Share

Istri Bayaran Semesta
Istri Bayaran Semesta
Penulis: Rav

Bab 1

Penulis: Rav
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 20:19:57

Suasana di taman rumah sakit begitu tenang dan sepi. Di situlah saat ini Humaira berada, meluapkan segala keluh kesahnya meski tidak akan ada yang mendengarnya. 

"Ya Allah, harus kemana lagi aku harus meminta pertolongan, aku gak mau kehilangan ibu. Darimana aku bisa mendapatkan biaya operasi sebesar itu." Humaira menangis dalam diam disana. Punggungnya bergetar, matanya sudah sembab dengan air mata yang terus mengalir. Dia sudah merasa putus asa sekarang. 

“Saya akan membiayai semua operasi ibu kamu, kalau kamu mau menikah dengan anak saya,” kata Dewi yang saat ini berdiri di hadapannya. 

Humaira segera mengusap air matanya, mendongak siapa gerangan yang berbicara kepadanya. Humaira berdiri kaget sekaligus tak percaya apa yang barusan ia dengar. Baru saja ia menumpahkan keluh kesahnya ada orang yang mau berbaik hati padanya.

“Maksud Anda, apa Nyonya?” tanya Humaira dengan terbata. 

“Saya mendengar semua keluhan kamu, saya bisa bantu kamu asalkan kamu mau menikah dengan anak saya, bagaimana?”

“Ta-tapi Nyonya, saya tidak me—”

Belum sempat ucapan Humaira selesai, ponselnya berbunyi nyaring. Ternyata dari suster yang berjaga merawat ibunya saat ini. Suster mengabarkan kalau operasinya harus segera dilakukan karena kalau terlalu lama mungkin nyawa ibu Humaira tidak akan bertahan lama. 

Humaira segera berpikir cepat. Dengan sangat terpaksa ia menyetujui tawaran Dewi. Yang penting baginya sekarang adalah nyawa ibunya harus tertolong. 

“Baiklah, kalau begitu kita temui dokter sekarang dan saya akan menanggung biayanya,” ucap Dewi. 

Keduanya menemui dokter dan segera mengurus administrasinya agar operasi segera dilaksanakan. Operasi dilaksanakan hari itu juga. Humaira yang menunggu di luar, menanti harap-harap cemas dengan keadaan sang ibu. 

Dewi segera mengirim pesan kepada anaknya agar mau menjemputnya di rumah sakit sekarang. Ia akan memperkenalkan dahulu Humaira yang akan menjadi istrinya nanti. 

“Terima kasih, Nyonya, sudah membantu saya. Ibu saya mungkin tak akan tertolong jika tidak dilakukan operasi secepatnya.”

“Itu juga karena kamu sendiri, saya yang harus berterima kasih kepadamu karena kamu bersedia menikah dengan anak saya.” Dewi tersenyum tipis. Melihat gadis di depannya yang terlihat sangat manis dan berbakti. 

“Kenapa Nyonya ingin sekali menjadikan saya istri anak Nyonya. Padahal saya juga tidak mengenal Nyonya dan anak Nyonya.” Humaira menatap Dewi dengan penuh kebingungan sejak tadi, ia baru bisa mengatakannya sekarang. 

Dewi tersenyum simpul dengan tatapan yang teduhnya, sebelum menjadikannya sebagai istri dari Semesta-anaknya, Dewi sudah lebih dulu mengetahui asal-usul Humaira. 

Dewi yang saat itu hampir terjatuh saat seseorang menyenggolnya, tapi untung saja Humaira saat itu dekat dengannya dan menolongnya. Belum sempat berkenalan dengan gadis itu karena Humaira yang saat itu tengah terburu-buru hingga Humaira tak menyadari wanita yang ditolongnya adalah Dewi yang saat ini berada di depannya. 

Dewi lantas menyuruh asistennya untuk mencari info tentang Humaira. Setelah membaca CV dari Humaira membuat Dewi yakin kalau Humaira adalah gadis yang tepat untuk anaknya agar bisa berubah. 

“Saya memilih kamu karena saya tahu kamu gadis yang solehah dan saya berharap nanti anak saya bisa berubah setelah menikah dengan kamu.”

“Ta-tapi, Nyonya—”

“Jangan panggil Nyonya, mulai sekarang panggil saya Mama, karena sebentar lagi kamu akan menjadi menantu saya.” Dewi lantas memeluk Humaira mengusap kepalanya yang tertutup jilbab tersebut. 

***

Semesta yang saat itu di chat oleh mamanya segera ke rumah sakit, takut jika terjadi apa-apa dengan Dewi. Semesta segera menaikkan kecepatan mobilnya agar sampai di rumah sakit. 

Tiba di rumah sakit, Semesta segera menelpon mamanya. Dewi bilang kalau di berada di ruang UGD saat ini. Kecemasan nampak di wajah Semesta. Lelaki blasteran itu segera mencari keberadaan sang mama. 

Derap langkah semesta melambat setelah melihat Dewi duduk di kursi tunggu ruang UGD. Semesta memanggilnya, “Ma….”

Dewi menoleh mendengar seseorang memanggilnya. “Ta, akhirnya kamu datang juga.”

“Mama tidak apa-apa kan, Mama tidak sakit kan?” Semesta membolak-balikan tubuh Dewi. 

“Mama, nggak apa-apa, Ta. Mama sehat-sehat saja kok.”

“Lalu kenapa suruh jemput kesini?”

“Ada hal yang ingin Mama katakan kepadamu, duduklah.”

Semesta mengikuti mamanya dan duduk di samping Dewi. Dilihatnya di samping mamanya ada wanita berhijab yang sedari tadi menunduk. Semesta tak ambil pusing dengan keberadaan wanita itu. 

“Mama ingin kamu menikah dengan Humaira, wanita pilihan Mama,’ ucap Dewi. 

Sontak saja mata Semesta langsung membulat sempurna. Tiada angin, tiada hujan tiba-tiba disuruh menikah dengan wanita yang tak dikenalnya. 

“Mama apa-apaan sih, aku sudah mempunyai kekasih, Ma. Dan dalam waktu dekat ini, aku berencana akan melamarnya,” sanggah Semesta cepat. 

“Dan, Mama tidak akan merestui jika kamu menikah dengan Alena.” Dewi mengambil tangan Humaira dan mengusapnya pelan. “Humaira yang akan menjadi istri kamu.”

“Tapi, Ma—”

“Kalau kamu menolak, silahkan angkat kaki dari rumah Mama tanpa membawa apapun,” ancam Dewi. 

Semesta menatap nyalang wanita yang ada disamping Dewi dengan penuh kebencian, kedua tangannya sudah terkepal sempurna ingin segera melampiaskannya. 

Humaira perlahan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Semesta, ia meneguk ludahnya kasar saat tatapan mereka bertemu. 

“Dia calon suamiku?” tanyanya dengan terbata. Humaira tahu betul siapa lelaki itu, seorang CEO muda yang terkenal, wajahnya selalu wara-wiri di layar televisi bersama kekasihnya seorang model. 

“Iya, Humaira. Dia putraku yang akan menjadi suamimu.”

“Aku nggak sudi Ma, punya istri kampungan begitu, apa kata rekan-rekan bisnisku nanti.” Semesta memandang Humaira dengan tatapan jijik, wanita kumal dengan pakaian kebesaran dan tak ada menarik-nariknya. 

Humaira mengepalkan tangannya mendengar lelaki itu menghinanya. Ingin rasanya menyumpal mulut Semesta. Baru bertemu saja sudah menyebalkan apalagi sampai menikah dengannya. 

Melihat Humaira seperti wanita lugu, Semesta mempunyai rencana lain. “Baiklah, saya akan menikahinya.”

Semesta menyetujui perjodohan itu karena ada rencana tersembunyi yang ia rencanakan. Humaira kecewa lantaran Semesta juga mau menerimanya. 

“Baiklah, kalau kalian setuju, setelah ibu Humaira membaik, kalian akan melangsungkan pernikahan. Mama yang akan mengatur semuanya,” kata Dewi dengan sangat antusias dan senang. “Kalau begitu kita pamit dulu ya, semoga ibu kamu segera sembuh.”

Humaira hanya mengangguk saja. Kemudian Dewi beranjak meninggalkan wanita berhijab itu. Semesta masih diam di tempat memandang Humaira sinis. 

“Jangan kamu kira aku menyetujui perjodohan ini, aku hanya ingin menciptakan neraka untukmu karena kamu sudah masuk dalam hidupku, camkan itu Nona Humaira,” ancam Semesta kemudian berlalu menyusul mamanya. 

Bab terkait

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 2

    Hari terus berlalu kini sudah seminggu dan ibu Humaira dinyatakan sudah membaik. Humaira mengatakan kepada ibunya kalau akan ada yang melamarnya nanti. "Kamu beneran mau menikah, Nak?" tanya Salamah-ibu Humaira. "Iya, Bu. Restui kami ya.""Tentu saja, Ibu akan selalu merestui jika itu yang membuat anaknya bahagia."Binar bahagia terpancar dari ibu Humaira karena ada juga yang mau menikahi putrinya terlebih dari keluarga kaya yang Humaira katakan tadi. Humaira tidak mengatakan apapun tentang biaya operasi ibunya, Humaira hanya mengatakan kalau uang itu ia pinjam dari calon suaminya. Waktu kian cepat berlalu, ya … hari ini adalah hari dimana Dewi akan melamar Humaira untuk Semesta. Tepat pukul tujuh malam, Dewi datang bersama Semesta dan beberapa orang dari keluarganya. Tiba di rumah Humaira, Semesta mencibir keadaan rumah Humaira yang baginya lebih mirip dengan kandang ayam. Rumah yang tampak sempit dan kumuh menurut Semesta, berbeda jauh dengan rumahnya yang besar dan luas bak ist

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 3

    Humaira yang baru selesai mandi hanya dengan memakai handuknya saja segera keluar dari kamar mandi bersamaan dengan itu Semesta yang juga membuka pintu kamarnya. Mata Semesta terbelalak melihat pemandangan di depan matanya. Beberapa detik, Semesta masih terpaku di depan pintu. Dia meneguk ludahnya kasar melihat Humaira. Ternyata di balik gamis yang selalu menutupi tubuhnya tersimpan tubuh indah, putih nan mulus di dalamnya. “Apa yang kamu lakukan, Mas?” teriak Humaira. Ia menyilangkan kedua tangannya berusaha melindungi tubuhnya agar tidak terlihat. Namun, begitu Semesta sudah melihat dengan jelas lekuk tubuh istrinya. Teriakan Humaira membuat Semesta tersadar dan segera berpaling. “Saya tunggu kamu di luar.” Semesta langsung berbalik dan menutup pintu kamar Humaira. Humaira mengusap wajahnya kasar, ia terus mondar-mandir di kamar, betapa malunya dia saat ini. Meski lelaki tampan itu adalah suaminya tapi Humaira belum ridho jika tubuhnya dilihat olehnya. **Di ruang tengah, Semes

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 4

    Setelah mengatakan itu dengan santainya ia perlahan pergi meninggalkan Humaira dan memperhatikan wajahnya. Wanita berhijab itu mengepalkan kedua tangannya, suaminya sendiri yang mengatakan hal itu. Tatapan Humaira masih saja menatap Semesta sampai ia benar-benar tak terlihat. Humaira masih diam mematung di sana. Tak terasa air mata yang ia bendung lolos juga. Di dalam kamarnya, lelaki tampan itu tertawa puas setelah membuat Humaira marah. Sebenarnya ia tidak melakukan hal-hal yang di luar batasannya. Dia pria yang sangat menjaga dirinya walaupun ia suka mabuk juga. “Aku yakin kamu tidak akan bisa bertahan, Humaira,” gumamnya. Lelaki tampan itu masih saja tertawa melihat raut wajah istrinya yang terlihat menahan amarah tadi. Wanita cantik berhijab itu mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Dengan segera ia beranjak dari tempat itu menuju kamarnya. Bik Sumi yang sedari tadi melihatnya merasa iba kepada Humaira, seorang wanita baik yang disia-siakan oleh suaminya. Bik Sumi tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 5

    Humaira yang merasakan keanehan dalam dirinya, tiba-tiba tubuhnya merasa panas dan merasa pusing. Begitu juga dengan Semesta, ia tahu apa yang terjadi dengannya. Tentu saja itu adalah pengaruh obat laknat itu, sebagai seorang ceo yang menjadi incaran dari musuhnya ia belajar banyak tentang itu. Bahkan sudah berulang kali ia merasakan seperti itu beruntungnya ia tak mau melepaskannya kepada sembarang wanita. Dewi hanya mengulas senyum kala obat itu sudah bereaksi. Ini adalah rencana Dewi untuk menyatukan mereka agar Dewi segera mempunyai cucu. “Ma, aku ke kamar dulu ya,” kata Humairah lalu beranjak pergi. Humaira berjalan menuju kamarnya di lantai bawah. “Kamar kamu dimana, kok arahnya kesana?” tegur Dewi. Humaira hanya bisa melihat ke arah Semesta, ia harus minta persetujuan Semesta dahulu. Namun, sayangnya Sementara malah melihat ke arah lain. Dewi yang tahu akan hal itu, menatap Semesta. “Antarkan dia ke kamar, kamu juga harus istirahat. Kasihan istrimu jalannya sudah sempoyonga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 6

    Semesta menekan pedal gas hingga mobil melaju kencang, memecah keramaian jalanan kota yang mulai padat. Detak jantungnya seolah berpacu dengan kecepatan roda yang berputar. Suara Alex masih terngiang di kepalanya “Alena ada di kantor, menunggumu.”Tiba di kantor, Semesta melangkahkan kaki lebarnya banyak tatapan dan sapaan dari karyawannya tidak di gubrisnya. Ia hanya ingin cepat ke ruangannya di lantai lima. Semesta segera menekan tombol lift yang memang khusus untuk para petinggi perusahaan. Lelaki tampan itu segera menuju ke ruangan setelah pintu lift terbuka. Pandangannya tertuju pada ruangan yang pintunya masih terbuka, terdengar suara orang berdebat di sana. “Nona, saya mohon Anda segera meninggalkan kantor ini karena sebentar lagi kami akan meeting terlebih Nyonya Dewi akan segera tiba.” Alex berusaha mengusir dengan lembut. Tak habis pikir dengan wanita itu padahal semua security sudah diperintahkan untuk tidak memberi akses untuknya masuk, tapi tetap saja wanita itu banyak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 7

    Humaira yang langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, sontak saja harus melihat pemandangan yang mungkin menyesakkan dada bagi para istri sungguhan. “Apa yang kalian lakukan?”Keduanya terkejut lantas menjauhkan diri. Semesta melihat siapa yang datang hanya bersikap acuh seolah tidak terjadi apa-apa. Humaira melangkahkan kaki masuk dan meletakkan kotak bekal makanan di atas meja tidak memperdulikan keduanya melakukan apa. Alena berdecak sebal karena aktivitasnya terganggu. Ia segera memeluk lengan Semesta dengan manjanya. “Sayang, kayaknya aku mau ke salon nih, rambut aku udah kucel tapi uang yang kamu beri kemarin sudah habis.” Jari tangannya bermain di dada bidang Semesta, ia sengaja agar istrinya marah. Semesta menghela nafas berat, matanya menatap tajam ke arah Humaira yang kini menggenggam kartu debit itu erat-erat. Alena menoleh, bingung dengan suasana yang tiba-tiba berubah. “Kembalikan Humaira,” ketus Semesta. “Enak saja, ini hak saya kenapa kamu memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 8

    Di dalam mobil suasana agak sedikit canggung, pasalnya Humaira tidak mengenal lelaki itu dan lelaki itu malah bersikap akrab dengannya. Mau tak mau Humaira harus berusaha bersikap baik. “Mas, Terima kasih sudah mengantarkan saya ke rumah sakit.”“Mas,” cicit lelaki itu. Dia malah tersenyum tipis melirik ke arah Humaira. “Jangan panggil saya Mas, kita ini saudara Mbak. Pasti Mbak tidak mengenal saya kan?”Humaira lantas menggeleng. “Saudara? Maksud Mas, apa? Saya masih bingung.”“Saya ini sepupu dari suami Mbak, saya baru sampai ke Indonesia kemarin dan maaf ya Mbak, kemarin tidak bisa menghadiri pernikahan Mbak Humaira.”Humaira mangut-mangut, mendengar penjelasan lelaki di sebelahnya. Pikiran Humaira saat ini adalah ingin segera sampai ke rumah sakit melihat kondisi ibunya. Tapi di sisi lain, Humaira tengah bingung pasalnya ia tidak bisa menghubungi suaminya karena ponselnya kehabisan saya. “Mas, boleh pinjam ponsel sebentar, saya mau menghubungi suami saya?” tanya Humaira sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Istri Bayaran Semesta   Bab 9

    Semesta tak menyangka akan mendapatkan cap tangan dari Humaira. Selama ini belum ada seorang pun yang berani menampar pipi mulusnya. Lelaki itu segera beranjak menuju ke sebuah bar mini yang ada di rumahnya. Di tempat itu Semesta bisa minum minuman beralkohol sesukanya. Tak heran jika Semesta banyak mengoleksi minuman beralkohol karena dia adalah peminum. Dia menuangkan minuman ke dalam gelas dengan sekali teguk ia bisa habiskan. Tak habis pikir dengan perasaan yang ia rasakan. Tapi melihat istrinya bersama lelaki lain rasanya seperti tidak rela meski ia sendiri tidak mencintai Humaira. [Bang, istrimu cantik juga. Bolehlah kita berbagi kan kamu tidak mencintainya]Satu pesan dari Dimas membuat Semesta semakin murka. Ia meremas ponselnya erat. Dadanya penuh gemuruh membaca pesan itu. “Sialan kamu, Dimas. Awas saja jika kamu berani menyentuhnya sedikitpun,” gumamnya. Tanpa terasa ia sudah menghabiskan minuman banyak di sana. Kepalanya sudah terasa berat ditambah lagi dengan pesan yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 12

    Mobil Semesta memasuki parkiran rumah sakit. Sedari tadi Humaira meremas tangannya, ia gugup karena memberikan pilihan kepada suaminya. Humaira hanya takut pria itu meminta yang aneh-aneh. Semesta melirik ke arah Humaira yang merasa cemas, ia tersenyum sinis. “Nggak usah tegang, rileks. Tenang saja aku nggak akan minta yang aneh-aneh.”“I-iya, Mas.” Meski ucapan suaminya lembut tapi Humaira tetap saja merasakan firasat yang tidak enak. Humaira segera melepas safety beltnya lalu keluar mengikuti Semesta. “Terima kasih, Mas. Sudah mau menjenguk ibu.”Semesta tak menjawab, ia hanya menoleh sebentar lalu berjalan mendahului Humaira. Tiba di depan mendadak Semesta bingung karena ia tidak mengetahui di kamar berapa mertuanya di rawat. “Kenapa, Mas?” tanya Humaira setelah dekat dengannya. Ia tahu alasan Semesta berhenti tapi ia pura-pura. “Kamu duluan.”Humaira mengulum senyum. ‘Dasar sok tahu,’ batinnya. Tentu saja ia hanya bisa bergumam dalam hati. Tak menunggu waktu lama, Humaira seger

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 11

    Semesta memijat pelipisnya yang terasa pusing, kebingungan melanda pikirannya. Haruskah ia menemui Alena atau pergi ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya yang dikabarkan pingsan? Waktu terus berjalan, kurang dari satu jam lagi ia harus menjemput Alena sesuai permintaannya. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan Humaira. Jika mamanya tahu, bisa-bisa dia dicoret dari daftar ahli waris.Dengan berat hati, Semesta memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Ia berpikir hanya akan sebentar saja, lalu segera mengajak Humaira pulang. Lelaki itu hanya ingin memastikan satu hal saja. Perasaannya sudah tidak menentu, ia hanya takut Humaira hamil. Mengingat ia tak memakai pengaman saat melakukannya. Setibanya di rumah sakit, Semesta langsung menuju ruang perawatan Humaira. Di depan ruangan, ia melihat rekan Humaira, seorang wanita sesama guru yang tadi memberi kabar.Wanita itu berdiri dan menyapanya. “Maaf, Pak. Humaira masih diperiksa dokter.”“Apa yang terjadi?” tanya Semesta dengan nada dingin.

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 10

    Semesta membeku diam di tempat karena tiba-tiba saja Humaira memeluknya. “Terima kasih ya, Mas. Akhirnya aku punya motor baru dan gak akan mogok lagi,” ucapnya dengan senang. Pria itu hanya berdehem saja tetap menjaga wibawanya di hadapan para karyawan showroom. Mereka hanya mengulas senyum saja, ternyata Semesta tetap bersikap dingin kepada istrinya. “Bisa lepaskan saya,” bisiknya. Humaira tersadar, karena terlalu senang. Humaira membeku dan perlahan-lahan ia melepaskan tangannya, wajahnya sudah memerah karena menahan malu. “Ma-maaf, Mas.”Semesta keluar meninggalkan showroom setelah transaksi selesai. Ia segera naik ke kursi penumpang di susul dengan Humaira yang ikutan naik. Semesta mengernyit saat melihat wanita berhijab itu duduk di sampingnya. “Kau mau apalagi?”“Ikut nebenglah. Memang mau apa Mas, punya istri kok disuruh berangkat sendiri. Gak kasihan apa sudah cantik begini disuruh naik angkot,” gumamnya sebal. Semesta hanya diam saja malas menanggapi ucapan Humaira. Rasa

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 9

    Semesta tak menyangka akan mendapatkan cap tangan dari Humaira. Selama ini belum ada seorang pun yang berani menampar pipi mulusnya. Lelaki itu segera beranjak menuju ke sebuah bar mini yang ada di rumahnya. Di tempat itu Semesta bisa minum minuman beralkohol sesukanya. Tak heran jika Semesta banyak mengoleksi minuman beralkohol karena dia adalah peminum. Dia menuangkan minuman ke dalam gelas dengan sekali teguk ia bisa habiskan. Tak habis pikir dengan perasaan yang ia rasakan. Tapi melihat istrinya bersama lelaki lain rasanya seperti tidak rela meski ia sendiri tidak mencintai Humaira. [Bang, istrimu cantik juga. Bolehlah kita berbagi kan kamu tidak mencintainya]Satu pesan dari Dimas membuat Semesta semakin murka. Ia meremas ponselnya erat. Dadanya penuh gemuruh membaca pesan itu. “Sialan kamu, Dimas. Awas saja jika kamu berani menyentuhnya sedikitpun,” gumamnya. Tanpa terasa ia sudah menghabiskan minuman banyak di sana. Kepalanya sudah terasa berat ditambah lagi dengan pesan yan

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 8

    Di dalam mobil suasana agak sedikit canggung, pasalnya Humaira tidak mengenal lelaki itu dan lelaki itu malah bersikap akrab dengannya. Mau tak mau Humaira harus berusaha bersikap baik. “Mas, Terima kasih sudah mengantarkan saya ke rumah sakit.”“Mas,” cicit lelaki itu. Dia malah tersenyum tipis melirik ke arah Humaira. “Jangan panggil saya Mas, kita ini saudara Mbak. Pasti Mbak tidak mengenal saya kan?”Humaira lantas menggeleng. “Saudara? Maksud Mas, apa? Saya masih bingung.”“Saya ini sepupu dari suami Mbak, saya baru sampai ke Indonesia kemarin dan maaf ya Mbak, kemarin tidak bisa menghadiri pernikahan Mbak Humaira.”Humaira mangut-mangut, mendengar penjelasan lelaki di sebelahnya. Pikiran Humaira saat ini adalah ingin segera sampai ke rumah sakit melihat kondisi ibunya. Tapi di sisi lain, Humaira tengah bingung pasalnya ia tidak bisa menghubungi suaminya karena ponselnya kehabisan saya. “Mas, boleh pinjam ponsel sebentar, saya mau menghubungi suami saya?” tanya Humaira sedikit

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 7

    Humaira yang langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, sontak saja harus melihat pemandangan yang mungkin menyesakkan dada bagi para istri sungguhan. “Apa yang kalian lakukan?”Keduanya terkejut lantas menjauhkan diri. Semesta melihat siapa yang datang hanya bersikap acuh seolah tidak terjadi apa-apa. Humaira melangkahkan kaki masuk dan meletakkan kotak bekal makanan di atas meja tidak memperdulikan keduanya melakukan apa. Alena berdecak sebal karena aktivitasnya terganggu. Ia segera memeluk lengan Semesta dengan manjanya. “Sayang, kayaknya aku mau ke salon nih, rambut aku udah kucel tapi uang yang kamu beri kemarin sudah habis.” Jari tangannya bermain di dada bidang Semesta, ia sengaja agar istrinya marah. Semesta menghela nafas berat, matanya menatap tajam ke arah Humaira yang kini menggenggam kartu debit itu erat-erat. Alena menoleh, bingung dengan suasana yang tiba-tiba berubah. “Kembalikan Humaira,” ketus Semesta. “Enak saja, ini hak saya kenapa kamu memberi

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 6

    Semesta menekan pedal gas hingga mobil melaju kencang, memecah keramaian jalanan kota yang mulai padat. Detak jantungnya seolah berpacu dengan kecepatan roda yang berputar. Suara Alex masih terngiang di kepalanya “Alena ada di kantor, menunggumu.”Tiba di kantor, Semesta melangkahkan kaki lebarnya banyak tatapan dan sapaan dari karyawannya tidak di gubrisnya. Ia hanya ingin cepat ke ruangannya di lantai lima. Semesta segera menekan tombol lift yang memang khusus untuk para petinggi perusahaan. Lelaki tampan itu segera menuju ke ruangan setelah pintu lift terbuka. Pandangannya tertuju pada ruangan yang pintunya masih terbuka, terdengar suara orang berdebat di sana. “Nona, saya mohon Anda segera meninggalkan kantor ini karena sebentar lagi kami akan meeting terlebih Nyonya Dewi akan segera tiba.” Alex berusaha mengusir dengan lembut. Tak habis pikir dengan wanita itu padahal semua security sudah diperintahkan untuk tidak memberi akses untuknya masuk, tapi tetap saja wanita itu banyak

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 5

    Humaira yang merasakan keanehan dalam dirinya, tiba-tiba tubuhnya merasa panas dan merasa pusing. Begitu juga dengan Semesta, ia tahu apa yang terjadi dengannya. Tentu saja itu adalah pengaruh obat laknat itu, sebagai seorang ceo yang menjadi incaran dari musuhnya ia belajar banyak tentang itu. Bahkan sudah berulang kali ia merasakan seperti itu beruntungnya ia tak mau melepaskannya kepada sembarang wanita. Dewi hanya mengulas senyum kala obat itu sudah bereaksi. Ini adalah rencana Dewi untuk menyatukan mereka agar Dewi segera mempunyai cucu. “Ma, aku ke kamar dulu ya,” kata Humairah lalu beranjak pergi. Humaira berjalan menuju kamarnya di lantai bawah. “Kamar kamu dimana, kok arahnya kesana?” tegur Dewi. Humaira hanya bisa melihat ke arah Semesta, ia harus minta persetujuan Semesta dahulu. Namun, sayangnya Sementara malah melihat ke arah lain. Dewi yang tahu akan hal itu, menatap Semesta. “Antarkan dia ke kamar, kamu juga harus istirahat. Kasihan istrimu jalannya sudah sempoyonga

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 4

    Setelah mengatakan itu dengan santainya ia perlahan pergi meninggalkan Humaira dan memperhatikan wajahnya. Wanita berhijab itu mengepalkan kedua tangannya, suaminya sendiri yang mengatakan hal itu. Tatapan Humaira masih saja menatap Semesta sampai ia benar-benar tak terlihat. Humaira masih diam mematung di sana. Tak terasa air mata yang ia bendung lolos juga. Di dalam kamarnya, lelaki tampan itu tertawa puas setelah membuat Humaira marah. Sebenarnya ia tidak melakukan hal-hal yang di luar batasannya. Dia pria yang sangat menjaga dirinya walaupun ia suka mabuk juga. “Aku yakin kamu tidak akan bisa bertahan, Humaira,” gumamnya. Lelaki tampan itu masih saja tertawa melihat raut wajah istrinya yang terlihat menahan amarah tadi. Wanita cantik berhijab itu mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Dengan segera ia beranjak dari tempat itu menuju kamarnya. Bik Sumi yang sedari tadi melihatnya merasa iba kepada Humaira, seorang wanita baik yang disia-siakan oleh suaminya. Bik Sumi tak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status