“Maaf!” kata itu meluncur begitu mudah dari mulut pria kejam itu saat mendapat tatapan tajam Alea. Dia berjongkok dan memunguti barang-barang yang tercecer di lantai itu.
Alea tidak suka bersikap membiarkan sang tuan rumah itu terlihat seperti pembantu yang membereskan barang-barangnya. Dia pun berjongkok tidak membiarkan Ardhan mengemasi barangnya. Mengambil barang-barangnya dengan kasar dan memasukannya di tas lagi. sudah begitu Ardhan masih juga ikut campur. Benar-benar membuat Alea tidak bisa terus mengunci mulutnya.
“Bisa gak sih, gak usah sok-sok an peduli! Aku bisa kalau hanya mengemasi barangku yang sudah kau jatuhkan!” Omel Alea pada Ardhan dengan menolak tangan pria itu.
Ardhan jadi merasa lega bisa mendengar lagi suara yang sudah dirindukannya itu. Dia tidak peduli Alea mengomel maupun bawel. Itu akan lebih baik daripada harus diam tak bersuara semalamam. Ardhan tidak bisa!
“Maaf, Sayangku!”
Ardh
Di luar sudah terdengar ramai saat Alea ikut membantu menyiapkan makanan di dapur. Kamila meminta Sri untuk memeriksa, begitu pembantu itu kembali dia mengatakan bahwa rombongan nyonyanya sudah datang.“Sudah, Alea. Itu Mama mertuamu sudah datang. Kau sambutlah dia!” titah Kamila menghentikan kesibukan Alea. Sejak tadi dia tampak sangat rajin namun lebih banyak diam. Mungkin bawaan baby, pikir Kamila.“Baik, Tante!” ucap Alea mengambil jilbab selendang dan memakainya di kepala lalu beranjak keluar.Hera dan Hamid memeluk Ardhan bergantian kemudian menyalami beberapa kerabat yang memang sengaja menunggunya di rumah untuk menyambut. Alea baru terlihat mendekat ketika mereka sudah duduk di rung keluarga yang besar.“Alea!?” panggil Hera sembari mengulurkan kedua tangannya. Dia selalu memikirkan menantunya itu di sana. Berharap cucu yang sedang dikandungnya baik-baik saja. “Kemari, Nak!” ucap Hera lagi.A
Melihat kedatangan sosok pria yang dirindukan, Alea yang sudah tampak lebih baik bangkit dari duduknya.“Ayah!” panggilnya begitu Nadhim masuk ruang perawatannya.Nadhim segera menghampiri sang putri lalu memeluknya. Alea merangkul ayahnya dengan erat. Dia terlihat menangis di dada sang ayah dan Nadhim merasakan hal itu.Di dalam kamar itu ada Ardhan dan Hera yang sejak tadi menunggui Alea. Hamid baru juga bergabung. Ketiganya menatap ayah dan putrinya itu dengan pikiran masing-masing.“Alea kangen sama Ayah!” ujar Alea lirih masih memeluk ayahnya itu.“Iya, Ayah juga kangen sama kamu. Kenapa sampai pingsan? Apa kamu tidak menjaga pola makannya? Kasihan dedek bayinya kalau kamu tidak jaga kesehatan!” tutur Nadhim mengelus kepala putrinya itu.Alea adalah putri yang dicintainya. Dulu saat harus memutuskan untuk menikahkan Alea dengan Ardhan, dia jadi tidak napsu makan dan sampai harus sakit beberapa hari. L
Delon melemparkan sebuah map di meja Naysila saat wanita itu melamun di meja kerjanya. Sedikit sebal dia melirik Delon yang sudah menggugahnya dari lamunan.“Bisa ‘kan ketuk pintu dulu!” tukasnya mengambil map itu dan memeriksanya.“Soft copy-nya sudah aku kirimkan ke emailmu. Kau tinggal menyeleksinya.”Delon mendaratkan bokongnya di kursi dan menghempaskan punggung di sandarannya sambil berpangku kaki.“Ardhan mampir ke apartemenku malam itu untuk sekedar membersihkan diri. Apa yang sudah kalian lakukan berdua?” tanya Delon sambil meyipitkan matanya.“Bukan urusanmu!” tukas Naysila ketus.“Hmm, jangan munafik! Kamu memang masih mencintai Ardhan, ‘kan?”Naysila tidak menjawab. Kemudian dia baru beralih pada Delon setelah menutup laptopnya.“Aku baru tahu kalau ada pria tapi suka bergosip sepertimu!” ledek Naysila pada Delon.“Kau p
BUGH!Sebuah pukulan mendarat keras di muka pria itu. Darah segar mengucur dari lubang hidungnya. Ardhan kembali menjambak rambutnya hingga wajah pria itu terdongak ke atas menatapnya.“Kau pikir dengan berurusan polisi semua akan berakhir, hah!?” tandas Ardhan setelah mendapat laporan bahwa pria ini bersedia dilaporkan ke polisi dan akan menyelesaikan kewajiban secara hukum baik dari pihak pengelola kafe dan juga laporan dari orangnya.“A-ku terdesak Pak!” ucapnya mulai menciut nyalinya.“Siapa yang menyuruhmu?” Ardhan memaksanya mengaku.“Ba-baiklah, tapi lepaskan aku dulu! Aku merekam orang itu di ponselku!” pria itu menatap ponselnya yang terpental di ujung ruangan.Ardhan menyipitkan matanya menilai tingkat keseriusan ucapannya, lalu memutuskan melepaskan pria itu. di ruang ada Pram yang juga mengawasinya. Dia bisa membekuknya kalau masih berani macam-macam.Namun begitu terlepas pr
Alea menyiangi rumput yang tumbuh di pot bunganya. Nampak kurang terawat walau ayahnya mengatakan meminta tetangga membersihkan dan merawat rumahnya. Dia kemudian mengambil teko penyiram tanaman dan mengisinya dengan air di keran depan. Bergegas menyiramkanya di atas bunga-bunga yang seharusnya sudah bermekaran dengan indah. Lalu kupu-kupu akan terbang menari-nari di atasnya. Alea suka sekali melihat kupu-kupu yang berwarna-warni. Dia jadi teringat lukisan Ardhan. Lukisan dirinya yang sedang menyentuh kupu-kupu di pucuk daun. Katanya, sudah mencintainya sejak masih SMP. Nyatanya, dia terlena dengan kehadiran wanita itu dan tergila-gila padanya. Katanya lagi, ingin memulai semua dari awal. Nyatanya lagi, Ardhan kembali terjerat cinta wanita itu. Bahkan sudah tidur bersamanya. Kalaupun Ardhan benar dijebak dan tidak sengaja tidur bersama mantan kekasihnya itu, Alea menjadi lelah jika akan membayangkan saat Ardhan menjadi dilema dan tidak tega andai saja Naysila hamil. Lagipula Ardhan s
“Alea bilang rindu ibunya. Dia ingin tinggal di rumah ibunya sambil berziarah. Karenanya sudah dua hari ini dia di sana,” ucap Wulan pada Ardhan yang baru datang itu.“Sendirian, Ma?” tanya Ardhan.Seminggu tidak bertemu dengan istrinya, Ardhan tentu merindukannya. “Tadinya kami yang antar, tapi dia tidak mau langsung balik. Katanya dia hanya ingin sebentar lagi ada di sana dan meminta kami pulang,” jelas Wulan.Dia tahu Ardhan mencemaskan Alea. Pasalnya Ardhan hampir setiap hari mengirim pesan padanya menanyakan kabar Alea. Wulan pernah bertanya kenapa tidak menghubunginya langsung, Ardhan hanya bilang tidak ingin menganggu Alea karena sebelumnya, setiap kali dia menghubungi, Alea belum mau diusik olehnya.“Jangan cemas! Lingkungan di sana padat penduduk. Tetangga kanan kiri sudah mengenal Alea sejak lahir. Lagipula hari ini Arya datang ke sana untuk mengajaknya balik. Baru semalam di tinggal kakaknya sudah gelisah saja dia!”“Arya ke sana sama Ayah?” Sambil bertanya, Ardhan menegu
“EH!”Seketika Alea berjingkat setelah menoleh dan melihat Ardhan lah yang ada di sana. Bukan Neni.“Kenapa Kau di sini?” tukas Alea menyilangkan kedua tangannya menutupi bagian tubuh depannya yang terbuka.“Jangan cemaskan aku, Sayang! Aku tidak capek kok walau tadi ada meeting seharian di kantor Papa. Jadi kalau aku ke sini, itu karena aku merindukan istri dan anakku!”Ardhan menjawab panjang lebar, mumpung Alea mau bicara padanya. Dia rindu berdebat ringan dengan gadis bawelnya itu. Sungguh dia tidak mau Alea membungkam mulutnya lagi. hidupnya terasa sepi dan hampa kalau tidak mendengarnya berceloteh.Oh, mungkin ini karma. Dulu dia begitu membenci mamanya yang cerewet itu. Sekarang dia malah jatuh cinta pada gadis bawelnya ini.“Mpok Nenii…!” panggil Alea agar Neni datang dan membantunya membuat pria ini keluar dari kamarnya.“Neni di jemput suaminya tadi.”
Alea menolak ketika Ardhan mencoba menciumnya lagi. Setelah mulai mengendurkan kemarahannya bukan berarti dia sudah melupakan bahwa mereka sedang bertengkar. Ardhan sepertinya harus banyak bersabar dulu karena melunakan hati sang istri tidak semudah membalikan telapak tangannya.“Kak Alea...!”Seperti suara Arya?Alea bangkit dan menoleh ke arah pintu. Apa Arya datang sepagi ini?“Itu memang Arya!” Ardhan merangkul pundak Alea dan menuntunnya ke depan.“Happy birth day to you....!”Lagu ucapan ulang tahun itu terlantunkan ketika Alea membuka pintu lebar dan melihat di depan sana sudah berjejer banyak orang menyambutnya. Dua anak kecil, Arya dan Laila yang membawakan kue ulang tahun berdiri di barisan paling depan. Di belakang mereka sudah berdiri sambil bertepuk tangan, kedua mertua tercintanya, Ayah dan Mama Wulannya, juga Kamila dan Razik. Alea benar-benar terkejut dan terharu atas kejutan sederhana ini. “Ya ampun...” Alea tidak bisa berkata-kata dan hanya tersenyum sambil menangis