Share

Bab 4

Author: Rav
last update Last Updated: 2024-11-21 07:29:46

Setelah mengatakan itu dengan santainya ia perlahan pergi meninggalkan Humaira dan memperhatikan wajahnya. Wanita berhijab itu mengepalkan kedua tangannya, suaminya sendiri yang mengatakan hal itu. Tatapan Humaira masih saja menatap Semesta sampai ia benar-benar tak terlihat. Humaira masih diam mematung di sana. Tak terasa air mata yang ia bendung lolos juga. 

Di dalam kamarnya, lelaki tampan itu tertawa puas setelah membuat Humaira marah. Sebenarnya ia tidak melakukan hal-hal yang di luar batasannya. Dia pria yang sangat menjaga dirinya walaupun ia suka mabuk juga. 

“Aku yakin kamu tidak akan bisa bertahan, Humaira,” gumamnya. Lelaki tampan itu masih saja tertawa melihat raut wajah istrinya yang terlihat menahan amarah tadi. 

Wanita cantik berhijab itu mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Dengan segera ia beranjak dari tempat itu menuju kamarnya. 

Bik Sumi yang sedari tadi melihatnya merasa iba kepada Humaira, seorang wanita baik yang disia-siakan oleh suaminya. Bik Sumi tak tinggal diam, ia segera ke kamar menghubungi seseorang. 

“Halo, Nyonya, ada kabar buruk dengan Den Semesta dan istrinya.”

“Kabar apa, Bik?” tanya Dewi dari seberang telepon dengan panik. 

“Den Semesta bertengkar sama Humaira karena Den Semesta membawa kekasihnya ke rumah.”

“Apa….” Dewi merasa terkejut dengan ulah anaknya padahal sedari tadi sikapnya sangat manis seolah pasangan yang bahagia. 

Dewi memikirkan cara agar anaknya dan juga Humaira bisa bersatu seperti pasangan lainnya. Tak lama kemudian Dewi segera bertandang menuju ke rumah Semesta setelah menelpon seseorang. 

***

Humaira memandangi makanan yang masih utuh dan tidak tersentuh sedikitpun. Dia mendengus kesal, sayang juga kalau di buang lebih baik ia memakannya meski sudah tidak mood untuk makan. 

Karena tidak ingin makan sendirian akhirnya Humaira memanggil Bik Sumi untuk menemaninya makan. 

“Tapi, Non—”

“Nggak apa Bik, kan mubazir juga kalau nggak ada yang makan.” Humaira mulai menyendokkan nasi ke dalam piringnya dan juga piring Bik Sumi. 

“Jadi ini istri sholehah dari mama, makan tanpa menunggu suaminya?” Semesta menatap tajam ke arah Humaira membuat Bik Sumi takut. Semesta dengan tiba-tiba muncul di hadapan mereka. 

“Saya ijin ke belakang, Non.”

Humaira hanya mengangguk dan melihat ke arah suaminya. “Kamu mau makan, Mas?”

“Menurutmu ….”

“Aku kira sudah kenyang tadi habis ketemu sama pacar,” sindir Humaira membuat Semesta melotot tajam ke arahnya. 

“Kamu—”

“Ssttt, sudah Mas, nggak baik berdebat di depan makanan.” Humaira bersikap tenang dan tidak takut sedikitpun meski sedari tadi Semesta terus menatapnya dengan tajam. 

Meski kesal, Semesta menerima makanan yang sudah disiapkan untuknya. Sekali dia menyendokkan makanan, rasanya memang beda dari yang ia makan sebelumnya meski sama-sama masakan dari udang. Bahkan Semesta menyendok beberapa kali makanannya hingga tak sadar kalau di piringnya sudah habis. 

Humaira hanya tersenyum tipis melihat suaminya begitu menikmati masakannya. 

“Gimana Mas, enak ‘kan?” 

Semesta tampak malas untuk menjawabnya dan terus melahap makanan yang ada di piringnya, sesekali ia mengambil udang goreng tepung yang tersaji di meja. 

“Mas suka, itu semua aku yang memasaknya lho.”

Mendengar wanita itu yang memasak, Semesta langsung tersedak, meski masakannya enak tapi gengsi bagi Semesta untuk mengakuinya. Humaira dengan segera mengambil air dan menyerahkan kepada suaminya. 

“Pelan-pelan, Mas. Nggak ada yang minta.” 

Suara lembut Humaira membuat Semesta merasakan sesuatu. Apalagi istrinya kini membantu mengusap punggungnya membuat hal aneh dalam diri Semesta. Hal yang tak biasa ia rasakan saat dekat dengan kekasihnya. 

Semesta segera meneguk minumannya hingga habis. “Kamu sengaja membuat saya celaka?”

“Apaan sih, Mas. Celaka bagaimana coba, salah sendiri makan tidak pelan-pelan, rakus begitu.”

“Kamu bilang aku rakus, aku—”

Humaira langsung menyahut, “apa kalau bukan rakus, tuh satu piring udang bahkan kamu habiskan.” Tunjuk Humaira dengan dagunya. 

Brak.. 

Semesta memukul meja membuat Humaira berjingkat kaget. Semesta tak terima jika ada yang melawan dirinya terlebih wanita kampung yang ada di depannya. 

“Dengar ya wanita kampung, jangan pernah melawanku atau ….”

“Atau apa Mas, saya tidak melawan suamiku yang tampan, saya hanya bilang kalau Anda itu rakus. Kenapa marah?

Keduanya kini saling berdiri menatap nyalang masing-masing. Humaira sosok pembangkang, ia akan melawan siapa pun jika dirinya tidak bersalah. Hingga keduanya lama beradu tatap. 

“Ehem.” Suara deheman Dewi membuyarkan keduanya. 

“Mama,” ucap keduanya terkejut saat Dewi berada di rumah mereka. 

Semesta dan Humaira saling tatap lagi. Semesta berpikir kalau Humaira yang telah mengundang mamanya kemari. Humaira menghentikan bahunya seolah tahu apa yang Semesta maksud. 

“Ada apa? Nggak senang ya kalau Mama main kesini?” ucap Dewi dengan nada sedih. “Baiklah, kalau begitu Mama pulang ya.”

“Bu-bukan seperti itu, Ma. Aku senang kalau Mama main kesini,” bohong Semesta. Dia hanya berpura-pura agar mamanya tidak curiga dengan rumah tangga mereka. 

“I-iya, Ma. Kita sedang makan, Mama mau ikut makan juga?”

“Terima kasih ya Humaira. Mama sudah kenyang, Mama hanya ingin main kesini habis di rumah sepi. Kenapa kalian nggak tinggal di rumah Mama saja sih, kan Mama bisa ada temennya.”

“Kapan-kapan saja ya, Ma. Aku dan Humaira pasti akan menginap di rumah Mama. Sekarang Mama ke depan dulu ya, kita selesaikan makan dulu,” kata Semesta membuat Dewi menurut begitu saja perintah anaknya. 

“Kamu yang menyuruh Mama datang?”

Humaira menggeleng. “Nggak.” 

“Awas saja kalau kamu ngadu ke Mama,” ancam Semesta kepada Humaira lalu meninggalkan sendirian. 

Humaira mengelus dadanya. “Ya, Allah berilah hambamu kesabaran untuk menghadapi suami macam dia ya Allah.”

Humaira menarik nafasnya dalam-dalam, setelah agak tenang ia memutuskan menemui Mama mertuanya di ruang tengah. 

“Humaira, sini.” Dewi menepuk sofa agar Humaira duduk di sebelahnya. 

Humaira pun menurut dengan perintah mertuanya. Gadis berhijab itu menunduk saat Semesta menatap tajam ke arahnya. Tak habis pikir mamanya begitu baik kepada gadis kampung itu. 

“Kalian sudah menikah, jika ada masalah diselesaikan dengan baik. Meski kalian menikah dadakan tetap saja kalian sudah berstatus suami istri dan kamu Ata, kamu sebagai suami harus bisa mendidik istri kamu bukannya malah terbalik.” 

Nasehat Dewi panjang lebar yang membuat Semesta hanya diam memperhatikan keduanya, ia yakin jika Humaira telah mengadu kepada mamanya. 

“Sekarang kalian minum teh ini agar rileks, Mama sengaja membuatnya untuk kalian,” perintah Dewi lagi. 

Tanpa curiga keduanya langsung minum teh buatan Dewi, mereka tak mau membuat mamanya tersinggung. Dewi hanya tersenyum tipis melihat keduanya meminum sampai habis. 

‘Akan Mama pastikan kalian akan menjadi pasangan suami istri sesungguhnya.’ 

Related chapters

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 5

    Humaira yang merasakan keanehan dalam dirinya, tiba-tiba tubuhnya merasa panas dan merasa pusing. Begitu juga dengan Semesta, ia tahu apa yang terjadi dengannya. Tentu saja itu adalah pengaruh obat laknat itu, sebagai seorang ceo yang menjadi incaran dari musuhnya ia belajar banyak tentang itu. Bahkan sudah berulang kali ia merasakan seperti itu beruntungnya ia tak mau melepaskannya kepada sembarang wanita. Dewi hanya mengulas senyum kala obat itu sudah bereaksi. Ini adalah rencana Dewi untuk menyatukan mereka agar Dewi segera mempunyai cucu. “Ma, aku ke kamar dulu ya,” kata Humairah lalu beranjak pergi. Humaira berjalan menuju kamarnya di lantai bawah. “Kamar kamu dimana, kok arahnya kesana?” tegur Dewi. Humaira hanya bisa melihat ke arah Semesta, ia harus minta persetujuan Semesta dahulu. Namun, sayangnya Sementara malah melihat ke arah lain. Dewi yang tahu akan hal itu, menatap Semesta. “Antarkan dia ke kamar, kamu juga harus istirahat. Kasihan istrimu jalannya sudah sempoyonga

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 6

    Semesta menekan pedal gas hingga mobil melaju kencang, memecah keramaian jalanan kota yang mulai padat. Detak jantungnya seolah berpacu dengan kecepatan roda yang berputar. Suara Alex masih terngiang di kepalanya “Alena ada di kantor, menunggumu.”Tiba di kantor, Semesta melangkahkan kaki lebarnya banyak tatapan dan sapaan dari karyawannya tidak di gubrisnya. Ia hanya ingin cepat ke ruangannya di lantai lima. Semesta segera menekan tombol lift yang memang khusus untuk para petinggi perusahaan. Lelaki tampan itu segera menuju ke ruangan setelah pintu lift terbuka. Pandangannya tertuju pada ruangan yang pintunya masih terbuka, terdengar suara orang berdebat di sana. “Nona, saya mohon Anda segera meninggalkan kantor ini karena sebentar lagi kami akan meeting terlebih Nyonya Dewi akan segera tiba.” Alex berusaha mengusir dengan lembut. Tak habis pikir dengan wanita itu padahal semua security sudah diperintahkan untuk tidak memberi akses untuknya masuk, tapi tetap saja wanita itu banyak

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 1

    Suasana di taman rumah sakit begitu tenang dan sepi. Di situlah saat ini Humaira berada, meluapkan segala keluh kesahnya meski tidak akan ada yang mendengarnya. "Ya Allah, harus kemana lagi aku harus meminta pertolongan, aku gak mau kehilangan ibu. Darimana aku bisa mendapatkan biaya operasi sebesar itu." Humaira menangis dalam diam disana. Punggungnya bergetar, matanya sudah sembab dengan air mata yang terus mengalir. Dia sudah merasa putus asa sekarang. “Saya akan membiayai semua operasi ibu kamu, kalau kamu mau menikah dengan anak saya,” kata Dewi yang saat ini berdiri di hadapannya. Humaira segera mengusap air matanya, mendongak siapa gerangan yang berbicara kepadanya. Humaira berdiri kaget sekaligus tak percaya apa yang barusan ia dengar. Baru saja ia menumpahkan keluh kesahnya ada orang yang mau berbaik hati padanya.“Maksud Anda, apa Nyonya?” tanya Humaira dengan terbata. “Saya mendengar semua keluhan kamu, saya bisa bantu kamu asalkan kamu mau menikah dengan anak saya, bag

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 2

    Hari terus berlalu kini sudah seminggu dan ibu Humaira dinyatakan sudah membaik. Humaira mengatakan kepada ibunya kalau akan ada yang melamarnya nanti. "Kamu beneran mau menikah, Nak?" tanya Salamah-ibu Humaira. "Iya, Bu. Restui kami ya.""Tentu saja, Ibu akan selalu merestui jika itu yang membuat anaknya bahagia."Binar bahagia terpancar dari ibu Humaira karena ada juga yang mau menikahi putrinya terlebih dari keluarga kaya yang Humaira katakan tadi. Humaira tidak mengatakan apapun tentang biaya operasi ibunya, Humaira hanya mengatakan kalau uang itu ia pinjam dari calon suaminya. Waktu kian cepat berlalu, ya … hari ini adalah hari dimana Dewi akan melamar Humaira untuk Semesta. Tepat pukul tujuh malam, Dewi datang bersama Semesta dan beberapa orang dari keluarganya. Tiba di rumah Humaira, Semesta mencibir keadaan rumah Humaira yang baginya lebih mirip dengan kandang ayam. Rumah yang tampak sempit dan kumuh menurut Semesta, berbeda jauh dengan rumahnya yang besar dan luas bak ist

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 3

    Humaira yang baru selesai mandi hanya dengan memakai handuknya saja segera keluar dari kamar mandi bersamaan dengan itu Semesta yang juga membuka pintu kamarnya. Mata Semesta terbelalak melihat pemandangan di depan matanya. Beberapa detik, Semesta masih terpaku di depan pintu. Dia meneguk ludahnya kasar melihat Humaira. Ternyata di balik gamis yang selalu menutupi tubuhnya tersimpan tubuh indah, putih nan mulus di dalamnya. “Apa yang kamu lakukan, Mas?” teriak Humaira. Ia menyilangkan kedua tangannya berusaha melindungi tubuhnya agar tidak terlihat. Namun, begitu Semesta sudah melihat dengan jelas lekuk tubuh istrinya. Teriakan Humaira membuat Semesta tersadar dan segera berpaling. “Saya tunggu kamu di luar.” Semesta langsung berbalik dan menutup pintu kamar Humaira. Humaira mengusap wajahnya kasar, ia terus mondar-mandir di kamar, betapa malunya dia saat ini. Meski lelaki tampan itu adalah suaminya tapi Humaira belum ridho jika tubuhnya dilihat olehnya. **Di ruang tengah, Semes

Latest chapter

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 6

    Semesta menekan pedal gas hingga mobil melaju kencang, memecah keramaian jalanan kota yang mulai padat. Detak jantungnya seolah berpacu dengan kecepatan roda yang berputar. Suara Alex masih terngiang di kepalanya “Alena ada di kantor, menunggumu.”Tiba di kantor, Semesta melangkahkan kaki lebarnya banyak tatapan dan sapaan dari karyawannya tidak di gubrisnya. Ia hanya ingin cepat ke ruangannya di lantai lima. Semesta segera menekan tombol lift yang memang khusus untuk para petinggi perusahaan. Lelaki tampan itu segera menuju ke ruangan setelah pintu lift terbuka. Pandangannya tertuju pada ruangan yang pintunya masih terbuka, terdengar suara orang berdebat di sana. “Nona, saya mohon Anda segera meninggalkan kantor ini karena sebentar lagi kami akan meeting terlebih Nyonya Dewi akan segera tiba.” Alex berusaha mengusir dengan lembut. Tak habis pikir dengan wanita itu padahal semua security sudah diperintahkan untuk tidak memberi akses untuknya masuk, tapi tetap saja wanita itu banyak

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 5

    Humaira yang merasakan keanehan dalam dirinya, tiba-tiba tubuhnya merasa panas dan merasa pusing. Begitu juga dengan Semesta, ia tahu apa yang terjadi dengannya. Tentu saja itu adalah pengaruh obat laknat itu, sebagai seorang ceo yang menjadi incaran dari musuhnya ia belajar banyak tentang itu. Bahkan sudah berulang kali ia merasakan seperti itu beruntungnya ia tak mau melepaskannya kepada sembarang wanita. Dewi hanya mengulas senyum kala obat itu sudah bereaksi. Ini adalah rencana Dewi untuk menyatukan mereka agar Dewi segera mempunyai cucu. “Ma, aku ke kamar dulu ya,” kata Humairah lalu beranjak pergi. Humaira berjalan menuju kamarnya di lantai bawah. “Kamar kamu dimana, kok arahnya kesana?” tegur Dewi. Humaira hanya bisa melihat ke arah Semesta, ia harus minta persetujuan Semesta dahulu. Namun, sayangnya Sementara malah melihat ke arah lain. Dewi yang tahu akan hal itu, menatap Semesta. “Antarkan dia ke kamar, kamu juga harus istirahat. Kasihan istrimu jalannya sudah sempoyonga

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 4

    Setelah mengatakan itu dengan santainya ia perlahan pergi meninggalkan Humaira dan memperhatikan wajahnya. Wanita berhijab itu mengepalkan kedua tangannya, suaminya sendiri yang mengatakan hal itu. Tatapan Humaira masih saja menatap Semesta sampai ia benar-benar tak terlihat. Humaira masih diam mematung di sana. Tak terasa air mata yang ia bendung lolos juga. Di dalam kamarnya, lelaki tampan itu tertawa puas setelah membuat Humaira marah. Sebenarnya ia tidak melakukan hal-hal yang di luar batasannya. Dia pria yang sangat menjaga dirinya walaupun ia suka mabuk juga. “Aku yakin kamu tidak akan bisa bertahan, Humaira,” gumamnya. Lelaki tampan itu masih saja tertawa melihat raut wajah istrinya yang terlihat menahan amarah tadi. Wanita cantik berhijab itu mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Dengan segera ia beranjak dari tempat itu menuju kamarnya. Bik Sumi yang sedari tadi melihatnya merasa iba kepada Humaira, seorang wanita baik yang disia-siakan oleh suaminya. Bik Sumi tak

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 3

    Humaira yang baru selesai mandi hanya dengan memakai handuknya saja segera keluar dari kamar mandi bersamaan dengan itu Semesta yang juga membuka pintu kamarnya. Mata Semesta terbelalak melihat pemandangan di depan matanya. Beberapa detik, Semesta masih terpaku di depan pintu. Dia meneguk ludahnya kasar melihat Humaira. Ternyata di balik gamis yang selalu menutupi tubuhnya tersimpan tubuh indah, putih nan mulus di dalamnya. “Apa yang kamu lakukan, Mas?” teriak Humaira. Ia menyilangkan kedua tangannya berusaha melindungi tubuhnya agar tidak terlihat. Namun, begitu Semesta sudah melihat dengan jelas lekuk tubuh istrinya. Teriakan Humaira membuat Semesta tersadar dan segera berpaling. “Saya tunggu kamu di luar.” Semesta langsung berbalik dan menutup pintu kamar Humaira. Humaira mengusap wajahnya kasar, ia terus mondar-mandir di kamar, betapa malunya dia saat ini. Meski lelaki tampan itu adalah suaminya tapi Humaira belum ridho jika tubuhnya dilihat olehnya. **Di ruang tengah, Semes

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 2

    Hari terus berlalu kini sudah seminggu dan ibu Humaira dinyatakan sudah membaik. Humaira mengatakan kepada ibunya kalau akan ada yang melamarnya nanti. "Kamu beneran mau menikah, Nak?" tanya Salamah-ibu Humaira. "Iya, Bu. Restui kami ya.""Tentu saja, Ibu akan selalu merestui jika itu yang membuat anaknya bahagia."Binar bahagia terpancar dari ibu Humaira karena ada juga yang mau menikahi putrinya terlebih dari keluarga kaya yang Humaira katakan tadi. Humaira tidak mengatakan apapun tentang biaya operasi ibunya, Humaira hanya mengatakan kalau uang itu ia pinjam dari calon suaminya. Waktu kian cepat berlalu, ya … hari ini adalah hari dimana Dewi akan melamar Humaira untuk Semesta. Tepat pukul tujuh malam, Dewi datang bersama Semesta dan beberapa orang dari keluarganya. Tiba di rumah Humaira, Semesta mencibir keadaan rumah Humaira yang baginya lebih mirip dengan kandang ayam. Rumah yang tampak sempit dan kumuh menurut Semesta, berbeda jauh dengan rumahnya yang besar dan luas bak ist

  • Istri Bayaran Semesta   Bab 1

    Suasana di taman rumah sakit begitu tenang dan sepi. Di situlah saat ini Humaira berada, meluapkan segala keluh kesahnya meski tidak akan ada yang mendengarnya. "Ya Allah, harus kemana lagi aku harus meminta pertolongan, aku gak mau kehilangan ibu. Darimana aku bisa mendapatkan biaya operasi sebesar itu." Humaira menangis dalam diam disana. Punggungnya bergetar, matanya sudah sembab dengan air mata yang terus mengalir. Dia sudah merasa putus asa sekarang. “Saya akan membiayai semua operasi ibu kamu, kalau kamu mau menikah dengan anak saya,” kata Dewi yang saat ini berdiri di hadapannya. Humaira segera mengusap air matanya, mendongak siapa gerangan yang berbicara kepadanya. Humaira berdiri kaget sekaligus tak percaya apa yang barusan ia dengar. Baru saja ia menumpahkan keluh kesahnya ada orang yang mau berbaik hati padanya.“Maksud Anda, apa Nyonya?” tanya Humaira dengan terbata. “Saya mendengar semua keluhan kamu, saya bisa bantu kamu asalkan kamu mau menikah dengan anak saya, bag

DMCA.com Protection Status