แชร์

Bab 3 Tamu Tak Diundang

ผู้เขียน: Miss han
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-09 15:40:50

Suara langkah Aidan terdengar beradu dengan lantai. Pintu kamar itu masih tertutup, tiba-tiba menyusup perasaan aneh ke dalam dirinya. Bukan kepedulian, bukan juga rasa khawatir, tetapi lebih kepada dorongan tak terjelaskan yang membuatnya ingin tahu apa yang terjadi dengan gadis yang kemarin ia nikahi.

Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Aidan sempat ragu. Namun, hanya sepersekian detik, ia pun mendorong pintu perlahan.

Cahaya kamar temaram. Rania duduk di lantai, di dekat meja rias. Di sekelilingnya, beberapa benda berserakan. Aidan memperhatikan wajahnya yang pucat, matanya menatap lurus ke satu benda yang ada di tangannya.

“Kamu kenapa?” tanya Aidan yang penasaran dengan apa yang Rania lakukan.

Gadis itu buru-buru menyembunyikan benda yang tadi dipegangnya, dan berdiri. Saat ia berdiri terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Rania. Ia memijat kakinya perlahan.

“Ada apa?” tanya Aidan sekali lagi.

“Ah, tidak apa-apa tadi aku mau menyimpan pakaianku di dalam lemari, tapi ada yang terjatuh dari atas. Aku kaget dan terjatuh,” ucap Rania sekenanya.

“Oh.” Hanya itu yang Aidan ucapkan sebelum akhirnya ia melangkah memberikan semua pakaiannya yang ada di lemari.

“Lho, kok?” tanya Rania terkejut dengan ulah Aidan.

“Mulai malam ini aku tidur di kamar sebelah. Kamar ini bebas kamu gunakan. Besok aku akan menyuruh orang untuk memindahkan barangku.”

Rania membeku mendengar ucapan Aidan. Ia tidak pernah menyangka pria di hadapannya sama sekali tidak ingin bersama.

“Tidak bisakah, kita sekamar saja?” ucap Rania perlahan, tapi masih dapat didengar Aidan.

Aidan menghentikan pekerjaan dan melangkah mendekat Rania. Ia mengkis jarak hingga menyisakan beberapa sentimeter saja. “Kamu menggodaku? Maumu, kan, kita sekamar dan aku khilaf?”

Rania melebarkan matanya, ia sangat menyesal dengan kata-kata yang barusan diucapkan. Sungguh tidak ada niat ia menggoda Aidan. Tanpa aba-aba, ia mendorong tubuh Aidan.

“Enak aja, enggak ada aku goda kamu! Udah pindahkan aja barangmu!” Rania berusaha bersikap biasa saja, tetapi jantungnya berdetak lebih cepat saat berdekatan dengan Rania.

“Oke, karena kita sudah di sini dan sedang membahasnya aku akan tetapkan peraturan!” tutur Aidan mantap.

“Peraturan apa?” Rania mengernyitkan dahinya tidak percaya pria di hadapannya berbicara banyak biasanya sepatah dua patah kata saja yang keluar dari mulut Aidan.

“Oke, mulai hari ini kita akan tidur di kamar masing-masing. Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing, termasuk bertanya kemana perginya, sedang apa atau sesuatu yang menjurus ke arah terlalu ingin tahu. Selama kamu menjadi istriku, kamu tidak boleh jalan dengan pria manapun, semua untuk menjaga nama baik keluarga. Dan tidak boleh pulang lebih dari pukul 23.00.”

“Kayak peraturan kosan,” celetuk Rania.

“Oiya satu lagi! Kita harus berakting sebagai pasangan saat berada di depan keluargaku.”

“Dilihat-lihat semua peraturan menguntungkanmu, apa benefitnya buatku?”

“Jika kau menurut, saat kita bercerai, aku akan memberimu rumah dan uang tunjangan. Kau akan jadi orang kaya, dan tidak ada lagi sepupumu yang akan merendahkanmu.”

Deg. Rania seperti tersadarkan sesuatu saat Aidan mengingatkan tentang perlakuan buruk sepupunya saat ia masih menumpang di rumah bibinya. Tawaran yang menggiurkan, setidaknya ia tidak perlu berkorban banyak. Cukup menjalani peran sebagai istri yang baik dan hidup tenang di rumah Aidan.

“Baik, sampai kapan?” tanya Rania tanpa berpikir panjang lagi.

“Sampai kakek menyerahkan perusahaannya padaku. Oke?”

Rania menatap Aidan dengan wajah tidak percaya, kini ia tahu jika pria itu menikahinya hanya untuk mendapatkan perusahaan. Saat Rania sedang berpikir, Aidan keluar kamar yang nantinya akan ditempati Rania.

Tidak beberapa lama, pria itu kembali dengan selembar kertas yang terdapat materai di bagian bawahnya.

“Tanda tangani ini!”

Dahi Rania mengernyit, ia membaca kertas yang diberikan Aidan. Sungguh ia ingin tertawa dan juga menangis bersamaan. Aidan sangat berniat untuk melakukan pernikahan bohongan dengannya. Baiklah, ia pun mulai sekarang akan melakukan hal yang sama.

Segera saja Rania menumbuhkan tanda tangannya di atas materai itu dan menyerahkan kembali pada Aidan.

“Good! Gadis pintar!” puji Aidan.

“Oiya, aku ada permintaan?” ucap Rania tiba-tiba.

“Apa?” Raut wajah Aidan berubah cemas tiba-tiba.

“Izinkan aku menggunakan dapur semauku!” pinta Rania. Ia yang hobi masak sangat tidak bisa hidup tanpa dapur.

“Hanya itu?”

Rania mengangguk.

“Aku pikir permintaan serius, ternyata hanya dapur. Pakailah semua bagian rumah ini sesukamu, toh kelak rumah ini akan jadi milikmu! Bahkan akan aku penuhi semua permintaanmu asal bukan berkaitan dengan tugas sebagai suami.”

Mata Rania melebar, ia tidak salah dengar, kan, dengan apa yang barusan Aidan ucapkan?

“Tapi kamu normalkan?” celetuk Rania tiba-tiba.

Aidan mendelik. “Aku normallah!”

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Aidan kembali ke kamarnya yang berada di sebelah. Meninggalkan Rania yang terkikih geli melihat respon Aidan. Ia tahu pria bertubuh atletis dan berlesung pipi itu normal, buktinya ia menemukan foto Aidan bersama wanita yang tempo hari datang ke pernikahan mereka.

“Setidaknya aku hidup dengan nyaman tanpa gangguan sepupuku yang menyebalkan itu,” gumam Rania.

“Baiklah Aidan aku akan tetap menjalankan kewajibanku sebagai istri tanpa perlu bermain perasaan denganmu.” Tambahnya lagi sambil mematikan lampu kamar dan bersiap untuk tidur.

***

Keesokan harinya, cuaca mendung menggantung di langit. Rania sibuk membersihkan dapur setelah memasak ketika suara bel rumah berbunyi. Ia mengernyit. Selama beberapa hari tinggal di rumah itu, belum pernah ada yang datang. Hanya kemarin pekerja rumah tangga yang dipekerjakan Aidan untuk membantu memindahkan barang Aidan ke kamar sebelah.

“Siapa, sih?” gumam Rania.

Rania melangkah menuju pintu dan membukanya perlahan. Sekejap, napasnya tertahan. Di hadapannya, seorang wanita berdiri dengan anggun. Rambut panjangnya tergerai sempurna, riasan wajahnya tampak paripurna, dan senyumnya tipis, tetapi menusuk.

Larissa.

Bahkan tanpa mengenalnya pun, Rania bisa menebak siapa wanita ini. Namanya pernah disebut Aidan beberapa kali kemarin saat menerima telepon yang tidak sengaja Rania dengar.

“Aku bisa masuk?” Suara Larissa lembut, tetapi penuh superioritas.

Rania tidak bergerak. Jantungnya berdetak lebih cepat dari yang seharusnya. Tanpa menunggu jawaban, Larissa melewatinya begitu saja, berjalan ke dalam rumah dengan langkah percaya diri. Rania menggigit bibirnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menutup pintu. Ia beberapa kali mengatur napas agar tidak emosi dengan tingkah tamunya pagi ini.

Saat ia berbalik, Larissa sudah berdiri di tengah ruang tamu, menelusuri setiap sudut rumah dengan tatapan penuh penilaian.

“Rumah ini tidak banyak berubah,” gumamnya.

Rania menelan ludah. “Cari siapa?”

Larissa menoleh, tatapannya seolah menyelidik. “Aku hanya ingin bertemu Aidan, ada, kan, dia di dalam?”

Seakan namanya dipanggil, suara langkah terdengar dari arah tangga. Aidan muncul dengan kaus santai dan celana panjang, matanya langsung tertuju pada tamu tak terduga itu.

Larissa tersenyum, dan tanpa ragu, ia melangkah mendekat lalu memeluk Aidan. Jantung Rania seakan berhenti berdetak menyaksikan drama pagi itu. Pemandangan di depannya seperti tinju keras.

Larissa merengkuh Aidan dengan erat, seolah kehadirannya di sini sudah menjadi bagian yang tidak perlu dipertanyakan. Lalu Aidan, ia diam. Ia tidak mendorong Larissa menjauh.

Rania menundukkan kepalanya, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Entah perasaan apa, ia sendiri tidak mengerti. Rania pun memilih berbalik pergi meninggalkan keduanya. Namun, suara Larissa membuatnya menghentikan langkah.

“Aku masih mencintaimu, Aidan.”

Rania menutup mata dan mulutnya bersamaan.

“Hueeek!”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

    Bab 4 Seseorang Dari Masa LaluSetelah insiden pagi itu, Rania baru keluar kamar menjelang sore. Itu pun terpaksa karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Rumah itu terasa sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aidan, apalagi Larissa. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya setelah ia berlari ke kamar karena mendengar ucapan Larissa yang sangat klise dan berhasil membuatnya cekikikan di kamar.Rania menuju dapur dan mulai menyiapkan makan malam. Ia berencana akan membuat steak ayam crispy kesukaannya. Makanan mudah dan simpel yang sering ia buat saat di rumah bibi. Saat membuka kulkas, ia mendesah kecewa. Tidak banyak bahan tersisa di kulkas itu. Hanya ada beberapa telur, seikat sayuran, dan kornet. Mau tak mau ia pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng lagi. “Besok harus belanja, biar aku ga mati kelaparan di rumah ini,” gumamnya dengan nada kesal.Saat hidangan sudah siap, terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Rania sudah bisa menebak, itu pasti Aidan.“Oh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-10
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 5 : Debaran Aneh

    Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-11
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 6 Pura-pura Peduli

    Brukk!Suara keras dari kamar sebelah membuat Rania tersentak. Ia mengerutkan kening dan menoleh ke arah pintu. Jantungnya berdebar tak menentu, antara kaget dan penasaran. Apa itu Aidan? Sedang apa dia? “Ada apa, Mas?” tanya Rania, masih memegang ponselnya.“Hm? Suara apa tadi?” Reza juga mendengar suara benturan itu dari telepon.Rania menggeleng pelan meski tahu Reza tidak bisa melihatnya. “Enggak tahu, Mas, mungkin dari kamar sebelah.”“Oh, sepupumu yang dulu sering kamu ceritakan?” tanya Reza.“Eh, iya, Mas, itu sepupuku.” Raina berusaha menyembunyikan kebenaran tentang pernikahannya.Reza tertawa kecil di seberang sana. “Jadi, kapan kita bisa bisa bahas proyek ini?”Rania melirik jam di ponselnya. Sudah hampir pukul sebelas malam. Ia seharusnya menolak atau setidaknya meminta waktu lain, tetapi … pikirannya terasa buntu, ada sesuatu yang mengusik perasaannya. Ia hanya ingin ditemani.“Besok mungkin pas jam kerja, kebetulan proyek yang kemarin sudah selesai,” jawabnya akhirnya.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-12
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 7 Ultimatum

    Aidan membeku di tempatnya. Tatapannya terkunci pada sepasang suami istri paruh baya yang baru saja memasuki kafe. Wajah mereka begitu familier, ayah dan ibunya.Larissa, yang duduk di depannya, menyadari perubahan ekspresi Aidan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat pasangan tersebut berjalan mendekat. Detik itu juga, Larissa merapikan rambutnya dan memasang senyum terbaiknya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari Nyonya Ratna, ibu Aidan.“Aidan.” Suara berat ayahnya, Pak Surya, terdengar tegas, nyaris tanpa emosi.Aidan berdiri, menelan ludah dengan susah payah. “Papa … Mama … kok bisa ada di sini?”“Mana Rania?” Nyonya Ratna melirik Larissa, lalu menatap putranya dengan dingin. “Mama mau ngomong sama kamu.”Larissa yang menyadari situasinya, mencoba bersikap ramah. “Tante, Om … apa kabar?” Ia mengulurkan tangan, tetapi tidak mendapat tanggapan dari orang tua Aidan. “Larissa, kamu pulang dulu,” bisik Aidan berusaha menyelamatkan wajah Larissa. Ia tahu, ini bukan saatn

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-13
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 8 Terbakar

    Beberapa bulan menikahi Rania, Aidan tidak pernah menganggap wanita itu sebagai seseorang yang patut diperhatikan. Pernikahan mereka hanya sekadar formalitas dan ia tidak pernah merasa perlu memperhatikan kebiasaan atau tindak-tanduk istrinya itu. Namun, setelah ia kepergok jalan dengan Larissa oleh orang tuanya, mau tidak mau ia mulai menjalankan peran. Semua terjadi agar ia tidak dicoret dari kartu keluarga dan warisan sang kakek tetap jatuh ke tangannya. Pagi itu, ketika Rania tengah sarapan, Aidan duduk di seberang dengan secangkir kopi. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap gerakan wanita itu. Rania tampak sibuk menuangkan teh ke dalam cangkir, kemudian meniup pelan sebelum menyesapnya. Ekspresi menikmati setiap tegukan. Rambutnya diikat asal, beberapa helai jatuh di sisi wajah, memberikan kesan santai, tetapi tetap anggun. Aidan mengerutkan kening. Mengapa baru sekarang ia menyadari detail itu? Kenyataan wanita di hadapannya lebih cantik dari Larissa. “Kenapa dari tadi ngeli

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-26
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 9 Istriku

    Sore itu, Rania tiba lebih dulu di restoran yang telah disepakati bersama Reza. Rencana makan siang mereka gagal karena Reza harus meeting kembali dengan salah satu stafnya. Namun, pria itu tidak pernah ingkar janji, ia akhirnya mengajak Rania untuk makan malam.Reza memesan meja di dekat jendela. Dari sana Rania bisa menikmati pemandangan lampu kota yang mulai menyala. Ia merasa tenang karena bisa melepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus Rania gunakan harus menyiapkan amunisi untuk mengahadapi Aidan ketika pulang nanti.Beberapa menit kemudian, Reza datang dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku seperti tadi pagi. Tidak ada yang berubah bahkan setelah seharian disibukan dengan pekerjaan. Penampilan Reza selalu rapi dan menawan. Ia tersenyum ramah seperti biasa ketika melihat Rania."Udah lama nunggu?" tanyanya sambil menarik kursi di hadapan Rania.Rania menggeleng. "Enggak, baru sampai juga."Reza membuka menu dan menatap Rania dengan santai. "Hari ini aku y

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 10 Aneh

    Setiba di rumah, Rania memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Aidan masih di ruang tengah, mondar-mandir tak jelas. Setelah percakapan mereka di mobil, suasana menjadi canggung. Mereka tak lagi saling bicara, padahal biasanya pun seperti itu. Namun, kali ini suasana itu membuat Aidan tidak nyaman. “Aidan rese, nyebelin!” umpat Rania dari balik selimut saat mengingat kejadian di mobil tadi. “Eh, tapi aku jadi ada ide buat ngerjain dia.” Ekspresi yang semua kesal berubah dengan ditariknya sudut sebelah bibirnya.Subuh-subuh buta saat Rania masih bergelung di dalam selimut, pintu kamarnya diketuk Aidan keras. Rania terbangun karena suara tersebut dan berjalan gontai menghampiri suaminya yang terus mengetuk tidak sabaran.“Apa?” tanya Rania dengan wajah mengantuk."Aku lapar, bikinin aku sarapan."“What?” Mata yang masih setengah terpejam tadi, melotot seketika."Aku mau sarapan. Buatin telur dadar sama roti bakar, ya. Pake keju. Sama kopi."Rania menghela napas. “Kamu gak lihat sekara

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 11 Kejutan

    Belum sempat Rania bertanya lebih lanjut, suara itu membuat rasa penasaran Rania pupus. Bahkan saat ia ingin tahu, pria itu sudah memutus panggilan tersebut.“Tamu spesial? Kok kamu jahat banget sama aku, Dan. Kan, aku bilang jangan bawa wanita itu ke rumah, sesulit itukah?” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia sama sekali tidak beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan mengabaikan permintaan Aidan. Jika makanannya untuk wanita itu, sungguh ia tidak terima. Dengan perasaan jengkel Rania akhirnya tertidur. Di lain sisi, Aidan yang sedang bersama Larrisa tampak gelisah. Pria itu terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia menatap bilik tempat wanita yang sejak semalam merengkek minta dibelikan pakaian. “Gimana?” tanya wanita yang baru keluar dari fitting room dengan memakai dress merah potongan midi length dengan potongan leher berbentuk sweetheart dan belahan tinggi di bagian depan. Aidan terkesima, wanita di hadapannya tampak anggun berkali-k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12

บทล่าสุด

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 11 Kejutan

    Belum sempat Rania bertanya lebih lanjut, suara itu membuat rasa penasaran Rania pupus. Bahkan saat ia ingin tahu, pria itu sudah memutus panggilan tersebut.“Tamu spesial? Kok kamu jahat banget sama aku, Dan. Kan, aku bilang jangan bawa wanita itu ke rumah, sesulit itukah?” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia sama sekali tidak beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan mengabaikan permintaan Aidan. Jika makanannya untuk wanita itu, sungguh ia tidak terima. Dengan perasaan jengkel Rania akhirnya tertidur. Di lain sisi, Aidan yang sedang bersama Larrisa tampak gelisah. Pria itu terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia menatap bilik tempat wanita yang sejak semalam merengkek minta dibelikan pakaian. “Gimana?” tanya wanita yang baru keluar dari fitting room dengan memakai dress merah potongan midi length dengan potongan leher berbentuk sweetheart dan belahan tinggi di bagian depan. Aidan terkesima, wanita di hadapannya tampak anggun berkali-k

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 10 Aneh

    Setiba di rumah, Rania memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Aidan masih di ruang tengah, mondar-mandir tak jelas. Setelah percakapan mereka di mobil, suasana menjadi canggung. Mereka tak lagi saling bicara, padahal biasanya pun seperti itu. Namun, kali ini suasana itu membuat Aidan tidak nyaman. “Aidan rese, nyebelin!” umpat Rania dari balik selimut saat mengingat kejadian di mobil tadi. “Eh, tapi aku jadi ada ide buat ngerjain dia.” Ekspresi yang semua kesal berubah dengan ditariknya sudut sebelah bibirnya.Subuh-subuh buta saat Rania masih bergelung di dalam selimut, pintu kamarnya diketuk Aidan keras. Rania terbangun karena suara tersebut dan berjalan gontai menghampiri suaminya yang terus mengetuk tidak sabaran.“Apa?” tanya Rania dengan wajah mengantuk."Aku lapar, bikinin aku sarapan."“What?” Mata yang masih setengah terpejam tadi, melotot seketika."Aku mau sarapan. Buatin telur dadar sama roti bakar, ya. Pake keju. Sama kopi."Rania menghela napas. “Kamu gak lihat sekara

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 9 Istriku

    Sore itu, Rania tiba lebih dulu di restoran yang telah disepakati bersama Reza. Rencana makan siang mereka gagal karena Reza harus meeting kembali dengan salah satu stafnya. Namun, pria itu tidak pernah ingkar janji, ia akhirnya mengajak Rania untuk makan malam.Reza memesan meja di dekat jendela. Dari sana Rania bisa menikmati pemandangan lampu kota yang mulai menyala. Ia merasa tenang karena bisa melepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus Rania gunakan harus menyiapkan amunisi untuk mengahadapi Aidan ketika pulang nanti.Beberapa menit kemudian, Reza datang dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku seperti tadi pagi. Tidak ada yang berubah bahkan setelah seharian disibukan dengan pekerjaan. Penampilan Reza selalu rapi dan menawan. Ia tersenyum ramah seperti biasa ketika melihat Rania."Udah lama nunggu?" tanyanya sambil menarik kursi di hadapan Rania.Rania menggeleng. "Enggak, baru sampai juga."Reza membuka menu dan menatap Rania dengan santai. "Hari ini aku y

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 8 Terbakar

    Beberapa bulan menikahi Rania, Aidan tidak pernah menganggap wanita itu sebagai seseorang yang patut diperhatikan. Pernikahan mereka hanya sekadar formalitas dan ia tidak pernah merasa perlu memperhatikan kebiasaan atau tindak-tanduk istrinya itu. Namun, setelah ia kepergok jalan dengan Larissa oleh orang tuanya, mau tidak mau ia mulai menjalankan peran. Semua terjadi agar ia tidak dicoret dari kartu keluarga dan warisan sang kakek tetap jatuh ke tangannya. Pagi itu, ketika Rania tengah sarapan, Aidan duduk di seberang dengan secangkir kopi. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap gerakan wanita itu. Rania tampak sibuk menuangkan teh ke dalam cangkir, kemudian meniup pelan sebelum menyesapnya. Ekspresi menikmati setiap tegukan. Rambutnya diikat asal, beberapa helai jatuh di sisi wajah, memberikan kesan santai, tetapi tetap anggun. Aidan mengerutkan kening. Mengapa baru sekarang ia menyadari detail itu? Kenyataan wanita di hadapannya lebih cantik dari Larissa. “Kenapa dari tadi ngeli

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 7 Ultimatum

    Aidan membeku di tempatnya. Tatapannya terkunci pada sepasang suami istri paruh baya yang baru saja memasuki kafe. Wajah mereka begitu familier, ayah dan ibunya.Larissa, yang duduk di depannya, menyadari perubahan ekspresi Aidan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat pasangan tersebut berjalan mendekat. Detik itu juga, Larissa merapikan rambutnya dan memasang senyum terbaiknya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari Nyonya Ratna, ibu Aidan.“Aidan.” Suara berat ayahnya, Pak Surya, terdengar tegas, nyaris tanpa emosi.Aidan berdiri, menelan ludah dengan susah payah. “Papa … Mama … kok bisa ada di sini?”“Mana Rania?” Nyonya Ratna melirik Larissa, lalu menatap putranya dengan dingin. “Mama mau ngomong sama kamu.”Larissa yang menyadari situasinya, mencoba bersikap ramah. “Tante, Om … apa kabar?” Ia mengulurkan tangan, tetapi tidak mendapat tanggapan dari orang tua Aidan. “Larissa, kamu pulang dulu,” bisik Aidan berusaha menyelamatkan wajah Larissa. Ia tahu, ini bukan saatn

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 6 Pura-pura Peduli

    Brukk!Suara keras dari kamar sebelah membuat Rania tersentak. Ia mengerutkan kening dan menoleh ke arah pintu. Jantungnya berdebar tak menentu, antara kaget dan penasaran. Apa itu Aidan? Sedang apa dia? “Ada apa, Mas?” tanya Rania, masih memegang ponselnya.“Hm? Suara apa tadi?” Reza juga mendengar suara benturan itu dari telepon.Rania menggeleng pelan meski tahu Reza tidak bisa melihatnya. “Enggak tahu, Mas, mungkin dari kamar sebelah.”“Oh, sepupumu yang dulu sering kamu ceritakan?” tanya Reza.“Eh, iya, Mas, itu sepupuku.” Raina berusaha menyembunyikan kebenaran tentang pernikahannya.Reza tertawa kecil di seberang sana. “Jadi, kapan kita bisa bisa bahas proyek ini?”Rania melirik jam di ponselnya. Sudah hampir pukul sebelas malam. Ia seharusnya menolak atau setidaknya meminta waktu lain, tetapi … pikirannya terasa buntu, ada sesuatu yang mengusik perasaannya. Ia hanya ingin ditemani.“Besok mungkin pas jam kerja, kebetulan proyek yang kemarin sudah selesai,” jawabnya akhirnya.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 5 : Debaran Aneh

    Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

    Bab 4 Seseorang Dari Masa LaluSetelah insiden pagi itu, Rania baru keluar kamar menjelang sore. Itu pun terpaksa karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Rumah itu terasa sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aidan, apalagi Larissa. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya setelah ia berlari ke kamar karena mendengar ucapan Larissa yang sangat klise dan berhasil membuatnya cekikikan di kamar.Rania menuju dapur dan mulai menyiapkan makan malam. Ia berencana akan membuat steak ayam crispy kesukaannya. Makanan mudah dan simpel yang sering ia buat saat di rumah bibi. Saat membuka kulkas, ia mendesah kecewa. Tidak banyak bahan tersisa di kulkas itu. Hanya ada beberapa telur, seikat sayuran, dan kornet. Mau tak mau ia pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng lagi. “Besok harus belanja, biar aku ga mati kelaparan di rumah ini,” gumamnya dengan nada kesal.Saat hidangan sudah siap, terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Rania sudah bisa menebak, itu pasti Aidan.“Oh

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 3 Tamu Tak Diundang

    Suara langkah Aidan terdengar beradu dengan lantai. Pintu kamar itu masih tertutup, tiba-tiba menyusup perasaan aneh ke dalam dirinya. Bukan kepedulian, bukan juga rasa khawatir, tetapi lebih kepada dorongan tak terjelaskan yang membuatnya ingin tahu apa yang terjadi dengan gadis yang kemarin ia nikahi.Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Aidan sempat ragu. Namun, hanya sepersekian detik, ia pun mendorong pintu perlahan.Cahaya kamar temaram. Rania duduk di lantai, di dekat meja rias. Di sekelilingnya, beberapa benda berserakan. Aidan memperhatikan wajahnya yang pucat, matanya menatap lurus ke satu benda yang ada di tangannya. “Kamu kenapa?” tanya Aidan yang penasaran dengan apa yang Rania lakukan.Gadis itu buru-buru menyembunyikan benda yang tadi dipegangnya, dan berdiri. Saat ia berdiri terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Rania. Ia memijat kakinya perlahan. “Ada apa?” tanya Aidan sekali lagi.“Ah, tidak apa-apa tadi aku mau menyimpan pakaianku di dalam lemari, tapi

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status