Share

Istri Baru Mantan Suamiku
Istri Baru Mantan Suamiku
Penulis: RaySya

Bab 1 Ketahuan Selingkuh

Tiit Tiiit Tiiiit

Aku terlonjak. Suara klakson mengagetkanku. Ternyata lampu sudah hijau. Pengemudi mobil di belakangku sudah bermuka masam karena aku tak kunjung beranjak sejak tadi. Malu sekali rasa, langsung ku tancap gas agak kencang meskipun hatiku tertinggal di perempatan sana.

"Nak kita balik ke tempat yang tadi sebentar, Bunda kayak melihat bapakmu di toko material sana." Ajak ku pada putra pertama kami. Ku tepikan dulu motor yang dikendarai sebelum berbalik arah.

"Mau ke mana, Bun?" tanya Zeno.

"I..itu, Bunda mau nyamperin ayah dulu, kalau beneran ayah tadi. Soalnya tadi ayah bilang ada di proyek tapi kok malah di toko material." Ku belokkan motor butut ini dengan hati yang berdebar-debar. Kalau aku tak mengeceknya sekarang, aku bisa mati penasaran. Apa benar yang orang-orang katakan.

Selama ini aku tak pernah percaya kalau orang-orang bilang macem-macem tentang suamiku. Aku ini istrinya, harusnya aku lebih tahu tentang dia, kenapa orang-orang malah jadi sok tahu begitu.

Ku matikan mesin motor di depan toko material itu. Tak ada suamiku di sana. Sekilas ku lihat beberapa pertokoan di dekat toko material, ada fotokopian, ada toko pulsa, ada warung makan, ada juga yang paling ujung agen pemberangkatan TKW ke luar negri. Tidak ada yang aneh.

"Mamas sama Dede kita pulang aja, ya."

"Tadi katanya mau cari ayah, Bun? Tanya Zeno.

"Mungkin bunda salah lihat deh, nak."

"Ayuk Bun pulang aja, panas banget nih. Beliin es krim ya, Bun."

"Aduuuh, anak Bunda minta es krim terus. Nanti insya Allah bunda beliin di dekat rumah aja ya biar nggak meleleh."

Cuaca memang sangat panas. Aku kasihan pada anak-anak yang harus ikut denganku mencari obat buat mertuaku siang bolong begini. Bapak mertuaku sakit kepala. Obat dari dokter syaraf sudah habis. Aku harus mencarinya sampai ke kota kabupaten. Sebenarnya jarang sekali aku ke kota karena aku hanya mengurus anak-anak di rumah. Atau sebenarnya aku bisa saja menitip obat pada suamiku yang bekerja di kota kabupaten, tapi hp nya tidak aktif sejak tadi.

Ciit. Aku mengerem motor ini mendadak, anakku Zaki yang ada di depan sampai terdorong sedikit. Belum jauh aku melaju dari tempat tadi, aku melihat pemandangan yang sama. Suamiku sedang makan bakso dengan seorang perempuan. Dadaku seketika berdetak tidak karuan. Lututku lemas tanganku gemetar memegang stang motor. Jadi yang aku lihat tadi benar, suamiku sedang bersenda gurau dengan seorang wanita cantik di depan sana.

Tak terasa buliran bening lolos dari mataku. Mendengar beritanya dari orang lain sudah menyakitkan, melihatnya langsung ternyata membuat dadaku sesak.

"Bunda nangis? Tanya Zeno membuyarkan lamunanku. Aku lupa kalau aku sedang bersama anak-anak. "Itu ayah bukan, Bun? lagi makan bakso yah? Itu Tante yang disamping ayah siapa yah, Bun? apa temannya? ayok ke sana, Bun. Kita makan bakso juga, pasti ayah mau."

Perkataan anakku membuat hatiku semakin pilu. Aku tak mau membuat hati anakku hancur.

"Kita pulang saja, ya sayang. Ayah lagi kerja. Nanti ketemu ayah di rumah saja ya."

Aku menancap gas dengan kencang, aku tak sudi berlama-lama melihat lelaki jahanam itu.

***

Sesampainya di rumah, obat langsung ku berikan pada bapak mertua. Melihat keadaan bapak mertua, aku jadi semakin benci pada suamiku. Dari dulu aku yang harus mengurus bapaknya, tega sekali suamiku kalau ia malah enak-enakan bermain api dengan perempuan lain.

"Yu Rum, lagi ngapain kok melamun sih." aku terkesiap, tepukan Ranti di pundakku membuatku terlonjak.

"Ya ampun Ran. Bikin kaget saja. Aku abis ngasih obat ke mertuaku."

"Lemes amat sih, kamu belum makan yah?"ia mencibirku, "Kamu sudah ngecek hp suamimu belum?"

Aku jadi teringat kalau beberapa hari yang lalu Ranti ke rumahku dengan tergopoh-gopoh. Dia bilang kalau banyak gosip berseliweran tentang suamiku. Katanya suamiku ada main sama cewek desa sebelah. Dia nyuruh aku ngecek hp suamiku.

"Belum, Ran." Aku tambah lemes. Bebal sekali aku jadi orang, sudah banyak yang memperingatkan tapi aku tetap tutup telinga.

"Ya ampun. Suamimu itu lho, main serong sama si Murti. Cewek desa sebelah yang kerja jadi agen memberangkatkan para TKI.

"Hah?" Apa aku tidak salah dengar? Pantas saja aku tadi melihat mereka tak jauh dari toko agen pemberangkatan TKW. Pikiranku jadi mengembara jauh. Jadi sudah sejak kapan mereka berhubungan? apa toko material tadi itu toko material yang biasa Mas Bayu beli untuk proyek-proyeknya?

Mas Bayu aja megang banyak proyek sudah hampir 6 tahun. Ya Allah. Aku memegang lengan kursi lebih erat. Untung saja aku sedang duduk, kalau sedang berdiri mungkin aku sudah ambruk.

Tak terasa air mataku jatuh perlahan, sampai terus menganak sungai.Aku tak tahu harus bagaimana lagi, ku tumpahkan tangisku pada Ranti saat itu. Ranti terlihat bingung harus bagaimana. Ia hanya sesekali menepuk pundakku.

Setelah agak tenang, Ranti mengambilkan aku minum. "Minum dulu Yu. Yu Rum kenapa sampai menangis begitu?"

"Semua yang kamu katakan tentang suamiku itu benar. Gosip gosip itu benar. Aku lihat sendiri tadi" aku mengelap ingusku yang hampir menetes, "sebenarnya aku sudah punya firasat tapi aku nggak mau ngakuin. Aku nggak mau rumah tanggaku rusak, Ran. Gimana nanti nasib anak-anakku."

Tersengal-sengal aku menceritakan kejadian yang ku lihat tadi kepada Ranti. Ia terlihat kesal sekali mendengarnya.

"Sudah mbak ceraikan saja. Lelaki seperti itu mau dipertahankan bagaimana? orang dia yang ngerusak pernikahan kalian sendiri."

Aku terpaku pada penuturannya. Otakku disajikan dengan berbagai kemungkin yang akan terjadi kalau kami benar-benar berpisah. Anak-anak akan kehilangan bapaknya. Aku malu sekali kalau aku harus pulang ke orang tuaku. Aku juga belum bekerja.

"Jangan diem aja mbak. Labrak aja dulu wanita kegatelan itu. Apa tidak ada lelaki lain yang masih bujang sampai-sampai suami orang juga dia embat" imbuhnya.

"Aku nggak bisa, Ran. Aku nggak boleh cerai sama mas Bayu".

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status