-“Hei, Ibu?”--“Huh? Ya?”-Ada suatu masa, di mana dahulu, … Derian yang masihlah seorang bocah kecil tidak tahu apa-apa, bertanya kepada ibunya.-“Apa itu, yang merah-merah di lehermu?”- ucapnya polos seraya menunjuk apa yang ia tanyakan, kepada sang ibu yang kini gelagapan berusaha menutupi apa yang dimaksud bersama wajah yang sudah dilanda oleh gejolak semburat merah.-“A-a-ahahaha, ini? Ini … umm.”-Seperti sedang mencari alasan yang bagus, ibu dari Derian menggulirkan netra gemetarannya ke sana kemari. Mendapatkan ide yang cukup mumpuni dengan cepat, segera saja … ia melontarkan sebuah jawaban hasil dari mengarang.-“Ini, … Ibu digigit nyamuk.”--“Benarkah? Apa ada nyamuk yang menggigit seseorang sampai meninggalkan jejak sebesar itu?”--“Uy—ya-ya! Te-tentu saja ada.”--“Apa itu sakit?”--“S-se-sedikit …?”--“Ian lihat tadi, di leher Ayah juga ada bekas yang seperti itu. Bahkan lebih banyak! Apa Ayah digigit nyamuk besar juga?”--“….”-Seketika terdiam menampilkan senyuman kaku
WHOOSH~Angin lembut berembus.Mereka datang tuk menerpa serta membantu mengeringkan uraian panjangnya rambut hitam Qilistaria yang basah, … tatkala diri orang bernamakan barusan dengan santainya duduk berjemur di sebuah bangku yang berada di bawah sinar mentari pagi, fokus memerhatikan sang suami.Ya.Sepertinya dia tak akan pernah merasa bosan untuk melihat rajinnya sang suami, yang kebetulan hari ini sedang menjemur cucian seprai dan juga beberapa potong pakaian mereka berdua semalam, … di halaman belakang rumah.Usai dengan urusannya tersebut, suami Qilistaria, Derian, … yang kali ini pula tumben sekali merasa enggan juga malas pergi ke mana-mana, apalagi ke luar rumah, … hanya menginginkan untuk tetap bersama dengan istrinya sepanjang hari ini.Dia yang segera setelah menyelesaikan tugas rumah itu langsung duduk dan memeluk istrinya, Qilistaria, dari arah belakang, … menghirup aroma wangi sampo rambut yang menguar dari helaian-helaian benangnya, karena terapung di udara tersapu o
“….”“Sapaan mereka yang hangat. Interaksi mereka yang dekat. Aku masih mengingatnya.”Tidak tahu harus memberikan respons apa, Rifa hanya terdiam dan memilih untuk menyimak saja.“Hanya, hanya saja … sayangnya aku mulai melupakan sesuatu yang paling penting.”Mata biru yang diam-diam Rifa pandangi tengah menyorot ke arah api unggun itu tampak bergetar sesaat, selayaknya baru diguncang oleh rasa kegetiran yang seperti telah lama tidak disinggungkan.“Aku tidak ingat tentang seberapa merdu suara, serta seberapa cerianya raut wajah mereka.”Mendengar cerita ini, … sungguh membuat hati Rifa merasa sesak.“Huft …!"Jelas saja, karena dia juga jadi teringat dengan situasi serupa yang dialami oleh sang kakak dan oleh dirinya ini.TUP!“…?!”Dengan santainya menyenderkan kepala di bahu Yurish bersama mata terfokus memandang api unggun juga secara lelah, Rifa memeluk lututnya sendiri dan kemudian bertanya.“Apa kau tidak memiliki kerabat yang tersisa sebagai pelepas kerinduan terhadap keluarg
“Qilia~ … boleh ya?”“Tidak~! Tidak lagi. Untuk sekarang.”Berusaha menolak dengan hati yang berat terkait permintaan suaminya yang sedang malu-malu kucing meminta malam panas lainnya lagi di malam selepas kepulangan kedua remaja yang berkeluyuran kemarin ini, … Qilistaria memalingkan muka ke arah lain.“Yang tadi saja masih terasa lumayan pegal,” cicit Istri Derian tersebut seraya menolehkan wajahnya tuk bertatap muka dengan si suami pemeluk pinggangnya dari hadapan ini. “Lain kali saja ya?”Sedikit kecewa dengan itu, … mencoba bernegosiasi dengan penawaran lain dengan mengukir raut muka memelas di wajahnya, Derian kemudian meminta.“Bagaimana jika ciuman saja?”“Betul hanya ciuman saja?” tanya Qilistaria yang anehnya seperti meragu dengan permintaan suaminya itu.“Ya. Hanya ciuman.”Begitu katanya, meski ujung-ujungnya pula mulai merayap ke arah sentuhan-s
Garis-garis yang melengkung dalam membingkai dan membentuk sesuatu dengan indah, benar-benar tercipta dari jahitan yang cantik.Derian tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sang istri, Qilistaria, yang saat ini menikmati waktunya mengerjakan pesanan sesuai dengan keinginan pelanggan.Sepertinya, hobinya itu kini akan menjadi satu kegiatan menghibur diri sendiri dari kejenuhan.“….”Wajah berubah memerah, terkesima dengan senyuman tipis yang terpatri dari bibir sang istri yang sudah terbiasa untuk tidak merasa keberatan sama sekali diperhatikan sewaktu bekerja begitu, … Derian sungguh terpaku.Dia membisu seketika, meski debaran keras pada hatinya tengah bertalu-talu.Ah, benar-benar.Berbagai cara remeh dan tak disadari oleh istri tercintanya, benar-benar telah mendorongnya untuk merasakan seperti apa sensasi jatuh cinta selama berkali-kali dalam waktu kurang dari sehari.Tidak boleh begini!Istrinya yang sangat ia sayangi saja sudah turun tangan begini untuk membantunya meringanka
Hiruk pikuk kota dekat pasar besar semakin ramai.Keadaan itu pula tambah disesakkan oleh orang-orang yang berlalu-lalang mencari kebutuhan keluarga, sebelum habis diborong sebagian pengunjung lain lagi di penghujung pekan.Hal ini pun, telah mempersulit pergerakan Derian yang hendak pergi menemui bapak pedagang bernama Roran, karena jalannya banyak yang menghalangi.Festival musim gugur tahunan sudah ada di depan mata.Maka tidak mengherankan, jika kota besar banyak menyibukkan para penghuni wilayah mereka untuk secara sukarela mempercantik setiap sudut tempat tinggal, … dari banyak riasan yang dijajakan oleh toko-toko dan kedai di pasar.“Maaf Pak Roran! Saya … hosh, … t-terlambat memberikan hasil pekerjaan Istri Saya tadi.”Menghampiri kedai milik bapak pedagang Roran dengan nafas yang tersengal-sengal akibat berjalan dengan tergesa-gesa, … bukannya mendapati reaksi dari sangkaannya berupa dimarahi, Derian justru malah mendapati satu ekspresi wajah pak tua itu yang tampak terharu.
-“Ingat ini baik-baik, Qilistaria.”-Bersikap baik dan menerima dengan santai tangan sang ayah yang dengan kuat-kuat mencengkeram lengan bagian atasnya, … Putri sulung Duke Yoargi yang serba tertutup penampilannya, termasuk di antaranya disuruhkan untuk mengenakan penghalau setengah muka beralaskan trendi ternama, … Qilistaria kecil, mengulaskan senyuman yang terukir tulus di wajah.-“Jangan banyak tingkah dan berakhir menyusahkanku, oke?”-Selagi dia benar-benar diajak ke acara keluarga berupa berkeliling-keliling perkotaan di wilayah Dukedom selama perayaan festival musim gugur berlangsung, … dengan senang hati, Qilistaria akan menjaga baik-baik peringatan ayahnya ini. -“Ayo kita pergi.”-Meski ia diharuskan untuk berjalan secara mandiri sambil memegang genggaman jemari tangan sendiri, di belakang kedua orang tuanya yang dengan bahagia menuntun masing-masing tangan mungil adiknya, Mirabella La Yoargi, … dengan kehangatan kasih sayang mereka yang sama sekali tak pernah gadis kecil i
“Qilia?”“Hm?”Ini sudah lebih dari lima hari semenjak Qilistaria membuka kotak hadiah dari mitra kerja mereka.Dan ini sudah lebih dari lima hari pula, Istrinya Derian itu menempel padanya jauh lebih dekat dibandingkan dengan hari-hari sebelum sekarang.“Apa sesuatu yang telah kamu dapat dari Pak Roran waktu itu benar-benar bagus? Sampai-sampai menjadikan suasana hatimu di akhir-akhir ini terasa nyaman sekali?”Contoh langsungnya, lihatlah saat ini.“Ya.”Setelah menyelesaikan pekerjaan merajut, menyulam, juga menjahit kain milik pelanggan lebih cepat dari kebiasaan, … Qilistaria mulai sering berleha-leha menyandarkan pipinya di punggung lebar Derian, dengan kedua lengan tanpa sarung tangannya itu melingkar erat di kokohnya otot perut milik sang suami.“Itu sesuatu yang bagus, sampai-sampai membuatku menjadi teringat kenangan manis dahulu.”“Benarkah?”Kenangan manis apa itu? Derian menjadi penasaran.Haruskah dia melihat apa isi dari hadiah pemberian Pak Roran untuk Qilistaria itu s
TEP! “Selesai.” “Huh?” Tak terasa, satu tarian dansa pun rampung diselesaikan. “Uh, … u-uh.” Apa yang sebenarnya Rifa rasakan saat ini? Dia tahu bahwa tariannya bersama Yurish selesai, … akan tetapi, entah mengapa, ia tak mau melepaskan tangannya dari saling bertaut. “Tariannya sudah selesai, Milady. Anda boleh melepaskannya sekarang,” tukas Yurish memberitahu, seraya mencoba untuk melepaskan sendiri tangannya dari genggaman Rifa. “Anda sudah dimaafkan. Ah, sejujurnya ….” SHA~! Manik mata biru Yurish menyorot sendu, di dramatisasi oleh damainya cahaya rembulan. “… Sedari awal pun, Anda tidak memiliki kesalahan.” “….” “Justru, Saya sendirilah yang sepatutnya meminta ampun. Entah dari kakak Anda, ataupun Anda sendiri.”
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di