Beranda / Romansa / Is Beating / 6 Is Beating

Share

6 Is Beating

Penulis: Ratu sambi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sisi lain nampak mobil Andrew bergerak semakin perlahan dan menepi di depan toko.

Andrew sempat berdiam diri di dalam mobil dan melirik kearah pintu masuk toko, mengingat ucapan Bella bahwa perempuan itu menolak untuk dikembalikan uangnya, maka Andrew bersikeras untuk tetap menemui Alluna dan membayar botol minuman yang kemarin dia ambil.

Dia membuka pintu dan melangkah turun dari mobil sejenak dia berdiam diri merapikan jas dan mengancingkan kancing jasnya sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah menuju pintu masuk.

Andrew membuka pintunya kemudian masuk ke dalam toko.

Dia sangat terkejut ketika berhasil masuk dan mendengar suara Alluna yang terdengar bising di telinganya ketika sedang membangunkan Bu Tesha, si pemilik toko yang pingsan.

"Bu! Bu aku mohon ayolah bangun Bu! Ibu ayo bangun!" Alluna terus berusaha untuk membangunkan Ibu Tesha namun ternyata dia tak kunjung sadar.

Merasa ada yang tak beres Andrew pun melangkah menuju ke sumber suara itu berasal.

Dia menghentikan langkahnya di ujung rak sementara pandangannya melihat ke Alluna yang sedang terduduk tunduk dengan Ibu Tesha yang terbaring di lantai.

Alluna menyadari bahwa ada seseorang yang datang dia langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Andrew yang berdiri di ujung sana.

"Tolong dia!" ucapnya seketika, dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran.

****************

Andrew akhirnya menolong Ibu Tesha, dia menggendongnya membawa Bu Tesha ke mobil.

Dia kemudian mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat, sempat beberapa kali Tesha terbatuk hingga mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.

Membuat Alluna semakin ketakutan.

Darah itu mengingatkan dengan kejadian beberapa tahun silam saat kejadian kecelakan yang menimpa keluarganya, hingga merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Alluna sangat ketakutan ketika melihat darah yang berceceran di tangan dan bahkan ada juga yang mengenai pakaiannya.

Darah itu membuatnya ketakutan karena waktu kejadian kecelakaan dulu, darah kedua orang tuanya sempat membasahi wajah dan bajunya.

Andrew melirik mengawasi Alluna yang sudah memucat tegang, lebih seperti ke arah ketakutan pada sesuatu yang sehingga membuat seluruh tubuhnya bergetar, Andrew bahkan bisa melihat keringat dingin yang membasahi keningnya.

Sesampainya di Rumah Sakit para perawat yang sedang berjaga langsung mendorong ranjang dan membantu Andrew menggendong Ibu Tesha, memindahkannya dari mobil ke ranjang yang sudah dipersiapkan.

"Ibu aku mohon bangunlah!" Alluna mulai terguncang jiwanya, tak sadar air matanya terus mengalir membasahi pipi bayangan tentang kejadian di mana Ibunya yang meninggal tepat di depan mata selalu berbayang di benaknya.

Terlebih lagi saat melihat kembali bercak darah yang menempel di jarinya membuat Aiu semakin ketakutan.

Baru kemarin Alluna menemukan sosok seperti pengganti Ibunya namun kini orang itu terkulai lemah tak berdaya.

Andrew berdiri dengan nafas terengah-engah setelah membantu memindahkan tubuh Tesha ke atas ranjang.

Dia terdiam pandangannya tertuju kepada Alluna yang sedang menangis ketakutan.

Andrew tak tahu apa yang harus dia lakukan namun melihat perempuan itu menangis dia merasa iba dan ingin sekali membantunya sedikit mengalihkan perhatian agar tangisnya meredam namun Andrew tak tahu harus berbuat apa.

Ini kali pertamanya Andrew dihadapkan dengan seorang perempuan yang terlihat sangat sedih bahkan seperti tak berdaya, ekspresi wajahnya memperlihatkan Alluna benar-benar seperti sedang menahan rasa kesakitan.

Pandangannya terpaku pada Alluna, matanya, air matanya dan semua yang melekat di wajahnya. Andrew hanya diam dengan ekspresi wajah tak terbaca.

Dunianya seolah berhenti berputar untuk sesaat. Waktu seperti terhenti seketika, di matanya hanya ada Alluna yang sedang menangis di sana.

Andrew sangat kebingungan tak banyak yang bisa dia lakukan.

Melihat Alluna menangis sampai terisak-isak nafasnya, membuat Andrew melangkah mendekat.


Walaupun sempat terlihat ragu akhirnya Andrew menggerakkan tangannya menepuk pelan bahu Alluna berusaha untuk menenangkannya.

"Tenanglah, tidak apa-apa... Ibumu akan baik-baik saja" Andrew dibuat gugup dia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya kepada seorang wanita kalau pun ada yang menangis di hadapannya tak lain dan tak bukan itu adalah Tad dan Bella.

Alluna sangat ketakutan berharap Ibu Tesha akan baik-baik saja, tangisnya masih mewarnai wajahnya yang mulai kusut dan mata yang membengkak seakan merasa sangat sedih, Alluna tanpa sadar menyadarkan keningnya di dada Andrew.

Tubuhnya terlihat bergerak saat tangisnya semakin menjadi sembari membenamkan wajahnya di dada Andrew.

Andrew terkejut dia hampir saja melangkah ke belakang menjauh ketika Alluna mendekapnya.

Walaupun tak terasa karena kedua tangan Alluna terlihat lemah namun Andrew bisa merasakan bahwa perempuan itu sedang memeluk dirinya seperti mencari kenyamana di sana, dia bahkan juga bisa merasakan hangat tubuh Alluna.

Andrew dibuat berdebar terlebih lagi saat kedua tangan Aluna meremas kuat jasnya seperti sedang berusaha mencurahkan kesedihannya.

Tangan yang semula menepuk bahu Aluna perlahan melemah dan bergerak turun, Andrew masih terdiam terpaku menikmati detak jantungnya yang semakin kuat hingga terasa nyeri yang tiba-tiba berubah menjadi hangat dan menjalar keseluruh tubuhnya.

Perlahan Andrew menunduk menyadari bahwa perempuan itu masih menangis masih dengan menyandarkan kepala di dadanya.

Andrew merasa seperti ada sesuatu aneh yang bergerak didalam hatinya namun entah itu apa dia sendiri tak paham.


Tangan Andrew kembali bergerak terangkat seperti ada sesuatu yang menggerakkan di dalam tubuhnya sehingga dia ingin sekali membalas dekapan Alluna namun ketika sadar, tangannya seketika terhenti terpaku di udara dan Andrew mengurungkan niatnya untuk membalas pelukannya.


Kini Andrew hanya menepuk dan mengusap punggungnya memberi rasa nyaman agar Alluna berhenti menangis.

****************

Terlihat Alluna duduk di bangku ruang tunggu, tak lama setelah itu Andrew datang dengan membawa 2 botol kaleng minuman, kemudian memberikannya satu untuk Alluna.

"Kau sudah merasa baikkan? minumlah!"


Alluna yang sempat tertunduk perlahan mengangkat kepalanya, dia terlihat ragu ketika ingin mengambil alih minuman kaleng itu dari tangan Andrew namun akhirnya dia pun menerimanya.

"Terima kasih, Maaf sudah merepotkanmu Tuan."


Andrew membuka botol kaleng miliknya dan duduk di bangku ruang tunggu, sengaja memberi jarak 1 bangku dari Alluna.

"Tidak masalah, aku kebetulan lewat dan bermaksud untuk membeli sesuatu namun aku melihat kejadian tadi sehingga, mau tidak mau aku harus tetap membantu kalian" ucap Andrew sengaja berbohong, sebenarnya dia datang untuk mengembalikan uang namun ketika melihat kondisi Alluna yang seperti seolah jiwanya sedang terguncang dia mengurungkan niatnya membahas perihal masalah hutangnya yang tak seberapa itu.


"Maaf" ucap Alluna seketika, dia teringat pernah berucap kasar kepada Andrew beberapa hari yang lalu.


"Lupakan! lagi pula itu juga sudah lewat. Oh ya" Andrew terdiam dia ingin membahas masalah dirinya yang harus pergi ke pesta dan membawa pasangan seorang wanita pada Alluna, dia bermaksud untuk meminta bantuannya namun ketika mengingat bahwa itu bukanlah moment yang tepat Andrew pun mengurungkan niatnya lagi.


"Ya?"


"Lupakan!" Andrew kemudian beranjak berdiri.

"Sepertinya aku sudah harus pergi, kau... tidak apa-apa, kan? disini sendiri?"


"Oh, what!!! untuk apa aku menanyakan hal itu kepadanya" ucapnya dalam hati.


Andrew tak sadar telah melontarkan pertanyaan yang tak seharusnya sehingga seperti memperlihatkan bahwa seolah dia mengkhawatirkan dan peduli terhadap Alluna.

Andrew bergidik menyadarkan diri.


"Oh, Tuan akan pergi? terima kasih sebelumnya terima kasih sekali lagi karena sudah mau membantu kami" Alluna membungkukkan badannya memberi hormat.


"Andrew!, panggil saja aku Andrew" ucap laki-laki itu kemudian melangkah namun tiba-tiba Alluna berucap untuk menghentikannya.


"Tunggu!"


Andrew terdiam kemudian memutar tubuhnya.

"Ya?"


"Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu, mmm... And.andrew?"


Sesaat Andrew terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu tentang tawaran Alluna. Dia pun tersenyum sangat tipis kemudian berucap.

"Kau tidak perlu membalasnya... tapi mungkin suatu saat aku akan membutuhkan bantuanmu... dan tiba di saat di mana itu terjadi... aku ingin kau membantuku!" tanpa menunggu jawaban dari Alluna, Andrew pun pergi meninggalkannya dengan senyum tipis yang masih mewarnai bibirnya sepanjang jalan menuju kembali ke mobil.


"Membantunya?" gumam Alluna.


Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke minuman kaleng yang ada di tangannya dan tersenyum tipis.

"Dia, ternyata tak sejahat yang aku pikirkan"

Bab terkait

  • Is Beating   7 Dilema

    "Apa? kau menolong gadis itu dan Ibunya pergi ke rumah sakit?" Bella baru saja selesai check up ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya.Andrew yang baru saja pulang segera menemuinya karena ingin mengetahui hasil pemeriksaan Bella. Andrew mengambil kertas hasil cek up Bella yang ada di atas meja dan membacanya."Hmmm... aku tidak sengaja melihat Ibunya pingsan dan membawa mereka ke rumah sakit.""Apa kau tidak berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang bagus untukmu, Kak?" Bella sangat antusias dia melangkah mendekati Andrew.Laki laki itu menoleh kemudian berucap dengan kening berkerut halus."Maksudmu?" "Ya! gunakan kesempatan ini untuk mendekatinya mengambil simpati gadis itu biar nantinya dia mau membantumu untuk pergi ke pesta."Andrew meletakkan kembali kertas hasil cek up milik Bella

  • Is Beating   8 Tawaran

    "Kau pasti membutuhkan banyak uang untuk bertahan hidup!" Dengan santai Andrew berucap seolah tak ada beban, bahkan ucapanya sempat membuat Alluna kesal.Perempuan itu langsung menoleh keningnya terlihat berkerut dalam saat memikirkan ucapan Andrew."Apa maksudmu?" dia hampir sempat terpancing emosi dengan ucapan Andrew yang seolah seperti merendahkan dirinya."Aku sempat berkunjung ke rumah sakit... dan tanpa sengaja aku mendengar percakapanmu dengan Dokter. Aku yakin kau pasti saat ini membutuhkan uang banyak untuk operasi Ibumu, bukan?" Lagi lagi dengan santai laki laki itu menoleh, matanya menyipit.Setiap uacapan yang keluar dari mulutnya mampu membuat Alluna tak bisa menepis, hampir semua apa yang dia katakan memang benar.Alluna memicingkan matanya ke arah Andrew seolah dia mulai tersinggung dengan ucapannya."Tenang-tenang, aku tidak bermak

  • Is Beating   9 Menerima Tawaran

    Alluna berlari secepat mungkin setelah mengetahui kondisi Ibu Tesha semakin buruk."Ibu bertahanlah, aku akan segera sampai."Alluna memperlebar langkah kakinya di bawah terik sinar mentari sampai terlihat basah bagian kening karena keringat."Tunggu aku, Bu" bisiknya dalam hati.Dia terus berlari tanpa menghiraukan orang orang di sekitar yang menghalau jalannnya.Alluna akhirnya sampai di lobi rumah sakit dia langsung menuju ke ruang rawat inap. Dia segera membuka pintu dan masuk dengan nafas terengah engah.Di dalam sana dia melihat sudah ada dokter dan perawat yang sedang memeriksa Ibunya.Alluna masih berusaha mengatur nafasnya bahkan dadanya terasa panas karena harus berlari jauh."Nona, kau harus cepat ambil tindakan, terlambat sedikit saja kita mengoperasinya... maka rumah sakit tidak

  • Is Beating   10 Perawatan

    "Aku mohon."Suara Alluna yang terdengar bergetar dan serak ketakutan itu selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan saat itu Andrew langsung menginjak pedal gas agar mobilnya semakin melaju dengan kencang.Akhirnya dia sampai di halaman rumah sakit, setelah memakirkan mobilnya, Andrew melangkah keluar dan menuju ke pintu masuk.Andrew selalu berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ada rasa gelisah semanjak dia mendengar suara Alluna mengangis ketika menghubunginya.Pandangannya menyapu setiap ruangan lobi rumah sakit untuk mencari keberadaan Alluna, perempuan itu sedang duduk tertunduk sambil sesekali mengusap air matanya.Saat Andrew melangkah mendekat dia melihat seorang suster mendatanginya dengan sebuah map di tangannya."Nona, anda harus menandatanganinya saat ini Dokter sudah bersiap siap hanya tinggal menunggu tanda tangan dari Anda, Dokter bilang sudah tak

  • Is Beating   11 Peringatan Dari Bella

    "Apa Kakakku membuatmu takut??" "Ha?? Mmm, tidak... dia terlihat baik hanya saja ketika tragedi dompet yang tertinggal dan dia tak bisa membayar botol itu sempat membuatku terkejut" Alluna nampak belum terbiasa dengan Bella dan suasana di tempat itu, namun mau bagaimana lagi Alluna harus bisa membiasakan diri karena pasti hidupnya akan berubah setelah memutuskan untuk menerima tawaran Andrew. "Iya, Kah? Aku pikir juga begitu... Kakakku tak pandai bergaul dengan perempuan." "Ya, aku tahu... itulah sebabnya dia Gay... penyuka laki laki, kan?" batin Alluna. Setelah melihat pegawainya pergi Bella menarik kursi agar merapat dan bisa lebih berdekatan dengan Alluna."Karena sekarang kau sudah dekat, eh belum... tapi akan dekat dengan Kakakku kau harus tahu... kalau Kakakku penyuka sesama jenis" Bella berbisik ke telinga Al

  • Is Beating   12 Makan Malam Bersama

    Andrew mengajak Alluna menemui seorang ahli yang sering mengurus orang orang yang ingin belajar bagaimana menjadi orang yang bermartabat dan high clash di mata masyarakat. "Tuan Andrew??" sapa seorang laki laki yang terkejut saat melihat kedatangan Andrew bersama seorang perempuan berparas cantik."Nona Elisa sudah memberitahumu kalau aku akan datang?" sikap dingin dengan aura gelap langsung terlihat ketika Andrew berucap. "I.iya Tuan, beliau sedang ada urusan lain dan harus pergi, dia sempat menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa menemui Anda" ucap pelatih laki laki itu dengan sopan."Jadi??" keningnya seketika berkerut halus menunggu kelanjutan penjelasan dari pria itu. "Mmm, Saya yang akan mengajarkan kepada Nona???" laki laki itu berucap sembari mengulurkan tangannya m

  • Is Beating   13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

    Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.Ingin mengantar Alluna p

  • Is Beating   14 Ancaman

    Setelah membuang pecahan gelas, Andrew menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Alluna.Dia melanjutkan masakan yang belum selesai dengan cara dan kahliannya.Nampak beberapa kali Andrew menghela nafas panjang ketika menoleh ke samping dan menyadari bahwa Alluna berada di sana sedang memperhatikan dirinya.Sikap Alluna sempat membuat Andrew salah tingkah dan merona, namun dia mampu mengendalikannya dengan baik.Masakan telah selesai, Andrew menyajikannya hanya di satu piring untuk Alluna."Makanlah" Andrew meletakkan piring yang sudah dipenuhi makanan di atas meja."Wuaaah... kau bisa memasak? Hebat sekali" Alluna meraih garpu dan mulai mengacak acak makanannya.Ekspresi dan tingkahnya membuat Andrew senang karena ini pertama kali baginya dia memasak untuk orang lain.Andrew berjalan ke sisi lain dan mengambil minuman, kemudian menegugnya perlahan."Aku sempat belajar memas

Bab terbaru

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

  • Is Beating   80 Membaik

    Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men

  • Is Beating   79 Pembohong!

    "Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.“Kau... memanggilku apa?” suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela

  • Is Beating   78 Makan Malam

    Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al

DMCA.com Protection Status