Melihat kedatangan sosok pria yang dirindukan, Alea yang sudah tampak lebih baik bangkit dari duduknya.
“Ayah!” panggilnya begitu Nadhim masuk ruang perawatannya.
Nadhim segera menghampiri sang putri lalu memeluknya. Alea merangkul ayahnya dengan erat. Dia terlihat menangis di dada sang ayah dan Nadhim merasakan hal itu.
Di dalam kamar itu ada Ardhan dan Hera yang sejak tadi menunggui Alea. Hamid baru juga bergabung. Ketiganya menatap ayah dan putrinya itu dengan pikiran masing-masing.
“Alea kangen sama Ayah!” ujar Alea lirih masih memeluk ayahnya itu.
“Iya, Ayah juga kangen sama kamu. Kenapa sampai pingsan? Apa kamu tidak menjaga pola makannya? Kasihan dedek bayinya kalau kamu tidak jaga kesehatan!” tutur Nadhim mengelus kepala putrinya itu.
Alea adalah putri yang dicintainya. Dulu saat harus memutuskan untuk menikahkan Alea dengan Ardhan, dia jadi tidak napsu makan dan sampai harus sakit beberapa hari. L
Delon melemparkan sebuah map di meja Naysila saat wanita itu melamun di meja kerjanya. Sedikit sebal dia melirik Delon yang sudah menggugahnya dari lamunan.“Bisa ‘kan ketuk pintu dulu!” tukasnya mengambil map itu dan memeriksanya.“Soft copy-nya sudah aku kirimkan ke emailmu. Kau tinggal menyeleksinya.”Delon mendaratkan bokongnya di kursi dan menghempaskan punggung di sandarannya sambil berpangku kaki.“Ardhan mampir ke apartemenku malam itu untuk sekedar membersihkan diri. Apa yang sudah kalian lakukan berdua?” tanya Delon sambil meyipitkan matanya.“Bukan urusanmu!” tukas Naysila ketus.“Hmm, jangan munafik! Kamu memang masih mencintai Ardhan, ‘kan?”Naysila tidak menjawab. Kemudian dia baru beralih pada Delon setelah menutup laptopnya.“Aku baru tahu kalau ada pria tapi suka bergosip sepertimu!” ledek Naysila pada Delon.“Kau p
BUGH!Sebuah pukulan mendarat keras di muka pria itu. Darah segar mengucur dari lubang hidungnya. Ardhan kembali menjambak rambutnya hingga wajah pria itu terdongak ke atas menatapnya.“Kau pikir dengan berurusan polisi semua akan berakhir, hah!?” tandas Ardhan setelah mendapat laporan bahwa pria ini bersedia dilaporkan ke polisi dan akan menyelesaikan kewajiban secara hukum baik dari pihak pengelola kafe dan juga laporan dari orangnya.“A-ku terdesak Pak!” ucapnya mulai menciut nyalinya.“Siapa yang menyuruhmu?” Ardhan memaksanya mengaku.“Ba-baiklah, tapi lepaskan aku dulu! Aku merekam orang itu di ponselku!” pria itu menatap ponselnya yang terpental di ujung ruangan.Ardhan menyipitkan matanya menilai tingkat keseriusan ucapannya, lalu memutuskan melepaskan pria itu. di ruang ada Pram yang juga mengawasinya. Dia bisa membekuknya kalau masih berani macam-macam.Namun begitu terlepas pr
Alea menyiangi rumput yang tumbuh di pot bunganya. Nampak kurang terawat walau ayahnya mengatakan meminta tetangga membersihkan dan merawat rumahnya. Dia kemudian mengambil teko penyiram tanaman dan mengisinya dengan air di keran depan. Bergegas menyiramkanya di atas bunga-bunga yang seharusnya sudah bermekaran dengan indah. Lalu kupu-kupu akan terbang menari-nari di atasnya. Alea suka sekali melihat kupu-kupu yang berwarna-warni. Dia jadi teringat lukisan Ardhan. Lukisan dirinya yang sedang menyentuh kupu-kupu di pucuk daun. Katanya, sudah mencintainya sejak masih SMP. Nyatanya, dia terlena dengan kehadiran wanita itu dan tergila-gila padanya. Katanya lagi, ingin memulai semua dari awal. Nyatanya lagi, Ardhan kembali terjerat cinta wanita itu. Bahkan sudah tidur bersamanya. Kalaupun Ardhan benar dijebak dan tidak sengaja tidur bersama mantan kekasihnya itu, Alea menjadi lelah jika akan membayangkan saat Ardhan menjadi dilema dan tidak tega andai saja Naysila hamil. Lagipula Ardhan s
“Alea bilang rindu ibunya. Dia ingin tinggal di rumah ibunya sambil berziarah. Karenanya sudah dua hari ini dia di sana,” ucap Wulan pada Ardhan yang baru datang itu.“Sendirian, Ma?” tanya Ardhan.Seminggu tidak bertemu dengan istrinya, Ardhan tentu merindukannya. “Tadinya kami yang antar, tapi dia tidak mau langsung balik. Katanya dia hanya ingin sebentar lagi ada di sana dan meminta kami pulang,” jelas Wulan.Dia tahu Ardhan mencemaskan Alea. Pasalnya Ardhan hampir setiap hari mengirim pesan padanya menanyakan kabar Alea. Wulan pernah bertanya kenapa tidak menghubunginya langsung, Ardhan hanya bilang tidak ingin menganggu Alea karena sebelumnya, setiap kali dia menghubungi, Alea belum mau diusik olehnya.“Jangan cemas! Lingkungan di sana padat penduduk. Tetangga kanan kiri sudah mengenal Alea sejak lahir. Lagipula hari ini Arya datang ke sana untuk mengajaknya balik. Baru semalam di tinggal kakaknya sudah gelisah saja dia!”“Arya ke sana sama Ayah?” Sambil bertanya, Ardhan menegu
“EH!”Seketika Alea berjingkat setelah menoleh dan melihat Ardhan lah yang ada di sana. Bukan Neni.“Kenapa Kau di sini?” tukas Alea menyilangkan kedua tangannya menutupi bagian tubuh depannya yang terbuka.“Jangan cemaskan aku, Sayang! Aku tidak capek kok walau tadi ada meeting seharian di kantor Papa. Jadi kalau aku ke sini, itu karena aku merindukan istri dan anakku!”Ardhan menjawab panjang lebar, mumpung Alea mau bicara padanya. Dia rindu berdebat ringan dengan gadis bawelnya itu. Sungguh dia tidak mau Alea membungkam mulutnya lagi. hidupnya terasa sepi dan hampa kalau tidak mendengarnya berceloteh.Oh, mungkin ini karma. Dulu dia begitu membenci mamanya yang cerewet itu. Sekarang dia malah jatuh cinta pada gadis bawelnya ini.“Mpok Nenii…!” panggil Alea agar Neni datang dan membantunya membuat pria ini keluar dari kamarnya.“Neni di jemput suaminya tadi.”
Alea menolak ketika Ardhan mencoba menciumnya lagi. Setelah mulai mengendurkan kemarahannya bukan berarti dia sudah melupakan bahwa mereka sedang bertengkar. Ardhan sepertinya harus banyak bersabar dulu karena melunakan hati sang istri tidak semudah membalikan telapak tangannya.“Kak Alea...!”Seperti suara Arya?Alea bangkit dan menoleh ke arah pintu. Apa Arya datang sepagi ini?“Itu memang Arya!” Ardhan merangkul pundak Alea dan menuntunnya ke depan.“Happy birth day to you....!”Lagu ucapan ulang tahun itu terlantunkan ketika Alea membuka pintu lebar dan melihat di depan sana sudah berjejer banyak orang menyambutnya. Dua anak kecil, Arya dan Laila yang membawakan kue ulang tahun berdiri di barisan paling depan. Di belakang mereka sudah berdiri sambil bertepuk tangan, kedua mertua tercintanya, Ayah dan Mama Wulannya, juga Kamila dan Razik. Alea benar-benar terkejut dan terharu atas kejutan sederhana ini. “Ya ampun...” Alea tidak bisa berkata-kata dan hanya tersenyum sambil menangis
Alea menatap Ardhan, berusaha menahan dan menguasai dirinya. Seminggu ini dia banyak merenung dan sudah mengikhlaskan beberapa hal yang membuatnya terluka. Tapi bukan berarti dia akan begitu saja kembali bersikap sama seperti dulu. Alea ingin memberi sedikit hukuman pada pria yang terus menyakiti hatinya itu.“Untuk apa aku harus tinggal di rumah Valen hanya demi bisa leluasa bertemu dengan Devano? Aku bisa leluasa bertemu dengannya di manapun kalau aku mau!” ucap Alea tenang. Dia tidak ingin menjadi serapuh sebelumnya yang akan segera meminta maaf lalu menuruti semua perintah jika merasa sudah membuat suaminya itu tidak suka dengan sikapnya.“Sayang, jangan memulai pertengkaran kita ya?” Ardhan mulai cemas kalau mereka bertengkar kembali.“Tidak, Kok! Kan Kakak yang mulai duluan, aku baik-baik saja!” Alea berjalan mencari jilbab selendangnya karena mereka akan pergi ke makam ibunya. Sikapnya terkesan abai pada Ardhan.Benar-benar ingin membalas dendam! Ah, bukan balas dendam. Dia ha
Baru juga datang ketika seseorang memberitahunya bahwa Ardhan sedang menunggunya di ruang kerja, membuat suasana hati Naysila menjadi begitu baik. Dia merapikan penampilannya dulu, menambal lipstik di bibirnya, dan menggerai rambutnya. Berlenggak lenggok di depan kaca memastikan penampilannya sudah sempurnya, Naysila menegakan tubuhnya dan berjalan anggun ke ruangan Ardhan. “Sepagi ini kau sudah merindukanku?” sapa Naysila setelah menutup pintu ruangan Ardhan. Melihat pria itu berdiri tegap dengan penuh kekuasaan membuat Naysila semakin terkesima dengannya. Sejak kapan dia merasa Ardhan sesempurna itu? Sejak dulu dia memang sudah tahu kalau mantan kekasihnya itu ganteng dan gagah. Namun saat ini Naysila menyesal baru menyadari bahwa Ardhan lebih dari itu. Dia benar-benar mendekati sempurna. Mungkin kalimat itu benar adanya, seseorang kalau sudah menjadi mantan akan terlihat lebih mengesankan. “Yah, aku merindukanmu!” ucap Ardhan memberi tanda agar wanita itu mendekatinya. “Yah, a