Beranda / Pernikahan / Istri Baru Mantan Suamiku / Bab 1 Ketahuan Selingkuh

Share

Istri Baru Mantan Suamiku
Istri Baru Mantan Suamiku
Penulis: RaySya

Bab 1 Ketahuan Selingkuh

Penulis: RaySya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiit Tiiit Tiiiit

Aku terlonjak. Suara klakson mengagetkanku. Ternyata lampu sudah hijau. Pengemudi mobil di belakangku sudah bermuka masam karena aku tak kunjung beranjak sejak tadi. Malu sekali rasa, langsung ku tancap gas agak kencang meskipun hatiku tertinggal di perempatan sana.

"Nak kita balik ke tempat yang tadi sebentar, Bunda kayak melihat bapakmu di toko material sana." Ajak ku pada putra pertama kami. Ku tepikan dulu motor yang dikendarai sebelum berbalik arah.

"Mau ke mana, Bun?" tanya Zeno.

"I..itu, Bunda mau nyamperin ayah dulu, kalau beneran ayah tadi. Soalnya tadi ayah bilang ada di proyek tapi kok malah di toko material." Ku belokkan motor butut ini dengan hati yang berdebar-debar. Kalau aku tak mengeceknya sekarang, aku bisa mati penasaran. Apa benar yang orang-orang katakan.

Selama ini aku tak pernah percaya kalau orang-orang bilang macem-macem tentang suamiku. Aku ini istrinya, harusnya aku lebih tahu tentang dia, kenapa orang-orang malah jadi sok tahu begitu.

Ku matikan mesin motor di depan toko material itu. Tak ada suamiku di sana. Sekilas ku lihat beberapa pertokoan di dekat toko material, ada fotokopian, ada toko pulsa, ada warung makan, ada juga yang paling ujung agen pemberangkatan TKW ke luar negri. Tidak ada yang aneh.

"Mamas sama Dede kita pulang aja, ya."

"Tadi katanya mau cari ayah, Bun? Tanya Zeno.

"Mungkin bunda salah lihat deh, nak."

"Ayuk Bun pulang aja, panas banget nih. Beliin es krim ya, Bun."

"Aduuuh, anak Bunda minta es krim terus. Nanti insya Allah bunda beliin di dekat rumah aja ya biar nggak meleleh."

Cuaca memang sangat panas. Aku kasihan pada anak-anak yang harus ikut denganku mencari obat buat mertuaku siang bolong begini. Bapak mertuaku sakit kepala. Obat dari dokter syaraf sudah habis. Aku harus mencarinya sampai ke kota kabupaten. Sebenarnya jarang sekali aku ke kota karena aku hanya mengurus anak-anak di rumah. Atau sebenarnya aku bisa saja menitip obat pada suamiku yang bekerja di kota kabupaten, tapi hp nya tidak aktif sejak tadi.

Ciit. Aku mengerem motor ini mendadak, anakku Zaki yang ada di depan sampai terdorong sedikit. Belum jauh aku melaju dari tempat tadi, aku melihat pemandangan yang sama. Suamiku sedang makan bakso dengan seorang perempuan. Dadaku seketika berdetak tidak karuan. Lututku lemas tanganku gemetar memegang stang motor. Jadi yang aku lihat tadi benar, suamiku sedang bersenda gurau dengan seorang wanita cantik di depan sana.

Tak terasa buliran bening lolos dari mataku. Mendengar beritanya dari orang lain sudah menyakitkan, melihatnya langsung ternyata membuat dadaku sesak.

"Bunda nangis? Tanya Zeno membuyarkan lamunanku. Aku lupa kalau aku sedang bersama anak-anak. "Itu ayah bukan, Bun? lagi makan bakso yah? Itu Tante yang disamping ayah siapa yah, Bun? apa temannya? ayok ke sana, Bun. Kita makan bakso juga, pasti ayah mau."

Perkataan anakku membuat hatiku semakin pilu. Aku tak mau membuat hati anakku hancur.

"Kita pulang saja, ya sayang. Ayah lagi kerja. Nanti ketemu ayah di rumah saja ya."

Aku menancap gas dengan kencang, aku tak sudi berlama-lama melihat lelaki jahanam itu.

***

Sesampainya di rumah, obat langsung ku berikan pada bapak mertua. Melihat keadaan bapak mertua, aku jadi semakin benci pada suamiku. Dari dulu aku yang harus mengurus bapaknya, tega sekali suamiku kalau ia malah enak-enakan bermain api dengan perempuan lain.

"Yu Rum, lagi ngapain kok melamun sih." aku terkesiap, tepukan Ranti di pundakku membuatku terlonjak.

"Ya ampun Ran. Bikin kaget saja. Aku abis ngasih obat ke mertuaku."

"Lemes amat sih, kamu belum makan yah?"ia mencibirku, "Kamu sudah ngecek hp suamimu belum?"

Aku jadi teringat kalau beberapa hari yang lalu Ranti ke rumahku dengan tergopoh-gopoh. Dia bilang kalau banyak gosip berseliweran tentang suamiku. Katanya suamiku ada main sama cewek desa sebelah. Dia nyuruh aku ngecek hp suamiku.

"Belum, Ran." Aku tambah lemes. Bebal sekali aku jadi orang, sudah banyak yang memperingatkan tapi aku tetap tutup telinga.

"Ya ampun. Suamimu itu lho, main serong sama si Murti. Cewek desa sebelah yang kerja jadi agen memberangkatkan para TKI.

"Hah?" Apa aku tidak salah dengar? Pantas saja aku tadi melihat mereka tak jauh dari toko agen pemberangkatan TKW. Pikiranku jadi mengembara jauh. Jadi sudah sejak kapan mereka berhubungan? apa toko material tadi itu toko material yang biasa Mas Bayu beli untuk proyek-proyeknya?

Mas Bayu aja megang banyak proyek sudah hampir 6 tahun. Ya Allah. Aku memegang lengan kursi lebih erat. Untung saja aku sedang duduk, kalau sedang berdiri mungkin aku sudah ambruk.

Tak terasa air mataku jatuh perlahan, sampai terus menganak sungai.Aku tak tahu harus bagaimana lagi, ku tumpahkan tangisku pada Ranti saat itu. Ranti terlihat bingung harus bagaimana. Ia hanya sesekali menepuk pundakku.

Setelah agak tenang, Ranti mengambilkan aku minum. "Minum dulu Yu. Yu Rum kenapa sampai menangis begitu?"

"Semua yang kamu katakan tentang suamiku itu benar. Gosip gosip itu benar. Aku lihat sendiri tadi" aku mengelap ingusku yang hampir menetes, "sebenarnya aku sudah punya firasat tapi aku nggak mau ngakuin. Aku nggak mau rumah tanggaku rusak, Ran. Gimana nanti nasib anak-anakku."

Tersengal-sengal aku menceritakan kejadian yang ku lihat tadi kepada Ranti. Ia terlihat kesal sekali mendengarnya.

"Sudah mbak ceraikan saja. Lelaki seperti itu mau dipertahankan bagaimana? orang dia yang ngerusak pernikahan kalian sendiri."

Aku terpaku pada penuturannya. Otakku disajikan dengan berbagai kemungkin yang akan terjadi kalau kami benar-benar berpisah. Anak-anak akan kehilangan bapaknya. Aku malu sekali kalau aku harus pulang ke orang tuaku. Aku juga belum bekerja.

"Jangan diem aja mbak. Labrak aja dulu wanita kegatelan itu. Apa tidak ada lelaki lain yang masih bujang sampai-sampai suami orang juga dia embat" imbuhnya.

"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak boleh cerai sama mas Bayu".

Bab terkait

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 2 Mencari Tahu Kebenaran

    SOLM 2."Dek, aku pulang. Masak apa hari ini? mas udah laper banget." Jam sudah menunjuk ke angka 6. Adzan Maghrib baru selesai dikumandangkan. Dulu sebelum tahu kalau suami selingkuh aku akan bertanya kenapa dia pulang telat padahal kerjaannya sudah selesai jam setengah 5, tapi setelah tahu kelakuannya di luar sana, aku sudah enggan bertanya. Sakit sekali rasanya membayangkan kalau dia pasti menghabiskan waktu bersama wanita itu dulu sebelum pulang ke rumah. "Aku nggak masak, Mas. Cuma ada sup buat anak-anak." Ia menatapku heran, aku tahu apa yang ada di pikirannya. Ia pasti merasa aneh kalau tidak ada makanan di dalam rumah sedangkan aku tak pernah sehari pun libur memasak. Apalagi aku selalu mendahulukan masakan kesukaannya. "Kamu sakit, Dek? Tumben nggak masak?" ia mendekat ke arahku, tangannya mencoba memegang lenganku tapi segera ku tepis. Bayangan kalau tangan itu sudah menyentuh tangan wanita lain membuatku bergidik.

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 3 Murti, Selingkuhanku

    Solem 3 POV Bayu. "Aku berangkat dulu bun." Ku ambil tas kerjaku dengan kasar. Sebenarnya Pagi ini aku sudah seneng banget istriku masak ayam mentega kesukaanku. Segera aku santap dengan nasi mengepul yang nikmat. Tapi entah kenapa istriku agak bawel dari kemarin. Ia nanya-nanyain isi hp dan menuduhku selingkuh. Kurang ajar betul. Hpku tidak boleh dibuka sama istriku. Nanti dia bisa tahu semuanya. Nama Murti memang kuganti dengan nama lelaki. Tapi kalau dia sampai membuka isi chat nya, habislah sudah ketahuan semua. Sesampainya di tempat kerja aku berleha-leha dulu di kantor. Kali ini aku hanya menangani proyek kecil-kecilan. Entah kenapa Pak Darmo memberikan proyek besar ke Pak Gino terus. Sebenernya aku kepingin protes tapi Pak Darmo bukan orang yang bisa diprotes. Biasanya dia akan merepet memberi nasihat yang sangat banyak, atau aku takut kalau nanti aku malah dipecat. "Pagi sayang." Sesosok wanita masuk ke ruanganku. "Ini sarap

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 4 Salah Siapa

    POV Rumaysa "Yu Rum, bukannya itu pak Darmo yah bosnya suamimu? Yuk samperin aja, tanyain tentang suamimu. Pasti dia tahu deh." Hari ini aku ke pasar Kemis tak jauh dari rumahku bersama Ranti dan anak bungsuku. Zaki sedang bersekolah. Dari jauh aku melihat pak Darmo dengan seseorang di pasar. Ajakan Ranti itu ide yang bagus tapi aku nggak mau kalau nanti pak Darmo cerita ke Mas Bayu dan Mas Bayu jadi curiga. Aku ingin membiarkan ini berjalan dulu, aku ingin tahu apa yang dia lakukan. Aku memang selama ini diam. Tapi kalau aku dibohongi, aku ingin tahu sampai ke akarnya. Aku ingin menunjukkan kalau aku diam karena aku baik, bukan karena aku bodoh. "Jangan, Ran! Aku nggak mau bikin ribut. Biar nanti ku selesaikan sendiri masalahku. Aku nggak mau jadi heboh karena bawa-bawa orang lain." Kami berbalik arah sambil ku gandeng tangan Zeno karena ada beberapa sayuran yang ingin aku beli. "Rumaysa!" Aku menoleh, ternyata Pak Darmo

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 5 Celana Dalam Warna Merah

    "Kenapa bisa ada celana dalam warna merah di jaket suamiku? Aku terheran-heran. Pantas saja suamiku pulang larut malam. Ternyata dia sudah menghabiskan waktu dengan wanita itu. Nafasku seketika memburu mengetahui fakta itu. Ku tarik nafas perlahan beberapa kali sampai hatiku terasa lebih tenang. Celana dalam itu seketika ku lempar jauh.Jijik! Aku benar-benar merasa seperti badut. Menunggu seorang lelaki dengan riasan yang tebal, tapi malah ia sedang bergumul dengan wanita lain. Hoek. Rasa mual tiba-tiba datang mengingat hal itu. Kepalaku harus tenang kalau aku mau menang dalam pertempuran dengan wanita ini. Menang bukan berarti mendapatkan suamiku seutuhnya atau kehilangan dia, tapi menang adalah mendapat ketenangan hidup, apapun keputusanku nanti. ***POV Bayu Aku bangun kesiangan, jam 7 baru bangun, padahal biasanya jam 5 istriku sudah cerewet membangunkanku untuk sholat subuh. Kemana dia? Aku duduk di tepi ranja

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 6 Haruskah Aku Membohongi Istriku

    "Hah, nggak boleh sama istrimu? ya pasti lah, wong istrimu kan pelit" kata Murti. Hmmm, aku menarik nafas panjang. "Kalau nggak nekad ya miskin aja terus, dan kapan kamu mau nikahin aku mas?" tambahnya seraya merajuk. Aduh keder sekali aku kalau ditanyain topik ini, apalagi ini pagi-pagi, bisa rusak mood seharian."Nggak tahu sayang " aku menunduk. Sebisa mungkin aku menghindari pertengkaran dengan Murti. Kalau topik ini diangkat, pasti ujung-ujungnya berantem. "Yaelah, kamu emang nggak beneran cinta kan sama aku?" lagi-lagi ke sini, bingung. Sebenernya aku sayang sama Murti, walaupun sebenarnya Murti tak secantik Rumaysa, tapi Murti wanita yang mandiri, penghasilannya besar, lebih besar dari aku. Sedangkan istriku hanya menggantungkan diri dari nafkah pemberianku. Pertimbanganku selama ini adalah Rumaysa istri yang shalihah, keluarga dari keluarga pesantren. Dia bisa mengurus rumah, keuangan, dan anak-anak. Aku tidak bisa melepasnya begit

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 7 Ide Gila dari Murti

    "Mas Bayu tumben ke sini siang-singa begini? nggak ke proyek?" tanya Murti. Keesokan harinya, aku tetap berpura-pura pergi pamit kantor seperti biasa ke Rum. Aku tak mau Rum tahu kalau aku sudah tak bekerja lagi. Kantornya Murti lah tujuanku hari ini karena di sana bos Murti jarang ke berkunjung. Ku lihat Murti sedang memegang map besar. Akhir-akhir ini kantornya ramai sekali, banyak emak-emak yang berencana kerja di luar negeri. "Iya, Mur. Aku sudah nggak kerja sama Pak Darmo. Aku ingin mendirikan proyek sendiri," aku berkata dengan lemas. Semua keinginan dan rencana ini masih mentah, belum matang sama sekali jadi aku merasa sangat ragu-ragu sebenarnya. "Yang bener mas?" matanya berbinar. "Bagus lah mas. Mas kan sudah banyak kenalannya, pasti banyak proyek yang bisa mas tangani nanti," kata Murti dengan yakin. "Iya, Mur doakan saja." "Jadi Mas Bayu sudah hutang ke bank?" Entah kenapa dia sangat antusias. "Belum, Mur. Aku nggak

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 8 Mas Bayu Mulai Curiga

    POV Rumaysa Akhir-akhir ini Mas Bayu agak aneh. Beberapa hari yang lalu aku melihat Mas Bayu sedang mencari sesuatu di kamar. Setelah itu ku lihat wajahnya berubah lesu, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat."Mas Bayu kenapa? Kok akhir-akhir ini kayak pusing banget," tanyaku padanya sore itu saat ia baru pulang kerja. Agak aneh rasanya ia di rumah sore-sore soalnya biasanya jam 10 baru ada di rumah. Aku sudah nggak pernah lagi sibuk bertanya dia dari mana. Males, ah! Akan ku bunuh rasa ini perlahan, agar nanti saatnya kita harus berpisah, aku tinggal bilang, "Silahkan kalau mau pergi." "Nggak apa-apa, Dek. Ada kerjaan yang bikin pusing," jawabnya sambil memijit kening beberapa kali. "Ada masalah sama Pak Darmo?" lama-lama aku penasaran juga. Tumben amat dia ada masalah di proyek. Sejak menikah dengan Mas Bayu belum pernah dia pulang-pulang sampai kusut begitu wajahnya. Masalah sih ada, tapi biasanya dia selesaikan sendiri, nggak sampai

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 9 Menghindari Mas Bayu

    Solem 9 POV Murti Hari ini aku menemani Mas Bayu mengajukan pinjaman ke bank. Seneng sekali rasanya karena hubungan kami bisa selangkah lebih maju. Setelah pengecekan dokumen selesai, kami masih harus menunggu selama satu atau dua minggu sampai uang benar-benar cair, dan itu lumayan lama. Mas Bayu harus ku carikan proyek segera biar dia bisa melanjutkan usahanya, kalau tidak lelaki itu pasti akan pusing memikirkan masalah ini. Aku tak mau istrinya tahu tentang surat rumah itu, nanti dulu sampai usaha Mas Bayu bisa jalan dulu."Tenang saja, Mas. Aku akan carikan proyek yang besar buat kamu biar cuannya banyak, bisa buat liburan nanti," hiburku padanya. Ia masih terlihat lesu dengan keputusannya, meski uang ratusan juta sebentar lagi ada di tangan. Mas Bayu hanya tersenyum dan mengangguk. Kesel juga dapat respons kayak gitu, kayaknya Mas Bayu meremehkan ku. Akan ku buktikan aku bisa berguna buat Mas Bayu, biar dia tambah sayang sama aku. ***"Hallo, Pa

Bab terbaru

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 25 Zeno Tidak Mau Bertemu Ayah

    Murti merasa sakit hati Bayu berteriak padanya. Padahal, selama ini Bayu selalu baik, tak pernah membentaknya. Beberapa pekerja dan orang-orang di warung memberinya tatapan sinis. Matanya mulai berkaca-kaca dan ia pergi begitu saja. Bayu tak khawatir dengan Murti yang marah. Ia sama sekali tak berniat mengejar wanita itu. Namun, ia justru khawatir dengan Rum dan anak-anak yang mendengar suara Murti tadi. "Apa yang ada di pikiran mereka tentang aku sekarang? Aku harus segera mengunjungi anak-anak. Aku masih berharap bisa kembali bersama Rum," gumam Bayu. Di rumah Rum, Zeno masih saja berwajah muram. Ia masih memikirkan tentang ayahnya. Rum sampai bingung bagaimana cara menghibur Zeno karena Zeno memang sudah mengerti tentang keadaan orang tuanya yang berpisah. "Zeno, ayo kita belajar sayang. Ada PR nggak?" tanya Rum di kamar Zeno. Lelaki kecil itu sedang tidur menghadap tembok. "Ada PR tapi udah dikerjain tadi, Bun. Waktu Bunda sama Zaki ke rumah P

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 24 Murti yang Semakin Posesif

    "Ayolah, Mur. Aku cuma mau minta uang 1 juta. Ini bukan buat Rum, tapi buat Zaki dan Zeno. Aku kangen banget sama mereka. Aku pengin ketemu sama mereka, Mur, tapi aku nggak pegang uang sama sekali sekarang. Pak Hans bilangnya mau transfer bulan ini, tapi nyatanya dia belum bisa dihubungi. Terus temen kamu itu, mana sisa uang pembayarannya? jangan-jangan dia menghilang begitu saja?" tanya Bayu mulai kalut. Dua proyek yang dia pegang sekarang kenapa ada saja sih hambatannya. Padahal dulu waktu sama Pak Darmo hambatannya paling bangunan yang sedikit rusak, cat yang kurang rapi, atau bahan bangunan yang kurang. Dia tak pernah dengar Pak Darmo mengeluh soal masalah uang atau klien. Pak Darmo memang menutupinya atau Pak Darmo beruntung nggak pernah dapat klien seperti itu? Ah tidak mungkin sih, Pak Darmo kan sudah puluhan tahun di dunia proyek begini, pasti ada saja yang nggak beres kliennya. Sial sekali! "Mas mau ketemu anak-anak? Ketemu anak-anak apa ketemu

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 23 Dituduh Pelakor

    Rum jadi salah tingkah karena merasa diperhatikan. Ia malu dengan penampilannya yang mungkin terlihat sangat lusuh. Jadi Rum memutuskan untuk mulai mengerjakan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda tanpa ada niatan mengajak bosnya mengobrol. Lalu ia melihat punggung lelaki itu memasuki kamarnya. Ketika ia sibuk mengangkat jemuran, Zaki mulai rewel lagi. Waktu menunjukkan pukul 11 siang, sudah waktunya bagi lelaki kecil itu untuk menikmati waktu tidur siangnya. Rum celingukan ke sana ke sini, Aji tak keluar lagi dari kamarnya. Ia mungkin juga tertidur. "Sebentar ya sayang, Bunda nyelesain kerjaan Bunda dulu sebentar," rayu Rum. "Zaki mau bobo, Bun. Zaki ngantuk," rengek Zaki. Rum bingung harus bagaimana. Zaki memang sudah terbiasa tidur siang dengan ditemani dirinya. Kalau tidak ditidurkan nanti dia akan bertambah rewel. Tadinya ia berpikir bisa menidurkan Zaki di sofa kalau Mas Aji tidak pulang. Kalau ada Mas Aji begini, Rum tidak enak kalau mau m

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 22 Janda Harus Kerja

    Beberapa hari setelah kunjungannya ke pesantren kakaknya, ia mendapat kabar baik dari kakak iparnya. Ada seseorang yang membutuhkan jasa membersihkan rumah, dan Rum boleh membawa anaknya kalau mau bekerja. Rum memekik kegirangan, "Alhamdulillah Ya Allah. Akhirnya aku bisa bekerja." "Alhamdulillah, semoga bisa jadi jalan rezeki untuk kamu ya," sahut Mbak Nara. "Jauh nggak rumahnya, Mbak? Aku bisa pulang pergi naik motor, kan?" tanya Rumaysa. Ia sudah membayangkan kalau mungkin ia bekerja tidak akan setiap hari dan bisa dijangkau dengan motor bututnya. Membersihkan rumah tidak terlalu sulit, mudah-mudahan nanti majikannya juga baik. "Deket. Mbak sudah ngobrol ini sama Mas kamu. Kamu juga kenal. Katanya kamu sudah pernah ke rumahnya," jawabnya. Dahi Rum berkerut, rumahnya pernah ia kunjungi? "Rumah Pak Darmo, Rum." lanjut Nara. Rum memasang wajah bingung, tak bisa dijelaskan bagaimana perasaanya. Pak Darmo lagi? Kena

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 21 Mencari Pekerjaan

    "Hah bercerai? Kamu tidak salah, Rum? Meskipun Mas kasihan dengan keadaanmu, tapi perceraian tetap dibenci Allah!" seru Mas Agil tajam. Ia sebenarnya tak tega dengan keadaan adiknya, tapi ia sendiri tidak menyarankan perceraian. Perceraian dibenci Allah!Sedangkan adik bungsunya berniat mengajukan perceraian. Rum tak bisa menjawab. Ia masih menangis sampai tersedu-sedu. "Yasudah, Mas panggilkan Mbak Nara dulu." Agil berlari menuju rumahnya. Ia bingung bagaimana menghadapi adiknya yang sedang menangis seperti itu. Ini kali pertama Rum menangis dihadapan kakak lelakinya. "Ya Allah. Rum, istighfar, Rum!" kata Nara setelah melihat keadaan adik iparnya yang masih terus menangis. Rum yang melihat kakak iparnya langsung menghamburkan diri dalam pelukan pada wanita itu. "Sudah, Rum, sudah. Kamu tenang dulu. Minum dulu, ya." Nara mengangkat dagunya ke arah suaminya agar ia mengambilkan minum untuk Rum. Setelah meneguk segelas air, keadaan Rum mulai

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 20 Anak Korban Perceraian

    "Bun, kok melamun terus?" tanya Zaki pada Ibunya. Meski terlihat tegar, tapi Rum begitu hancur. Ia kehilangan tempat berpijak yang selama ini jadi tumpuan. Lelaki itu, sudah bukan cuma suami, tapi sahabat juga dalam keluh kesah, dalam senang maupun susah. Rum pikir bercerai adalah hal yang mudah, ternyata kehilangan suaminya tidak hanya kehilangan sosok pencari nafkah, tapi juga sahabat, teman dalam menghabiskan waktu, teman dalam mendidik anak-anak, teman dalam mengarungi bahtera kehidupan yang seringkali berat untuk dijalani. "Maaf, ya sayang. Bunda malah melamun. Kamu sudah selesai sarapannya? Kalau sudah ayo kita berangkat," ajak Rum sambil merapikan peralatan sekolah milik anaknya. "Sudah selesai dari tadi, Bun. Bunda kangen yah sama Ayah?" tanya Zaki. Wajahnya menyiratkan rasa iba. "Tidak, sayang. Bunda cuma capek. Bunda sedang memikirkan bagaimana caranya Bunda dapat pekerjaan.

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 19 Tak Bisa Lepas dari Murti

    Aku mengunjungi proyek pertamaku yang hampir rampung. Warung ini berdiri cukup elegan. Warna hitam, putih, dan krem mendominasi. Pak Arif yang ku amanahi untuk menyelesaikan warung ini segera menghampiriku begitu melihatku berhenti tak jauh dari lokasi. "Gimana, Rif? Sudah beres ini?" tanyaku padanya. "Sudah, Pak. Sudah siap pakai," ia tersenyum lebar melaporkan hasil kerjanya. Tak ku ragukan hasil kerja Pak Arif karena dulu saat bekerja dengan Pak Darmo dia termasuk orang yang dipercaya oleh Pak Darmo. Ia mau beralih bekerja denganku karena keluarganya benar-benar sedang membutuhkan uang, dan aku bisa memberikan itu untuknya. "Nanti saya transfer sisa upahnya ya, Rif. Tolong dibagikan juga sama yang lain." Ia mengangguk dan pamit pergi.Aku duduk tak jauh dari warung yang sudah kami dirikan. Ku pandangi warung makan kecil yang terlihat mewah ini. Paling nggak tampilannya tidak kampungan seperti warung dekat pantai pada umumnya. Warung ini

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 18 Pisah dengan Murti

    "Apa, Mas? Aku nggak salah denger? kamu mau minta pisah?" tanya Murti terbelalak. "Dengerin dulu, Mur. Aku minta maaf banget, tapi aku nggak mau pernikahanku berakhir. Hubungan kita me ..." "Diam, Mas!! Aku nggak mau denger kata-katamu lagi. Pernikahanmu udah hancur. Mau apa lagi? kamu mau balik sama istrimu? kamu pikir istrimu mau nerima kamu? Aku nggak mau lagi denger kata pisah dari kamu, Mas. Kalau kamu berani ninggalin aku, akan aku sebarkan ke orang-orang kalau aku hamil biar semua proyek kamu gagal. Kita hancur bersama, Mas!!"Bayu terperanjat mendapat ancaman yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Ia mengenal Murti sudah cukup lama, jadi ia tahu kalau Murti bisa saja senekat itu untuk menghancurkan kami bersama. "Pergi kamu dari sini, Mas. Datang lagi kalau kamu sudah yakin mau menceraikan istrimu!!" Murti berbalik badan dan hendak pergi tapi seketika tangannya ditarik oleh Bayu. "Kamu nggak bisa ngancam aku kaya

  • Istri Baru Mantan Suamiku   Bab 17 Setelah Ketahuan Selingkuh

    Bayu melangkah gontai keluar dari rumahnya sendiri. Ia memacu motornya dengan kencang, berharap angin akan membawa semua masalahnya pergi. Ia tak tahu harus ke mana. Murti pasti sudah pulang, dan sekarang ia tak punya kantor, saudara pun tak punya. Baru ia sadari kalau selama ini Rumaysa memungutnya dari kesendirian dengan menghadiahkannya sebuah keluarga, yang dengan gegabah ia rusak sendiri. Motornya berhenti di sebuah warung bakso dekat lokasi kantor lamanya. Sepasang kekasih baru saja selesai makan bakso dan pergi. Kini tinggal dia seorang dengan semangkok bakso di depannya. Bakso itu seharusnya terlihat nikmat dengan bulatan daging, mie dan kuah yang akan menghangatkan perutnya. Tapi perut keroncongan yang sejak siang tak diisi seketika menghilang dengan peristiwa tadi. "Sejak kapan Rum tahu kalau aku selingkuh? Pantas saja sudah agak lama dia tak mau ku sentuh. Apa yang harus ku lakukan setelah ini? Menceraikan Rum? Harusnya Rum memaafkanku!

DMCA.com Protection Status