia tak akan pernah merasa bosan untuk melihat rajinnya sang suami, yang kebetulan hari ini sedang menjemur cucian seprai dan juga beberapa potong pakaian mereka berdua semalam, … di halaman belakang rumah.Usai dengan urusannya tersebut, suami Qilistaria, Derian, … yang kali ini pula tumben sekali merasa enggan juga malas pergi ke mana-mana, apalagi ke luar rumah, … hanya menginginkan untuk tetap bersama dengan istrinya sepanjang hari ini.Dia yang segera setelah menyelesaikan tugas rumah itu langsung duduk dan memeluk istrinya, Qilistaria, dari arah belakang, … menghirup aroma wangi sampo rambut yang menguar dari helaian-helaian benangnya, karena terapung di udara tersapu o
“….”“Sapaan mereka yang hangat. Interaksi mereka yang dekat. Aku masih mengingatnya.”Tidak tahu harus memberikan respons apa, Rifa hanya terdiam dan memilih untuk menyimak saja.“Hanya, hanya saja … sayangnya aku mulai melupakan sesuatu yang paling penting.”Mata biru yang diam-diam Rifa pandangi tengah menyorot ke arah api unggun itu tampak bergetar sesaat, selayaknya baru diguncang oleh rasa kegetiran yang seperti telah lama tidak disinggungkan.“Aku tidak ingat tentang seberapa merdu suara, serta seberapa cerianya raut wajah mereka.”Mendengar cerita ini, … sungguh membuat hati Rifa merasa sesak.“Huft …!"Jelas saja, karena dia juga jadi teringat dengan situasi serupa yang dialami oleh sang kakak dan oleh dirinya ini.TUP!“…?!”Dengan santainya menyenderkan kepala di bahu Yurish bersama mata terfokus memandang api unggun juga secara lelah, Rifa memeluk lututnya sendiri dan kemudian bertanya.“Apa kau tidak memiliki kerabat yang tersisa sebagai pelepas kerinduan terhadap keluarg
“Qilia~ … boleh ya?”“Tidak~! Tidak lagi. Untuk sekarang.”Berusaha menolak dengan hati yang berat terkait permintaan suaminya yang sedang malu-malu kucing meminta malam panas lainnya lagi di malam selepas kepulangan kedua remaja yang berkeluyuran kemarin ini, … Qilistaria memalingkan muka ke arah lain.“Yang tadi saja masih terasa lumayan pegal,” cicit Istri Derian tersebut seraya menolehkan wajahnya tuk bertatap muka dengan si suami pemeluk pinggangnya dari hadapan ini. “Lain kali saja ya?”Sedikit kecewa dengan itu, … mencoba bernegosiasi dengan penawaran lain dengan mengukir raut muka memelas di wajahnya, Derian kemudian meminta.“Bagaimana jika ciuman saja?”“Betul hanya ciuman saja?” tanya Qilistaria yang anehnya seperti meragu dengan permintaan suaminya itu.“Ya. Hanya ciuman.”Begitu katanya, meski ujung-ujungnya pula mulai merayap ke arah sentuhan-s
TEP! “Selesai.” “Huh?” Tak terasa, satu tarian dansa pun rampung diselesaikan. “Uh, … u-uh.” Apa yang sebenarnya Rifa rasakan saat ini? Dia tahu bahwa tariannya bersama Yurish selesai, … akan tetapi, entah mengapa, ia tak mau melepaskan tangannya dari saling bertaut. “Tariannya sudah selesai, Milady. Anda boleh melepaskannya sekarang,” tukas Yurish memberitahu, seraya mencoba untuk melepaskan sendiri tangannya dari genggaman Rifa. “Anda sudah dimaafkan. Ah, sejujurnya ….” SHA~! Manik mata biru Yurish menyorot sendu, di dramatisasi oleh damainya cahaya rembulan. “… Sedari awal pun, Anda tidak memiliki kesalahan.” “….” “Justru, Saya sendirilah yang sepatutnya meminta ampun. Entah dari kakak Anda, ataupun Anda sendiri.”
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di