Share

Bab 12 Sekamar Berdua

Penulis: Miss han
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-13 21:37:04

“Apa?” Aidan dan Rania berseru bersamaan. Mata keduanya membulat saat mendengar keputusan Kakek Bima.

“Aku bilang, aku mau tinggal di sini. Di rumah cucuku sendiri,” ulang Kakek Bima sambil melipat tangan di dada. Wajahnya menunjukkan keteguhan yang sulit digoyahkan.

Aidan langsung berdiri dari sofa. “Tapi, Kek … kenapa harus di sini? Bukannya lebih nyaman di rumah Kakek yang luas dan penuh pelayanan itu? Di sini sempit, enggak nyaman. Kakek bisa bosan. Lagipula Rania masih belum terbiasa mengurus tamu yang tinggal lama.”

“Tamu? Kakekmu kamu anggap tamu? Kamu pikir aku ke sini buat dimanjakan?” Kakek Bima menaikkan satu alis. “Aku ke sini karena ingin melihat langsung bagaimana kehidupan rumah tangga kalian. Jangan-jangan pernikahan ini cuma pura-pura, ya?”

“Eh, enggak, Kek. Bukan gitu …” sangkal Aidan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Lagian, kalian suami istri. Harusnya enggak masalah tinggal satu atap dengan keluarga, kan?” sahut Mama Aidan dengan senyum mencurigakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 13 Dua Dunia yang Bertabrakan

    Hujan masih mengguyur lebat saat Aidan memarkir mobilnya di depan sebuah kafe bergaya vintage di tengah kota, jauh dari kantornya. Tempat itu bukan favoritnya, tetapi Larissa sangat menyukainya dan hari ini, Larissa sedang dalam mode manja.“Udah tahu aku enggak bisa tidur semalam,” rengek Larissa saat menelepon pagi tadi, “kamu malah enggak datang. Pokoknya nanti malam kita dinner.”Aidan mengalah. Semalam adalah malam paling ganjil dalam hidupnya. Namun malam ini, ia mencoba melupakan semua itu dan kembali pada zona nyaman bersama Larissa.Begitu memasuki kafe, Larissa langsung melambai. Ia duduk di dekat jendela dengan secangkir cappuccino dan senyum manis. Wajahnya cerah seperti biasa, dengan rambut panjang tergerai dan riasan tipis yang membuatnya terlihat seperti aktris di drama Korea favoritnya.“Kamu telat lima menit,” ucap Larissa manja, meski senyumnya tak hilang. Ia mencium pipi kanan-kiri Aidan dengan mesra.Aidan duduk dan menghela napas mendapat perlakuan yang tidak beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 14 Sepakat

    Aidan membuka pintu kamar dengan perlahan. Lampu temaram menyinari ruangan, menyorot sosok Rania yang tengah duduk di depan cermin, mengeringkan rambut dengan handuk. Rambutnya yang basah menjuntai di bahu, membasahi sedikit bagian belakang piyama yang dikenakannya. Aidan mendekat tanpa suara, lalu meraih handuk di tangan Rania."Biar aku saja," ucap Aidan pelan.Rania menoleh cepat, tampak kaget. Tatapan mereka bertemu dalam pantulan cermin. Mata Rania menatap ragu, tapi ia tak menolak. Aidan mulai mengusap pelan rambut Rania, gerakannya lembut dan penuh kehati-hatian."Kamu enggak perlu kayak gini, aku bisa sendiri, Aidan," gumam Rania."Aku tahu, tapi aku mau," jawab Aidan singkat.Hening menyelimuti mereka beberapa detik. Aidan fokus mengeringkan rambut Rania, dan perempuan itu membiarkannya, walau jantungnya berdegup tak karuan. Keheningan itu begitu aneh, tetapi juga membuat keduanya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Tidak ada yang bicara, hanya suara tarikan napas dan det

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 15 Terlalu Beresiko

    Aidan tergesa-gesa masuk ke rumah yang dari halaman depannya gelap. Ia membuka pintu yang sedikit terbuka dan memanggil nama Larissa. Namun, langkah kakinya terhenti saat tiba di ruang tamu. Ruangan itu remang, aroma manis tercium menyengat, wangi parfum khas Larissa.Di sudut sofa, Larissa duduk dengan wajah tersenyum samar. Tangannya memegang segelas air yang disesapnya perlahan. Aidan merasa janggal. Ruangan itu jauh dari perkiraannya, juga ekspresi Larissa.“Kamu enggak apa-apa, Sa?” tanya Aidan sangsi. Ia mulai menghampiri Larissa.Namun, Larissa berdiri dan tersenyum menggoda Aidan dengan pakaian yang transparan. “Akhirnya kamu datang juga.”“Kamu bohong?” tanya Aidan dengan nada sedikit meninggi. Beberapa kali ia terlihat menahan diri.Larissa tidak langsung menjawab. Ia malah berjalan mendekat dan menyentuh dada Aidan dengan kedua tangannya.“Aku cuma takut kehilangan kamu,” bisiknya. “Aku tahu ... kamu enggak a

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 1 Pernikahan Hitam

    Bibir Rania terasa kering. Tangannya menggenggam erat kain gaun putih yang menjuntai di pangkuannya. Di ruangan itu, suara lantang penghulu menggema, diikuti dengan desiran pelan dari para tamu yang menahan napas.Di sampingnya, Aidan duduk tegak, mengenakan jas hitam dengan wajah tanpa ekspresi."Ijab qabul akan segera dilaksanakan," kata penghulu.Rania menunduk. Ini benar-benar terjadi.Ia mengeraskan hatinya. Tidak boleh ada keraguan. Tidak boleh ada penyesalan."Aidan Ramadhani bin Fadhlurrahman," suara penghulu terdengar lagi, mantap dan jelas. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Rania Amara binti Firdaus dengan mahar seperangkat alat salat dan emas 500 gram, dibayar tunai."Hening sejenak.Lalu, suara berat itu terdengar."Saya terima nikahnya Rania Amara binti Firdaus dengan mahar tersebut, tunai."Gema sah dari para saksi menggetarkan ruangan. Rania mengangkat wajah, mencoba menangkap perubahan sekecil apa pun di raut wajah Aidan. Namun, pria itu tetap dingin, seolah ap

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 2 Rumah Tanpa Kehangatan

    Pagi menjelang dengan cahaya matahari yang malu-malu menyusup melalui celah tirai di kamar mereka. Rania terbangun meski semalam tidurnya hanya sebatas memejamkan mata, tidak benar-benar bisa tidur. Bayang-bayang pernikahan yang tanpa cinta masih bergelayut di benaknya. Malam pertama yang seharusnya menjadi awal baru bagi pasangan suami istri, justru diisi dengan kehampaan. Aidan pergi begitu saja, meninggalkannya sendirian dalam kamar yang terasa lebih dingin.Dengan langkah malas, Rania melangkah ke dapur. Kebiasaannya selama ini di rumah bibinya adalah menyiapkan sarapan, dan ia tetap melakukan meski tak yakin apakah Aidan akan menyentuh masakannya. Ia menata meja makan dengan rapi, menyajikan nasi goreng sederhana, telur dadar yang matang sempurna, serta dua cangkir kopi. Setidaknya, jika Aidan pulang, ada sesuatu yang bisa ia santap.Saat ia sibuk menata piring, suara pintu utama yang terbuka membuatnya menoleh. Aidan muncul di ambang pintu dengan wajah lesu. Rambutnya berantakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 3 Tamu Tak Diundang

    Suara langkah Aidan terdengar beradu dengan lantai. Pintu kamar itu masih tertutup, tiba-tiba menyusup perasaan aneh ke dalam dirinya. Bukan kepedulian, bukan juga rasa khawatir, tetapi lebih kepada dorongan tak terjelaskan yang membuatnya ingin tahu apa yang terjadi dengan gadis yang kemarin ia nikahi.Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Aidan sempat ragu. Namun, hanya sepersekian detik, ia pun mendorong pintu perlahan.Cahaya kamar temaram. Rania duduk di lantai, di dekat meja rias. Di sekelilingnya, beberapa benda berserakan. Aidan memperhatikan wajahnya yang pucat, matanya menatap lurus ke satu benda yang ada di tangannya. “Kamu kenapa?” tanya Aidan yang penasaran dengan apa yang Rania lakukan.Gadis itu buru-buru menyembunyikan benda yang tadi dipegangnya, dan berdiri. Saat ia berdiri terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Rania. Ia memijat kakinya perlahan. “Ada apa?” tanya Aidan sekali lagi.“Ah, tidak apa-apa tadi aku mau menyimpan pakaianku di dalam lemari, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

    Bab 4 Seseorang Dari Masa LaluSetelah insiden pagi itu, Rania baru keluar kamar menjelang sore. Itu pun terpaksa karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Rumah itu terasa sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aidan, apalagi Larissa. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya setelah ia berlari ke kamar karena mendengar ucapan Larissa yang sangat klise dan berhasil membuatnya cekikikan di kamar.Rania menuju dapur dan mulai menyiapkan makan malam. Ia berencana akan membuat steak ayam crispy kesukaannya. Makanan mudah dan simpel yang sering ia buat saat di rumah bibi. Saat membuka kulkas, ia mendesah kecewa. Tidak banyak bahan tersisa di kulkas itu. Hanya ada beberapa telur, seikat sayuran, dan kornet. Mau tak mau ia pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng lagi. “Besok harus belanja, biar aku ga mati kelaparan di rumah ini,” gumamnya dengan nada kesal.Saat hidangan sudah siap, terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Rania sudah bisa menebak, itu pasti Aidan.“Oh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 5 : Debaran Aneh

    Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11

Bab terbaru

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 15 Terlalu Beresiko

    Aidan tergesa-gesa masuk ke rumah yang dari halaman depannya gelap. Ia membuka pintu yang sedikit terbuka dan memanggil nama Larissa. Namun, langkah kakinya terhenti saat tiba di ruang tamu. Ruangan itu remang, aroma manis tercium menyengat, wangi parfum khas Larissa.Di sudut sofa, Larissa duduk dengan wajah tersenyum samar. Tangannya memegang segelas air yang disesapnya perlahan. Aidan merasa janggal. Ruangan itu jauh dari perkiraannya, juga ekspresi Larissa.“Kamu enggak apa-apa, Sa?” tanya Aidan sangsi. Ia mulai menghampiri Larissa.Namun, Larissa berdiri dan tersenyum menggoda Aidan dengan pakaian yang transparan. “Akhirnya kamu datang juga.”“Kamu bohong?” tanya Aidan dengan nada sedikit meninggi. Beberapa kali ia terlihat menahan diri.Larissa tidak langsung menjawab. Ia malah berjalan mendekat dan menyentuh dada Aidan dengan kedua tangannya.“Aku cuma takut kehilangan kamu,” bisiknya. “Aku tahu ... kamu enggak a

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 14 Sepakat

    Aidan membuka pintu kamar dengan perlahan. Lampu temaram menyinari ruangan, menyorot sosok Rania yang tengah duduk di depan cermin, mengeringkan rambut dengan handuk. Rambutnya yang basah menjuntai di bahu, membasahi sedikit bagian belakang piyama yang dikenakannya. Aidan mendekat tanpa suara, lalu meraih handuk di tangan Rania."Biar aku saja," ucap Aidan pelan.Rania menoleh cepat, tampak kaget. Tatapan mereka bertemu dalam pantulan cermin. Mata Rania menatap ragu, tapi ia tak menolak. Aidan mulai mengusap pelan rambut Rania, gerakannya lembut dan penuh kehati-hatian."Kamu enggak perlu kayak gini, aku bisa sendiri, Aidan," gumam Rania."Aku tahu, tapi aku mau," jawab Aidan singkat.Hening menyelimuti mereka beberapa detik. Aidan fokus mengeringkan rambut Rania, dan perempuan itu membiarkannya, walau jantungnya berdegup tak karuan. Keheningan itu begitu aneh, tetapi juga membuat keduanya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Tidak ada yang bicara, hanya suara tarikan napas dan det

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 13 Dua Dunia yang Bertabrakan

    Hujan masih mengguyur lebat saat Aidan memarkir mobilnya di depan sebuah kafe bergaya vintage di tengah kota, jauh dari kantornya. Tempat itu bukan favoritnya, tetapi Larissa sangat menyukainya dan hari ini, Larissa sedang dalam mode manja.“Udah tahu aku enggak bisa tidur semalam,” rengek Larissa saat menelepon pagi tadi, “kamu malah enggak datang. Pokoknya nanti malam kita dinner.”Aidan mengalah. Semalam adalah malam paling ganjil dalam hidupnya. Namun malam ini, ia mencoba melupakan semua itu dan kembali pada zona nyaman bersama Larissa.Begitu memasuki kafe, Larissa langsung melambai. Ia duduk di dekat jendela dengan secangkir cappuccino dan senyum manis. Wajahnya cerah seperti biasa, dengan rambut panjang tergerai dan riasan tipis yang membuatnya terlihat seperti aktris di drama Korea favoritnya.“Kamu telat lima menit,” ucap Larissa manja, meski senyumnya tak hilang. Ia mencium pipi kanan-kiri Aidan dengan mesra.Aidan duduk dan menghela napas mendapat perlakuan yang tidak beru

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 12 Sekamar Berdua

    “Apa?” Aidan dan Rania berseru bersamaan. Mata keduanya membulat saat mendengar keputusan Kakek Bima.“Aku bilang, aku mau tinggal di sini. Di rumah cucuku sendiri,” ulang Kakek Bima sambil melipat tangan di dada. Wajahnya menunjukkan keteguhan yang sulit digoyahkan.Aidan langsung berdiri dari sofa. “Tapi, Kek … kenapa harus di sini? Bukannya lebih nyaman di rumah Kakek yang luas dan penuh pelayanan itu? Di sini sempit, enggak nyaman. Kakek bisa bosan. Lagipula Rania masih belum terbiasa mengurus tamu yang tinggal lama.”“Tamu? Kakekmu kamu anggap tamu? Kamu pikir aku ke sini buat dimanjakan?” Kakek Bima menaikkan satu alis. “Aku ke sini karena ingin melihat langsung bagaimana kehidupan rumah tangga kalian. Jangan-jangan pernikahan ini cuma pura-pura, ya?”“Eh, enggak, Kek. Bukan gitu …” sangkal Aidan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Lagian, kalian suami istri. Harusnya enggak masalah tinggal satu atap dengan keluarga, kan?” sahut Mama Aidan dengan senyum mencurigakan.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 11 Kejutan

    Belum sempat Rania bertanya lebih lanjut, suara itu membuat rasa penasaran Rania pupus. Bahkan saat ia ingin tahu, pria itu sudah memutus panggilan tersebut.“Tamu spesial? Kok kamu jahat banget sama aku, Dan. Kan, aku bilang jangan bawa wanita itu ke rumah, sesulit itukah?” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia sama sekali tidak beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan mengabaikan permintaan Aidan. Jika makanannya untuk wanita itu, sungguh ia tidak terima. Dengan perasaan jengkel Rania akhirnya tertidur. Di lain sisi, Aidan yang sedang bersama Larrisa tampak gelisah. Pria itu terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia menatap bilik tempat wanita yang sejak semalam merengkek minta dibelikan pakaian. “Gimana?” tanya wanita yang baru keluar dari fitting room dengan memakai dress merah potongan midi length dengan potongan leher berbentuk sweetheart dan belahan tinggi di bagian depan. Aidan terkesima, wanita di hadapannya tampak anggun berkali-k

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 10 Aneh

    Setiba di rumah, Rania memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Aidan masih di ruang tengah, mondar-mandir tak jelas. Setelah percakapan mereka di mobil, suasana menjadi canggung. Mereka tak lagi saling bicara, padahal biasanya pun seperti itu. Namun, kali ini suasana itu membuat Aidan tidak nyaman. “Aidan rese, nyebelin!” umpat Rania dari balik selimut saat mengingat kejadian di mobil tadi. “Eh, tapi aku jadi ada ide buat ngerjain dia.” Ekspresi yang semua kesal berubah dengan ditariknya sudut sebelah bibirnya.Subuh-subuh buta saat Rania masih bergelung di dalam selimut, pintu kamarnya diketuk Aidan keras. Rania terbangun karena suara tersebut dan berjalan gontai menghampiri suaminya yang terus mengetuk tidak sabaran.“Apa?” tanya Rania dengan wajah mengantuk."Aku lapar, bikinin aku sarapan."“What?” Mata yang masih setengah terpejam tadi, melotot seketika."Aku mau sarapan. Buatin telur dadar sama roti bakar, ya. Pake keju. Sama kopi."Rania menghela napas. “Kamu gak lihat sekara

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 9 Istriku

    Sore itu, Rania tiba lebih dulu di restoran yang telah disepakati bersama Reza. Rencana makan siang mereka gagal karena Reza harus meeting kembali dengan salah satu stafnya. Namun, pria itu tidak pernah ingkar janji, ia akhirnya mengajak Rania untuk makan malam.Reza memesan meja di dekat jendela. Dari sana Rania bisa menikmati pemandangan lampu kota yang mulai menyala. Ia merasa tenang karena bisa melepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus Rania gunakan harus menyiapkan amunisi untuk mengahadapi Aidan ketika pulang nanti.Beberapa menit kemudian, Reza datang dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku seperti tadi pagi. Tidak ada yang berubah bahkan setelah seharian disibukan dengan pekerjaan. Penampilan Reza selalu rapi dan menawan. Ia tersenyum ramah seperti biasa ketika melihat Rania."Udah lama nunggu?" tanyanya sambil menarik kursi di hadapan Rania.Rania menggeleng. "Enggak, baru sampai juga."Reza membuka menu dan menatap Rania dengan santai. "Hari ini aku y

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 8 Terbakar

    Beberapa bulan menikahi Rania, Aidan tidak pernah menganggap wanita itu sebagai seseorang yang patut diperhatikan. Pernikahan mereka hanya sekadar formalitas dan ia tidak pernah merasa perlu memperhatikan kebiasaan atau tindak-tanduk istrinya itu. Namun, setelah ia kepergok jalan dengan Larissa oleh orang tuanya, mau tidak mau ia mulai menjalankan peran. Semua terjadi agar ia tidak dicoret dari kartu keluarga dan warisan sang kakek tetap jatuh ke tangannya. Pagi itu, ketika Rania tengah sarapan, Aidan duduk di seberang dengan secangkir kopi. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap gerakan wanita itu. Rania tampak sibuk menuangkan teh ke dalam cangkir, kemudian meniup pelan sebelum menyesapnya. Ekspresi menikmati setiap tegukan. Rambutnya diikat asal, beberapa helai jatuh di sisi wajah, memberikan kesan santai, tetapi tetap anggun. Aidan mengerutkan kening. Mengapa baru sekarang ia menyadari detail itu? Kenyataan wanita di hadapannya lebih cantik dari Larissa. “Kenapa dari tadi ngeli

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 7 Ultimatum

    Aidan membeku di tempatnya. Tatapannya terkunci pada sepasang suami istri paruh baya yang baru saja memasuki kafe. Wajah mereka begitu familier, ayah dan ibunya.Larissa, yang duduk di depannya, menyadari perubahan ekspresi Aidan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat pasangan tersebut berjalan mendekat. Detik itu juga, Larissa merapikan rambutnya dan memasang senyum terbaiknya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari Nyonya Ratna, ibu Aidan.“Aidan.” Suara berat ayahnya, Pak Surya, terdengar tegas, nyaris tanpa emosi.Aidan berdiri, menelan ludah dengan susah payah. “Papa … Mama … kok bisa ada di sini?”“Mana Rania?” Nyonya Ratna melirik Larissa, lalu menatap putranya dengan dingin. “Mama mau ngomong sama kamu.”Larissa yang menyadari situasinya, mencoba bersikap ramah. “Tante, Om … apa kabar?” Ia mengulurkan tangan, tetapi tidak mendapat tanggapan dari orang tua Aidan. “Larissa, kamu pulang dulu,” bisik Aidan berusaha menyelamatkan wajah Larissa. Ia tahu, ini bukan saatn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status