Home / Rumah Tangga / Istri Bayangan Tuan Arogan / Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

Share

Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

Author: Miss han
last update Last Updated: 2025-03-10 14:12:00

Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

Setelah insiden pagi itu, Rania baru keluar kamar menjelang sore. Itu pun terpaksa karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Rumah itu terasa sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aidan, apalagi Larissa. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya setelah ia berlari ke kamar karena mendengar ucapan Larissa yang sangat klise dan berhasil membuatnya cekikikan di kamar.

Rania menuju dapur dan mulai menyiapkan makan malam. Ia berencana akan membuat steak ayam crispy kesukaannya. Makanan mudah dan simpel yang sering ia buat saat di rumah bibi. Saat membuka kulkas, ia mendesah kecewa. Tidak banyak bahan tersisa di kulkas itu. Hanya ada beberapa telur, seikat sayuran, dan kornet. Mau tak mau ia pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng lagi.

“Besok harus belanja, biar aku ga mati kelaparan di rumah ini,” gumamnya dengan nada kesal.

Saat hidangan sudah siap, terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Rania sudah bisa menebak, itu pasti Aidan.

“Oh dia pulang, pantes sepi dari tadi,” celetuk Rania sambil menuangkan nasi goreng ke piringnya.

Rania berusaha menikmati makanannya dengan tenang, meski telinganya melebar untuk menangkap suara langkah kaki yang kian mendekat. Sebuah kotak kopi dan makanan diletakkan seseorang di hadapannya.

Tanpa bertanya Rania menatap Aidan yang kini sudah duduk di hadapannya.

“Kopi untukmu,” jawab Aidan.

Dahi Rania mengernyit. Mimpi apa ia semalam, pria yang beberapa malam lalu menyuruhnya tanda tangan kontrak pernikahan, kini berbuat baik.

“Gak ada racunnya!” ucap Aidan kesal melihat ekspresi wajah Rania yang ragu.

Hal yang mengejutkannya lagi adalah sebuah kartu tipis berwarna hitam diangsurkan Aidan di depan Rania.

“Pakailah sesukamu. Meski pernikahan ini tidak aku kehendaki, tapi aku tidak mau membuatmu kesulitan apalagi kelaparan dengan makan nasi goreng terus-terusan.” Mata Aidan melirik ke piring Rania yang makan dengan menu yang sama dengan sarapan pagi tadi.

Setelah mengucapkan hal itu, Aidan beranjak pergi ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Rania.

“Siapa dia? Dia pikir aku bisa disogok kopi dan kartu ATM kayak gini. Gini-gini aku juga punya penghasilan, meski enggak sebesar dia. Jadi laki-laki, kok, sombong banget!”

***

Keesokan harinya Aidan sudah siap berangkat kerja saat ia baru keluar kamar pintu kamar sebelahnya pun terbuka. Rania dengan stelan kerjanya juga sudah siap untuk memulai hari.

“Mau kemana?” tanya Aidan.

“Bukannya kita tidak boleh kepo sama urusan masing-masing, ya?” cibir Rania.

Aidan mendengkus kesal dan Rania tertawa bahagia dalam hati. Ia pun melewati Aidan turun ke bawah terlebih dahulu membuat pria itu makin kesal.

Saat Rania memakai sepatu, Aidan terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Rania yang hendak masuk ke mobil tersebut, kesulitan saat pintunya masih terkunci. Ia pun mengetuk pintu mobil Aidan dan pemiliknya menurunkan kaca mobil.

“Bukannya kita harus mengurus urusan masing-masing, ya?” Aidan terkekeh, lalu meninggalkan Rania yang bengong dibalas bagitu.

“Jangan lupa kunci pintu pagar,” imbuh Aidan sebelum mobil melaju pergi.

“Menyebalkan,” sungut Rania. Ia pun segera memesan ojek online agar tidak terlambat.

Rania tiba di kantor dengan selamat ia berjalan menuju lift dengan ringan. Di dalam lift, iamenatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya tampak lebih segar setelah beberapa hari menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya sebagai istri Aidan atau lebih tepatnya, rekan kontrak Aidan. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mulai hari ini ia akan menerima pernikahan ini meski nanti pada akhirnya harus menjadi janda.

Hari ini, Rania kembali bekerja setelah cuti menikah. Perusahaan tempatnya bekerja adalah salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang makanan, khususnya produksi bahan-bahan organik dan olahan sehat. Rania bekerja sebagai analis produk, bertanggung jawab dalam riset dan pengembangan. Dunia kuliner selalu menjadi minatnya, dan pekerjaan ini memberinya kesempatan untuk tetap dekat dengan hal yang ia cintai yaitu makanan.

Saat tiba di lantai tujuh, pintu lift terbuka, memperlihatkan ruangan kantor yang familiar. Beberapa rekan kerja menoleh ke arahnya dan tersenyum ramah.

“Cie, pengantin baru, akhirnya masuk juga,” celetuk Tia, rekan sekantornya yang langsung menyambut dengan antusias. “Gimana-gimana bulan madunya?”

Rania terkekeh kecil, meski dalam hati ia merasa getir. “Bulan madu? Enggak ada, aku langsung balik ke rumah.”

“Ya ampun, serius?” Tia mengerutkan kening. “Kamu nikah diam-diam, nggak ngundang siapa pun, terus langsung pulang ke rumah? Kok, terdengar aneh?”

Rania hanya tersenyum tipis, “Enggak ada yang aneh. Daripada buat honeymoon mending buat biaya hidup, kan?” jawab Rania sekenanya.

Sebenarnya tidak ada yang sulit bagi Aidan untuk membawanya berbulan madu, jika mereka menikah karena cinta. Kenyataannya tidak seperti itu, Rania cukup sadar diri, jadi ia pun tidak akan berharap banyak. Untungnya, percakapan mereka terhenti saat seorang staf HRD datang dan mengumumkan bahwa ada perkenalan dengan bos baru pagi itu.

Rania duduk di ruang konferensi bersama rekan-rekannya. Ia mengedarkan pandangan, merasa agak penasaran dengan sosok yang akan memimpin perusahaan itu. CEO yang dulu baru saja pensiun dan posisi itu diganti oleh seseorang yang baru direkrut perusahaan induk. Saat pintu terbuka, semua orang refleks menoleh ke satu sumber.

Seorang pria tinggi dengan jas rapi melangkah masuk penuh percaya diri. Rambutnya hitam pekat, ditata rapi, dan matanya tajam, tapi terasa sangat ramah. Senyumnya mencerminkan kehangatan juga wibawa. Rania terkejut bukan main.

“Perkenalkan, saya Reza. Mulai hari ini, saya akan memimpin tim di sini.”

Dunia seperti berputar lebih lambat bagi Rania. Reza? Seseorang yang ia kenal dua tahun lalu dan menghilang tiba-tiba.

Reza menatap sekilas ke arah Rania dan sedikit terkejut, tetapi ia segera menguasai ekspresinya.

“Senang bisa bekerja ditempatkan bersama kalian semua,” lanjutnya. “Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik.”

Rania merasakan jantungnya berdebar. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Reza lagi dalam situasi seperti ini.

Seusai pertemuan, Rania masih termenung di meja kerjanya saat suara berat menyapanya.

“Loe kenapa, Ran?”tanya Tia yang penasaran melihat Rania terdiam bukan bekerja. “Jangan bilang loe kangen suami?”

Rania melempar Tia dengan tisu yang dibentuk seperti bola.” Gak ada begituan, Tia.”

“Tapi biasanya, kan gitu, ya, Bu Ana. Kan, pengantin baru,” goda Tia dan berhasil menimbulkan gelak tawa ruangan itu yang hanya berisi beberapa orang. Rania hanya menggeleng, ia sudah terbiasa dengan tingkah Tia dan rekan-rekannya di kantor.

“Mbak Rania, Pak Reza minta berkas produk makanan yang akan kita lauching bulan depan. Mbak juga diminta untuk mempresentasikan. Bos kita belum paham katanya.” Suara Bu Reni, sekertaris Reza, menyelamatkan dari rekan-rekannya.

“Baik Bu, aku ke sana.”

Rania segera mengambil tumpukan kertas dan membawa ke ruangan Reza. Ia mengetuk pintu perlahan dan masuk setelah terdengar suara seseorang mempersilakan dari dalam.

“Kata, Bu Ana, Bapak minta saya untuk mempresentasikan produk baru kita?” tanya Rania gugup.

Pria di hadapannya menggeleng sambil tersenyum. “Apa kabar kamu, Ran?”

“Ya, Pak?” Rania terkejut ketika Reza berubah santai padanya.

“Saya hanya mau menyapamu. Produk ini saya sudah paham.”

“Oh, maaf, Pak. Kabar saya baik,” jawab Rania sambil berusaha tersenyum.

“Kalau sedang berdua, enggak usah pakai Pak. Kamu apa kabar?” Ulang Reza.

“Saya baik, Mas. Mas Reza apa kabar?” Rania berusaha bersikap senormal mungkin.

“Baik.” Suasana berubah canggung. “Lama nggak ketemu.”

Rania tersenyum kecil. “Iya, sudah dua tahun.”

“Aku senang kamu masih ingat aku.” Reza terkekeh. “Aku hampir nggak percaya tadi kalau itu kamu.”

Rania mengangguk. “Sama, aku juga nggak nyangka, Mas.”

Reza menyandarkan tangannya ke meja. “Gimana rasanya kerja di sini? Aku ingat kamu suka masak, waktu itu kamu sangat antusias di kelas.”

Rania tersenyum, merasa sedikit lebih nyaman. “Iya, aku memang suka dunia kuliner, Mas.”

Mereka berbincang sejenak sebelum Reza mendapat telepon dan meminta Rania kembali ke ruangannya. Namun, perasaan Rania masih tidak menentu. Ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Reza adalah bosnya sekarang. Kini, ia juga harus bisa mengabaikan rasa nyaman yang tiba-tiba muncul dalam hatinya. Rasa yang sama dengan dua tahun lalu.

**

Malam harinya, Rania sedang merapikan bahan masakan di dapur ketika suara pintu depan terbuka. Aidan pulang. Tanpa menoleh, Rania tetap fokus pada pekerjaannya. Ia mengaduk adonan di dalam mangkuk, mencium aroma vanila yang menguar dari bahan-bahan yang ia campurkan.

Aidan berjalan melewati dapur tanpa mengucapkan apapun, tetapi tiba-tiba ia berhenti.

“Kamu buat apa?” tanyanya akhirnya.

“Kue,” jawab Rania singkat.

Aidan mengernyit. “Malam-malam begini?”

Rania menoleh dan menatap Aidan dengan santai. “Memangnya ada peraturan dalam kontrak yang melarangku memasak malam-malam?”

Aidan mendecak pelan, lalu berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol air.

Tiba-tiba ponsel Aidan berdering. Nama “Larissa” terpampang di layar.

Rania menunduk, berpura-pura sibuk dengan adonannya, meski telinganya menangkap setiap nada dalam percakapan Aidan.

“Aku di rumah,” ucap Aidan datar.

“Kamu nggak mau ketemu aku?” Suara Larissa terdengar samar oleh Rania.

Rania menggigit bibirnya, mencoba tidak peduli. Dalam hati ia bergumam, “Gatel!”

“Aku sibuk, Larissa,” balas Aidan, lalu menutup panggilan tanpa banyak basa-basi.

Rania berpura-pura tidak mendengar, tetapi perasaan aneh menyelusup ke dalam dadanya. Bibirnya mulai mengikuti ucapan Aidan barusan dan berhasil ditangkap mata pria itu.

“Kamu mencibirku?” tanya Aidan tiba-tiba.

“Siapa? Aku? Enggak!” elak Rania.

“Itu tadi bibirmu kenapa miring-miring begitu? Bilang saja kamu mengejekku!” Aidan tidak mau kalah.

“Jangan kepedean, Aidan! Orang aku lagi nyanyi, kok!” Rania berusaha mendelik agar terlihat garang.

Aidan yang tidak terima mencoba mendekati Rania untuk memberi pelajaran. Namun naas, kakinya tersandung keset yang tadi digunakan Rania mengelap air yang tumpah. Aidan terjatuh dan menubruk Rania yang membuat adonan di tangannya terlepas.

Keduanya terdiam saat sesuatu yang kenyal beradu. Mata Rania mendelik, ia ingin mendorong Aidan, tetapi tangannya seperti ditahan sesuatu. Dari bawah ia bisa melihat jelas mata Aidan. Pria di atasnya juga diam tidak ada pergerakan.

“Kalian!” Suara terkejut seseorang membuat Rania mendorong Aidan kuat hingga tubuh pria itu terbentur meja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 5 : Debaran Aneh

    Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran

    Last Updated : 2025-03-11
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 6 Pura-pura Peduli

    Brukk!Suara keras dari kamar sebelah membuat Rania tersentak. Ia mengerutkan kening dan menoleh ke arah pintu. Jantungnya berdebar tak menentu, antara kaget dan penasaran. Apa itu Aidan? Sedang apa dia? “Ada apa, Mas?” tanya Rania, masih memegang ponselnya.“Hm? Suara apa tadi?” Reza juga mendengar suara benturan itu dari telepon.Rania menggeleng pelan meski tahu Reza tidak bisa melihatnya. “Enggak tahu, Mas, mungkin dari kamar sebelah.”“Oh, sepupumu yang dulu sering kamu ceritakan?” tanya Reza.“Eh, iya, Mas, itu sepupuku.” Raina berusaha menyembunyikan kebenaran tentang pernikahannya.Reza tertawa kecil di seberang sana. “Jadi, kapan kita bisa bisa bahas proyek ini?”Rania melirik jam di ponselnya. Sudah hampir pukul sebelas malam. Ia seharusnya menolak atau setidaknya meminta waktu lain, tetapi … pikirannya terasa buntu, ada sesuatu yang mengusik perasaannya. Ia hanya ingin ditemani.“Besok mungkin pas jam kerja, kebetulan proyek yang kemarin sudah selesai,” jawabnya akhirnya.

    Last Updated : 2025-03-12
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 7 Ultimatum

    Aidan membeku di tempatnya. Tatapannya terkunci pada sepasang suami istri paruh baya yang baru saja memasuki kafe. Wajah mereka begitu familier, ayah dan ibunya.Larissa, yang duduk di depannya, menyadari perubahan ekspresi Aidan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat pasangan tersebut berjalan mendekat. Detik itu juga, Larissa merapikan rambutnya dan memasang senyum terbaiknya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari Nyonya Ratna, ibu Aidan.“Aidan.” Suara berat ayahnya, Pak Surya, terdengar tegas, nyaris tanpa emosi.Aidan berdiri, menelan ludah dengan susah payah. “Papa … Mama … kok bisa ada di sini?”“Mana Rania?” Nyonya Ratna melirik Larissa, lalu menatap putranya dengan dingin. “Mama mau ngomong sama kamu.”Larissa yang menyadari situasinya, mencoba bersikap ramah. “Tante, Om … apa kabar?” Ia mengulurkan tangan, tetapi tidak mendapat tanggapan dari orang tua Aidan. “Larissa, kamu pulang dulu,” bisik Aidan berusaha menyelamatkan wajah Larissa. Ia tahu, ini bukan saatn

    Last Updated : 2025-03-13
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 8 Terbakar

    Beberapa bulan menikahi Rania, Aidan tidak pernah menganggap wanita itu sebagai seseorang yang patut diperhatikan. Pernikahan mereka hanya sekadar formalitas dan ia tidak pernah merasa perlu memperhatikan kebiasaan atau tindak-tanduk istrinya itu. Namun, setelah ia kepergok jalan dengan Larissa oleh orang tuanya, mau tidak mau ia mulai menjalankan peran. Semua terjadi agar ia tidak dicoret dari kartu keluarga dan warisan sang kakek tetap jatuh ke tangannya. Pagi itu, ketika Rania tengah sarapan, Aidan duduk di seberang dengan secangkir kopi. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap gerakan wanita itu. Rania tampak sibuk menuangkan teh ke dalam cangkir, kemudian meniup pelan sebelum menyesapnya. Ekspresi menikmati setiap tegukan. Rambutnya diikat asal, beberapa helai jatuh di sisi wajah, memberikan kesan santai, tetapi tetap anggun. Aidan mengerutkan kening. Mengapa baru sekarang ia menyadari detail itu? Kenyataan wanita di hadapannya lebih cantik dari Larissa. “Kenapa dari tadi ngeli

    Last Updated : 2025-03-26
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 9 Istriku

    Sore itu, Rania tiba lebih dulu di restoran yang telah disepakati bersama Reza. Rencana makan siang mereka gagal karena Reza harus meeting kembali dengan salah satu stafnya. Namun, pria itu tidak pernah ingkar janji, ia akhirnya mengajak Rania untuk makan malam.Reza memesan meja di dekat jendela. Dari sana Rania bisa menikmati pemandangan lampu kota yang mulai menyala. Ia merasa tenang karena bisa melepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus Rania gunakan harus menyiapkan amunisi untuk mengahadapi Aidan ketika pulang nanti.Beberapa menit kemudian, Reza datang dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku seperti tadi pagi. Tidak ada yang berubah bahkan setelah seharian disibukan dengan pekerjaan. Penampilan Reza selalu rapi dan menawan. Ia tersenyum ramah seperti biasa ketika melihat Rania."Udah lama nunggu?" tanyanya sambil menarik kursi di hadapan Rania.Rania menggeleng. "Enggak, baru sampai juga."Reza membuka menu dan menatap Rania dengan santai. "Hari ini aku y

    Last Updated : 2025-03-27
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 10 Aneh

    Setiba di rumah, Rania memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Aidan masih di ruang tengah, mondar-mandir tak jelas. Setelah percakapan mereka di mobil, suasana menjadi canggung. Mereka tak lagi saling bicara, padahal biasanya pun seperti itu. Namun, kali ini suasana itu membuat Aidan tidak nyaman. “Aidan rese, nyebelin!” umpat Rania dari balik selimut saat mengingat kejadian di mobil tadi. “Eh, tapi aku jadi ada ide buat ngerjain dia.” Ekspresi yang semua kesal berubah dengan ditariknya sudut sebelah bibirnya.Subuh-subuh buta saat Rania masih bergelung di dalam selimut, pintu kamarnya diketuk Aidan keras. Rania terbangun karena suara tersebut dan berjalan gontai menghampiri suaminya yang terus mengetuk tidak sabaran.“Apa?” tanya Rania dengan wajah mengantuk."Aku lapar, bikinin aku sarapan."“What?” Mata yang masih setengah terpejam tadi, melotot seketika."Aku mau sarapan. Buatin telur dadar sama roti bakar, ya. Pake keju. Sama kopi."Rania menghela napas. “Kamu gak lihat sekara

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 11 Kejutan

    Belum sempat Rania bertanya lebih lanjut, suara itu membuat rasa penasaran Rania pupus. Bahkan saat ia ingin tahu, pria itu sudah memutus panggilan tersebut.“Tamu spesial? Kok kamu jahat banget sama aku, Dan. Kan, aku bilang jangan bawa wanita itu ke rumah, sesulit itukah?” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia sama sekali tidak beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan mengabaikan permintaan Aidan. Jika makanannya untuk wanita itu, sungguh ia tidak terima. Dengan perasaan jengkel Rania akhirnya tertidur. Di lain sisi, Aidan yang sedang bersama Larrisa tampak gelisah. Pria itu terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia menatap bilik tempat wanita yang sejak semalam merengkek minta dibelikan pakaian. “Gimana?” tanya wanita yang baru keluar dari fitting room dengan memakai dress merah potongan midi length dengan potongan leher berbentuk sweetheart dan belahan tinggi di bagian depan. Aidan terkesima, wanita di hadapannya tampak anggun berkali-k

    Last Updated : 2025-04-12
  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 1 Pernikahan Hitam

    Bibir Rania terasa kering. Tangannya menggenggam erat kain gaun putih yang menjuntai di pangkuannya. Di ruangan itu, suara lantang penghulu menggema, diikuti dengan desiran pelan dari para tamu yang menahan napas.Di sampingnya, Aidan duduk tegak, mengenakan jas hitam dengan wajah tanpa ekspresi."Ijab qabul akan segera dilaksanakan," kata penghulu.Rania menunduk. Ini benar-benar terjadi.Ia mengeraskan hatinya. Tidak boleh ada keraguan. Tidak boleh ada penyesalan."Aidan Ramadhani bin Fadhlurrahman," suara penghulu terdengar lagi, mantap dan jelas. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Rania Amara binti Firdaus dengan mahar seperangkat alat salat dan emas 500 gram, dibayar tunai."Hening sejenak.Lalu, suara berat itu terdengar."Saya terima nikahnya Rania Amara binti Firdaus dengan mahar tersebut, tunai."Gema sah dari para saksi menggetarkan ruangan. Rania mengangkat wajah, mencoba menangkap perubahan sekecil apa pun di raut wajah Aidan. Namun, pria itu tetap dingin, seolah ap

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 11 Kejutan

    Belum sempat Rania bertanya lebih lanjut, suara itu membuat rasa penasaran Rania pupus. Bahkan saat ia ingin tahu, pria itu sudah memutus panggilan tersebut.“Tamu spesial? Kok kamu jahat banget sama aku, Dan. Kan, aku bilang jangan bawa wanita itu ke rumah, sesulit itukah?” ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.Ia sama sekali tidak beranjak ke dapur untuk membuat makanan dan mengabaikan permintaan Aidan. Jika makanannya untuk wanita itu, sungguh ia tidak terima. Dengan perasaan jengkel Rania akhirnya tertidur. Di lain sisi, Aidan yang sedang bersama Larrisa tampak gelisah. Pria itu terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali ia menatap bilik tempat wanita yang sejak semalam merengkek minta dibelikan pakaian. “Gimana?” tanya wanita yang baru keluar dari fitting room dengan memakai dress merah potongan midi length dengan potongan leher berbentuk sweetheart dan belahan tinggi di bagian depan. Aidan terkesima, wanita di hadapannya tampak anggun berkali-k

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 10 Aneh

    Setiba di rumah, Rania memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Aidan masih di ruang tengah, mondar-mandir tak jelas. Setelah percakapan mereka di mobil, suasana menjadi canggung. Mereka tak lagi saling bicara, padahal biasanya pun seperti itu. Namun, kali ini suasana itu membuat Aidan tidak nyaman. “Aidan rese, nyebelin!” umpat Rania dari balik selimut saat mengingat kejadian di mobil tadi. “Eh, tapi aku jadi ada ide buat ngerjain dia.” Ekspresi yang semua kesal berubah dengan ditariknya sudut sebelah bibirnya.Subuh-subuh buta saat Rania masih bergelung di dalam selimut, pintu kamarnya diketuk Aidan keras. Rania terbangun karena suara tersebut dan berjalan gontai menghampiri suaminya yang terus mengetuk tidak sabaran.“Apa?” tanya Rania dengan wajah mengantuk."Aku lapar, bikinin aku sarapan."“What?” Mata yang masih setengah terpejam tadi, melotot seketika."Aku mau sarapan. Buatin telur dadar sama roti bakar, ya. Pake keju. Sama kopi."Rania menghela napas. “Kamu gak lihat sekara

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 9 Istriku

    Sore itu, Rania tiba lebih dulu di restoran yang telah disepakati bersama Reza. Rencana makan siang mereka gagal karena Reza harus meeting kembali dengan salah satu stafnya. Namun, pria itu tidak pernah ingkar janji, ia akhirnya mengajak Rania untuk makan malam.Reza memesan meja di dekat jendela. Dari sana Rania bisa menikmati pemandangan lampu kota yang mulai menyala. Ia merasa tenang karena bisa melepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus Rania gunakan harus menyiapkan amunisi untuk mengahadapi Aidan ketika pulang nanti.Beberapa menit kemudian, Reza datang dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku seperti tadi pagi. Tidak ada yang berubah bahkan setelah seharian disibukan dengan pekerjaan. Penampilan Reza selalu rapi dan menawan. Ia tersenyum ramah seperti biasa ketika melihat Rania."Udah lama nunggu?" tanyanya sambil menarik kursi di hadapan Rania.Rania menggeleng. "Enggak, baru sampai juga."Reza membuka menu dan menatap Rania dengan santai. "Hari ini aku y

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 8 Terbakar

    Beberapa bulan menikahi Rania, Aidan tidak pernah menganggap wanita itu sebagai seseorang yang patut diperhatikan. Pernikahan mereka hanya sekadar formalitas dan ia tidak pernah merasa perlu memperhatikan kebiasaan atau tindak-tanduk istrinya itu. Namun, setelah ia kepergok jalan dengan Larissa oleh orang tuanya, mau tidak mau ia mulai menjalankan peran. Semua terjadi agar ia tidak dicoret dari kartu keluarga dan warisan sang kakek tetap jatuh ke tangannya. Pagi itu, ketika Rania tengah sarapan, Aidan duduk di seberang dengan secangkir kopi. Matanya tanpa sadar mengikuti setiap gerakan wanita itu. Rania tampak sibuk menuangkan teh ke dalam cangkir, kemudian meniup pelan sebelum menyesapnya. Ekspresi menikmati setiap tegukan. Rambutnya diikat asal, beberapa helai jatuh di sisi wajah, memberikan kesan santai, tetapi tetap anggun. Aidan mengerutkan kening. Mengapa baru sekarang ia menyadari detail itu? Kenyataan wanita di hadapannya lebih cantik dari Larissa. “Kenapa dari tadi ngeli

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 7 Ultimatum

    Aidan membeku di tempatnya. Tatapannya terkunci pada sepasang suami istri paruh baya yang baru saja memasuki kafe. Wajah mereka begitu familier, ayah dan ibunya.Larissa, yang duduk di depannya, menyadari perubahan ekspresi Aidan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat pasangan tersebut berjalan mendekat. Detik itu juga, Larissa merapikan rambutnya dan memasang senyum terbaiknya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari Nyonya Ratna, ibu Aidan.“Aidan.” Suara berat ayahnya, Pak Surya, terdengar tegas, nyaris tanpa emosi.Aidan berdiri, menelan ludah dengan susah payah. “Papa … Mama … kok bisa ada di sini?”“Mana Rania?” Nyonya Ratna melirik Larissa, lalu menatap putranya dengan dingin. “Mama mau ngomong sama kamu.”Larissa yang menyadari situasinya, mencoba bersikap ramah. “Tante, Om … apa kabar?” Ia mengulurkan tangan, tetapi tidak mendapat tanggapan dari orang tua Aidan. “Larissa, kamu pulang dulu,” bisik Aidan berusaha menyelamatkan wajah Larissa. Ia tahu, ini bukan saatn

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 6 Pura-pura Peduli

    Brukk!Suara keras dari kamar sebelah membuat Rania tersentak. Ia mengerutkan kening dan menoleh ke arah pintu. Jantungnya berdebar tak menentu, antara kaget dan penasaran. Apa itu Aidan? Sedang apa dia? “Ada apa, Mas?” tanya Rania, masih memegang ponselnya.“Hm? Suara apa tadi?” Reza juga mendengar suara benturan itu dari telepon.Rania menggeleng pelan meski tahu Reza tidak bisa melihatnya. “Enggak tahu, Mas, mungkin dari kamar sebelah.”“Oh, sepupumu yang dulu sering kamu ceritakan?” tanya Reza.“Eh, iya, Mas, itu sepupuku.” Raina berusaha menyembunyikan kebenaran tentang pernikahannya.Reza tertawa kecil di seberang sana. “Jadi, kapan kita bisa bisa bahas proyek ini?”Rania melirik jam di ponselnya. Sudah hampir pukul sebelas malam. Ia seharusnya menolak atau setidaknya meminta waktu lain, tetapi … pikirannya terasa buntu, ada sesuatu yang mengusik perasaannya. Ia hanya ingin ditemani.“Besok mungkin pas jam kerja, kebetulan proyek yang kemarin sudah selesai,” jawabnya akhirnya.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 5 : Debaran Aneh

    Rania tersentak ketika merasakan sesuatu menimpanya. Belum sempat memahami situasi, ia mendapati dirinya terbaring di lantai dapur, dengan tubuh Aidan menindihnya. Dunia seperti melambat sejenak. Aroma khas parfum Woody oud yang digunakan Aidan tercium memenuhi indera penciumannya, napasnya masih sedikit terengah akibat jatuh mendadak. Wajah mereka begitu dekat hingga Rania bisa melihat dengan jelas bulu mata Aidan yang tebal, tatapan matanya yang membulat karena keterkejutan, serta garis rahangnya yang menegang. Lalu, ia mulai merasakan kehangatan di bibirnya.Rania membeku. Napasnya tertahan. Begitu juga Aidan. Detik itu juga, kesadaran menghantam mereka berdua. Mereka tidak sengaja berciuman.“Kalian?” teriak seseorang. “Oh my God! Aidaaaa!” Suara nyaring itu memecah keheningan. Kali ini baik Aidan maupun Rania bisa menebak siapa yang datang dan mengejutkan mereka.Rania dan Aidan spontan menoleh ke arah pintu dapur. Larissa berdiri di sana, matanya membelalak, ekspresinya campuran

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 4 Seseorang Dari Masa Lalu

    Bab 4 Seseorang Dari Masa LaluSetelah insiden pagi itu, Rania baru keluar kamar menjelang sore. Itu pun terpaksa karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Rumah itu terasa sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aidan, apalagi Larissa. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya setelah ia berlari ke kamar karena mendengar ucapan Larissa yang sangat klise dan berhasil membuatnya cekikikan di kamar.Rania menuju dapur dan mulai menyiapkan makan malam. Ia berencana akan membuat steak ayam crispy kesukaannya. Makanan mudah dan simpel yang sering ia buat saat di rumah bibi. Saat membuka kulkas, ia mendesah kecewa. Tidak banyak bahan tersisa di kulkas itu. Hanya ada beberapa telur, seikat sayuran, dan kornet. Mau tak mau ia pun akhirnya memutuskan membuat nasi goreng lagi. “Besok harus belanja, biar aku ga mati kelaparan di rumah ini,” gumamnya dengan nada kesal.Saat hidangan sudah siap, terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Rania sudah bisa menebak, itu pasti Aidan.“Oh

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 3 Tamu Tak Diundang

    Suara langkah Aidan terdengar beradu dengan lantai. Pintu kamar itu masih tertutup, tiba-tiba menyusup perasaan aneh ke dalam dirinya. Bukan kepedulian, bukan juga rasa khawatir, tetapi lebih kepada dorongan tak terjelaskan yang membuatnya ingin tahu apa yang terjadi dengan gadis yang kemarin ia nikahi.Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Aidan sempat ragu. Namun, hanya sepersekian detik, ia pun mendorong pintu perlahan.Cahaya kamar temaram. Rania duduk di lantai, di dekat meja rias. Di sekelilingnya, beberapa benda berserakan. Aidan memperhatikan wajahnya yang pucat, matanya menatap lurus ke satu benda yang ada di tangannya. “Kamu kenapa?” tanya Aidan yang penasaran dengan apa yang Rania lakukan.Gadis itu buru-buru menyembunyikan benda yang tadi dipegangnya, dan berdiri. Saat ia berdiri terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Rania. Ia memijat kakinya perlahan. “Ada apa?” tanya Aidan sekali lagi.“Ah, tidak apa-apa tadi aku mau menyimpan pakaianku di dalam lemari, tapi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status