-“Ingat ya, anak-anak. Festival akan sangat ramai dengan orang-orang yang memeriahkannya.”-Hari itu, adalah salah satu hari yang sudah termasuk hari pertengahan bulan musim gugur.-“Derian.”--“Um?”--“Kamu bisa menjaga adikmu dengan baik, kan?”-Tersebutlah Derian remaja yang baru menginjak usia 11 tahun sekarang ini, … meminta izin kepada ibunya untuk mengantar adik perempuannya, Rifa, yang masih berusia 5 tahun, … tuk melihat-lihat ramainya pengunjung pasar hiburan di hari festival.-“Iya, tentu saja, Ibu.”--“Syukurlah. Dengan begitu, Ibu tak akan terlalu khawatir."-Tersenyum semringah dan tak tahan untuk segera mengusap lembut juga mengacak pelan pucuk rambut putra sulungnya itu, Ibunya Derian, melanjutkan ucapan.-“Ibu mengandalkanmu.”-Sebuah ucapan yang nantinya sukses membuat Derian yang tengah kelimpungan mencari hilangnya sang adik sekarang, … merasa begitu bersalah.-“Rifa~! Apa kamu mendengarku?!”-Dia tidak berhak untuk pulang, jika kepulangannya yang akan disambut ole
“Ke-kenapa melihatku terus?”“….”“Ian, apakah aku terlihat aneh?”“….”Ahhh! Tidaaak! Ini sangat memalukan!Qilistaria mengutuk tindakan bodohnya sekarang, yang sepertinya sangat terlihat kekanak-kanakan.“B-benar. Se-seharusnya … aku tidak mengenakan in—!”—TEP!Segera menahan pergelangan tangan istrinya yang hendak mencopot kembali apa yang tengah dikenakan di wajahnya sekarang, Derian yang masih saja diam saking terpakunya ia dengan pemandangan yang membuatnya mendadak mengingat satu momen berkesan barusan, … melabuhkan pandangannya lamat-lamat. “Tidak perlu dicopot,” ujarnya, dengan suara yang berat. “Percayalah, kamu tambah terlihat memesona dengan itu.”Benarkah? Jika benar begitu, maka Qilistaria merasa senang dan meralat kembali kata-kata kasarnya dalam mengatai tindakan konyolnya tadi.Segera mengarahkan lengan penahan pergelangan Qilistaria untuk bergerak dan menetap dalam menggenggam jari bersarung tangan panjang hitam tersebut, … Derian menggandeng istrinya itu untuk l
“Uwaaah! Cantik.”Menatap kagum langit malam di atas sana yang dipenuhi oleh rambat bunga api Mana indah di tahun kali ini pula, Rifa yang tengah menikmati perayaan festival bersama dengan Yurish itu tidak menyadari … bahwa pemuda si penemannya tersebut, tengah asyik berpikiran sesuatu selagi memperhatikan wajah bahagianya ini.“Hanya melihat kembang api saja sudah bisa membuatmu sebahagia itu, … Riry?”Yurish bertanya di antara helai rambut hitam yang terseok angin dan terombang-ambing di depan menyalanya iris mata biru.“Ya.”Gadis yang dulu-dulu Yurish hafal betul kalau orang ini adalah orang yang pemarah sekali, dan kini setelah tinggal dan belajar terkait bagaimana bisa gadis itu bertindak marah-marah, … segera menjawab dengan jawaban yang lebih lengkap.“Aku sangat bahagia sekali, karena festival tahun ini tidak dilalui berdua oleh Kakak dan aku saja.”BOOM!Ah.“Karena di tahun ini ….”Lihatlah tawa bahagia gadis kopian kakak kandungnya itu yang sangat langka, tertuju kepada Yu
-“Jangan sentuh Mirabella dengan tanganmu! Kau, dasar orang yang terkutuk!”-Kau tahu, itu sangat sukar untuk didengar di telinga Qilistaria kecil yang terdohok atas perkataan kasar ayahnya, terkait melarangnya supaya jangan mendekati sang adik sama sekali.Jangankan untuk menyentuhnya, baru mau menjangkaunya saja, ia sudah dilarang begitu keras.-“Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kutukanmu itu semakin menyebar luas, huh?!”-Jika Qilistaria mengetahui apa penyebab dari kutukan di tangan sebatas pergelangannya kian menyebar sampai siku, dia pun pasti tidak akan merasa sangat kebingungan.-“Pergi ke kamarmu dan diam saja di sana!”--“Kau membuatku malu karena sudah melahirkan tumpukkan kutukan tak berguna sepertimu, Qilistaria.”-Dibayang-bayangi oleh kekecewaan ayah dan ibunya terkait kutukan pada tubuhnya, yang ia saja tidak menginginkannya sama sekali jika memang dirinya ditawari pilihan semacam itu, … gadis muda berusia 13 tahun tersebut pun, pergi menyibukkan kekosongan hat
CHUU~!Kecupan-kecupan singkat dilabuhkan.Derian yang menengadahkan wajahnya dan menangkup kedua pipi Qilistaria yang menundukkan kepala kepadanya itu, perlahan-lahan mulai menaikkan durasi kecupan.Secara lambat tetapi khidmat, pria itu mulai mengalirkan banyak tenaga di tangannya untuk mendorong serta membaringkan dengan pelan tubuh sang istri, … supaya wanita yang mulai berpartisipasi dalam memperdalam ciuman mereka itu melalui cara mengalungkan tangan di leher, mendarat di atas empuknya permukaan ranjang dengan aman dan nyaman. “Uhn~”Ah, betapa rindunya hati milik mereka berdua, akan sentuhan mesra yang sangat candu dan dapat memabukkan ini.Seingat mereka, kapan terakhir kali keduanya menjalankan malam yang berlangsung dengan panas itu? Setelah malam pertama?Well, itu terbilang cukup lama untuk sepasang kekasih yang tengah kasmaran, bukan?“….”Melepas pagutan sejenak, kedua sejoli yang mengambil nafas dan mengaturnya supaya tidak tergesa-gesa atau pula terburu-buru itu, … ki
“… Huh?”Tunggu sebentar.“Itu benar, Rifa.”Pagi-pagi hari sekali sewaktu hendak menyantap sarapan yang telah siap sedia di meja makan, mendapatkan satu pemberitahuan yang disampaikan oleh kakak laki-laki serta kakak iparnya secara mengagetkan, anak gadis yang mendadak kaku pergerakannya, … menatapkan mata berkaca-kaca kepada orang tertentu di hadapan.“Kutukanku telah hilang.”TES!“…!”Bulir-bulir air mata tanpa disadari telah tercipta.Tercipta untuk muncul secara beruntun menuruni pipi Rifa yang bersemu merah, dengan alis yang mengerut haru. “Sungguh?”Dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan, apakah yang didengarnya benar-benar betulan atau bukan?Kemudian, tanpa menanti waktu yang lama ….“Ya!"… Gadis berambut merah itu menerima rentangan tangan kakak ipar, Qilistaria, yang mengenakan pakaian tanpa lengan dengan tidak mengenakan sarung tangan seperti biasa … seolah-olah memang ingin menunjukkan bahwa kutukannya sungguhan telah pupus.“Lihatlah. Aku—!”—BRUKK!Belum sem
TRAK!“Hei, apa kau mempercayai apa yang anak ingusan itu omongkan, terkait adanya wanita yang sangat cantik di hutan?”TRAKK!“Kudengar, lokasi tempat tinggalnya ada di dalam hutan sekitar sini ya?”TRAKKK!“Ceh, ucapan anak ingusan sepertinya untuk apa dipercaya? Paling-paling, itu hanya omong kosong untuk menarik perhatian banyak orang saja.”Tiga pria yang sedang menebang kayu untuk dijadikan olahan kerajinan, tengah berbincang.Mereka membicarakan tentang perempuan dalam rumor yang akhir-akhir ini meledak di pedesaan, yang katanya memiliki pesona luar biasa dengan paras cantiknya, tubuh moleknya, juga kebeningan kulit akan putih bersih sampai-sampai garis-garis hijau dari uratnya, … terlihat dengan samar.“Tapi kan, ada yang bilang kalau anak kecil itu tidak pernah bohong.”“Kata siapa tidak pernah bohong? Mereka pernah bohong saat ingin menyembunyikan sesuatu karena takut dimarahi oleh orang tuanya.”“Bukan yang itu. Maksudku, mereka tidak akan bohong terkait menilai penampilan
D-DANG!“….”“Apa yang—?”PROK-PROKK!“…!”Terkejut, melongo, kebingungan, serta terheran-heran atas aksi seorang pria paruh baya berkumis melinting di halaman depan rumah, … gadis berambut dan bermata merah, Rifa Ririan, yang menyembunyikan kakak iparnya, Qilistaria Aesundarishta di belakang punggung, … mengedutkan alisnya kesal.“My love—!”—PLAKK!Dengan sewot, gadis bar-bar ini menggeplak tangan pria tersebut, yang ternyata memiliki status sebagai tengkulak di daerah pusat pedesaan sana, tatkala berusaha menggapai sedikitnya ujung helai rambut Qilistaria.“Kakak ipar Saya ini sudah menikah dengan Kakak laki-laki Saya.”Maksud dari Rifa membeberkan informasi sederhana barusan ialah, … untuk memundurkan niatan pria songong tersebut dalam mengajak kakak iparnya tersebut tuk pergi dari keluarga Aesundarishta, dan masuk ke keluarga pria itu sebagai selirnya yang ke sekian, … dengan iming-iming persembahan emas juga permata.“Anda jangan seenaknya bersikap lancang begini dong~!"GYUT!M
TEP! “Selesai.” “Huh?” Tak terasa, satu tarian dansa pun rampung diselesaikan. “Uh, … u-uh.” Apa yang sebenarnya Rifa rasakan saat ini? Dia tahu bahwa tariannya bersama Yurish selesai, … akan tetapi, entah mengapa, ia tak mau melepaskan tangannya dari saling bertaut. “Tariannya sudah selesai, Milady. Anda boleh melepaskannya sekarang,” tukas Yurish memberitahu, seraya mencoba untuk melepaskan sendiri tangannya dari genggaman Rifa. “Anda sudah dimaafkan. Ah, sejujurnya ….” SHA~! Manik mata biru Yurish menyorot sendu, di dramatisasi oleh damainya cahaya rembulan. “… Sedari awal pun, Anda tidak memiliki kesalahan.” “….” “Justru, Saya sendirilah yang sepatutnya meminta ampun. Entah dari kakak Anda, ataupun Anda sendiri.”
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di