Beranda / Romansa / Is Beating / 11 Peringatan Dari Bella

Share

11 Peringatan Dari Bella

Penulis: Ratu sambi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa Kakakku membuatmu takut??"


"Ha?? Mmm, tidak... dia terlihat baik hanya saja ketika tragedi dompet yang tertinggal dan dia tak bisa membayar botol itu sempat membuatku terkejut" Alluna nampak belum terbiasa dengan Bella dan suasana di tempat itu, namun mau bagaimana lagi Alluna harus bisa membiasakan diri karena pasti hidupnya akan berubah setelah memutuskan untuk menerima tawaran Andrew.


"Iya, Kah? Aku pikir juga begitu... Kakakku tak pandai bergaul dengan perempuan."


"Ya, aku tahu... itulah sebabnya dia Gay... penyuka laki laki, kan?" batin Alluna.


Setelah melihat pegawainya pergi Bella menarik kursi agar merapat dan bisa lebih berdekatan dengan Alluna.

"Karena sekarang kau sudah dekat, eh belum... tapi akan dekat dengan Kakakku kau harus tahu... kalau Kakakku penyuka sesama jenis" Bella berbisik ke telinga Alluna.


"Masalah itu, sebenarnya... Kakakmu sendiri sudah memberitahu padaku."


"Ha? benarkah?? Woow... tumben dia menceritakan tentang dirinya kepada seorang perempuan!" Bella menggeleng kepala tak percaya.

"Padaku saja yang adiknya sendiri dia jarang bercerita tentang masalahnya."


"Apa dia orang yang tertutup?" sahut Alluna.


"Sangat! sangat sekali bahkan kadang dia tak menceritakan perasaannya padaku dan lebih memilih untuk menyembunyikannya."


"Aku mengerti" Alluna menganggukkan kepala dengan ekspresi wajah seperti sedang memikirkan sesuatu.


"Jadi, apa Kakakku sudah mengatakan kenapa dia mengajakmu bekerja sama?"


"Mmm, kalau soal itu... dia bilang kalau aku hanya cukup berdiri di sampingnya dan tersenyum."


Hahahhaha....

"Apa apaan ini!! Ayah bisa membunuhnya kalau sampai ketahuan dia berbohong dengan membawa wanita bayaran ke pesta!"


Raut wajah Alluna langsung berubah muram dengan dahi berkerut halus ketika mendengar Bella menyebutnya wanita bayaran.

"Apa maksudmu wanita bayaran??" Alluna langsung melirik membuat Bella menciut nyalinya.


"Ooo, kau jangan berfikir yang aneh aneh dulu, Emmm, itu... sebenarnya" Bella mulai menceritakan kenapa Andrew sangat membutuhkan bantuannya.


Alluna sangat paham dan mengerti. Tapi apakah keputusannya untuk membantu Andrew adalah tepat? atau malah akan membuatnya semakin terjerumus lebih dalam lagi?

Alluna mulai terguncang, namun mengingat Andrew sudah membantunya dan mengeluarkan biaya banyak untuk operasi Bu Tesha, Alluna merasa hanya perlu membalas budi dan menyelesaikan apa yang sudah dia mulai.


"Jadi, kau tidak mungkin hanya diam di sampingnya, pasti Ayahku akan bertanya padamu mengenai apapun itu untuk menggali informasi darimu, tapi dia bisa mencari sendiri info tentangmu sebenarnya... terkecuali kau bisa meyakinkan Ayahku di pesta nanti."


Alluna terdiam, dia tak menyangka bekerja sama dengan Andrew justru akan membuatnya semakin pusing.


"Maaf Alluna kalau kau menjadi terbebani seperti ini, oh ya... aku sedikit mendengar kabar tentang Ibumu... jadi aku turut prihatin."


"Terimakasih, tapi... sebenarnya dia bukan Ibu kandungku" Alluna tak seharusnya menceritakan itu, namun merasa Bella orang yang baik dia harus memberitahu tentang semua yang sebenarnya.


"Apa?" keningnya berkerut kasar hingga terlihat dalam di sekitar area matanya menunggu cerita dari Alluna.


"Ya, dia bukan Ibu kandungku" Alluna mulai menceritakan tentang Ibu si pemilik toko, lalu bercerita bagaimana awal dirinya mulai pindah ke kota dan bertemu dengannya.

Kemudian bercerita tentang kedua Orang Tuanya.


Bella terdiam mendengar kisah pilu tentang kedua Orang Tua Alluna yang meninggal karena kecelakaan dia pun merasa iba.

Melihat Alluna sepertinya perempuan yang sangat tulus Bella pun bermaksud lebih dekat dengnnya.

"Terimakasih kau sudah menceritakan semuanya padaku" Bella meraih tangan Alluna dan menggenggamnya.


"Sama sama, aku juga senang ada seseorang yang mau mendengar ceritaku" sahut Alluna.


Bella masih tak percaya ada seorang perempuan di dunia ini yang seperti Alluna.

Tulus dan selalu baik pada orang yang notabennya tak memiliki hubungan darah sekalipun.

                           ****************

Alluna telah selesai melakukan berbagai perawatan sore itu, dengan sedikit mengubah gaya rambut dan penampilannya, Alluna semakin terlihat sangat manis dan segar.


Bella hanya memberikan blouse dengan potongan lengan 3/4 ketat serta membuat lekukan di setiap tubuh Alluna terlihat lebih tegas dan jelas.

Setelah selesai Bella pun menghubungi Kakakknya untuk menjemput Alluna.


"Apa kau sampai harus menghubungi Kakakmu? aku bisa kok pulang sendiri."


"Eit, tidak bisa... selama kau dan Kakakku masih menjadi pertner kerja dia tak mungkin membiarkanmu sengsara. Dia bisa menghukumku kalau sampai membiarkan dirimu pulang naik bus. Lagi pula setelah ini kau juga masih ada kelas untuk belajar cara makan, duduk, berjalan dan berdansa" Bella menjabarkan semua rangkaian jadwal Alluna membuat perempuan itu hanya diam menganga mendengarnya.


"Apa!!??? astagaa... ada apa dengan mereka, haruskah cara makan, memegang sendok dan garpu juga ada sekolahnya? bahkan setelah aku dilahirkan dan bisa makan sendiri saja aku sudah bisa memegang sendok dengan baik dan benar!" Gumamnya dalam hati.


"Kau tenang saja, Kakakku tidak akan membuatmu kesusahan. Tapi ingat jangan membuatnya kesal, ataupun menyentuh barang miliknya jika kau tak ingin singa yang sedang tertidur itu terbangun kemudian mengamuk. Oke?"


"Mmm" Alluna tersenyum sambil mengangguk.


Tin!!


Mobil Andrew telah sampai di depan boutique, Bella pun mengantar Alluna untuk menemuinya.

"Ingat apa kata kataku, ya! Dan besok aku akan menyiapkan gaun teristimewa untukmu saat pergi ke pesta dengan Kakakku" mereka berbincang sembari berjalan menuju ke pintu.


Andrew telah melangkah turun dan berdiri di samping mobil, dia tak masuk ke dalam dan sengaja menunggu Alluna keluar karena dia sedang merokok dan tak mungkin baginya untuk masuk ke ruangan berAc dengan membawa rokoknya.


"Kau membuat Alluna menunggu lama, Kak!" seru Bella membuat Andrew mengalihkan perhatiannya pada Alluna yang berdiri di samping Adiknya.


Perempuan itu sedikit terlihat berbeda dan itu karena polesan make up yang sangat tipis dengan kesan bibir merah basah serta pipi merona.


Ghm!!


Bella sengaja berdehem karena Andrew sempat melamun menatap Alluna. Dia langsung tersenyum ketika melihat Kakaknya terkejut seperti telah tertangkap basah.


Andrew langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lain dan bersikap setenang mungkin setelah kepergok oleh Bella karena telah memandang Alluna dengan sangat lama.


Bella tersnyum melihat tingkah Kakaknya yang lucu.


"Masuklah" ucap Andrew setelah membuka pintu mobil untuk Alluna.

"Hati hati dengan kepalamu" Andrew selalu mengingatkan Alluna akan hal itu ketika masuk ke mobil.


Setelah perempuan itu masuk Andrew menutup pintunya, sebelum pergi dari tempat itu dia sempat mendekati adiknya dan berbisik.

"Terimakasih atas bantuannya"


"Perlakukan dia dengan sangat baik, Kak... dia berbeda dengan perempuan lainnya."


Andrew tersenyum lebar seperti terpaksa saat itu.

"Dengan senang hati My Princess, tanpa di mintapun aku selalu memperlakukannya dengan sangat manis" senyum Andrew menghilang, dan berganti dengan tatapan kesal seolah dia tak terima karena telah mendapat peringatan dari adiknya.

Andre kembali ke mobil dan masuk ke dalam.


"Baik-baik kalian berdua yaaa" Bella melambaikan tangan ke arah mereka, dan mobil Andrew pun melesat pergi dengan cepat.


                         ****************

Di perjalanan Alluna nampak gelisah dia sangat tak tenang sebelum mendapat kabar dari rumah sakit.


Andrew yang duduk di sampingnya pun melihat rona kecemasan itu di wajah Alluna.

"Kau tenang saja, aku sudah meminta orang untuk berjaga di rumah sakit dan memberi kabar padaku setiap jamnya" Andrew seperti bisa membaca pikiran Alluna, dan ternyata dia terlebih dulu memerintahkan orang untuk memantau Ibu Tesha di rumah sakit.


"Lalu, bagaimana dengan kabar Ibuku sekarang?" saking paniknya Alluna meraih mencengkeram lengan Andrew.


Laki laki itu sempat diam fokus ke jalan sebelum akhirnya tangan Alluna yang berada di lengannya mengalihkan perhatiannya sesaat.

Andrew melirik, raut wajahnya berubah seperti ada ekspresi tak suka saat itu.


"Oh, maaf" Alluna teringat dengan kata kata Bella di mana dia tak boleh sembarangan menyentuh barang barang milik Andrew, tapi dia tak tahu kalau itu berlaku juga untuk tubuhnya.

Jika mengingat ekspresi seperti tak suka ketika Alluna menyentuh lengannya tadi, sepertinya Andrew memang sangat tak suka orang lain juga menyentuh bagian dari tubuhnya.


Andrew sempat melihat raut wajah Alluna ketakutan dia pun tersenyum berusaha membuat Alluna kembali nyaman.

"Ibumu baik baik saja, operasinya sebentar lagi selesai... dan setelah kau menyelesaikan pelatihan ini kau bisa pergi menemuinya."


"Iya" Alluna tersenyum menganggukkan kepala.


Alluna menghela nafas melegakan dadanya mengingat baru saja dia seperti melihat kilatan mengerikan dari kedua bola matanya saat dirinya menyentuh lengan Andrew.

Untuk kedepannya Alluna sepertinya harus lebih berhati hati.

Bab terkait

  • Is Beating   12 Makan Malam Bersama

    Andrew mengajak Alluna menemui seorang ahli yang sering mengurus orang orang yang ingin belajar bagaimana menjadi orang yang bermartabat dan high clash di mata masyarakat. "Tuan Andrew??" sapa seorang laki laki yang terkejut saat melihat kedatangan Andrew bersama seorang perempuan berparas cantik."Nona Elisa sudah memberitahumu kalau aku akan datang?" sikap dingin dengan aura gelap langsung terlihat ketika Andrew berucap. "I.iya Tuan, beliau sedang ada urusan lain dan harus pergi, dia sempat menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa menemui Anda" ucap pelatih laki laki itu dengan sopan."Jadi??" keningnya seketika berkerut halus menunggu kelanjutan penjelasan dari pria itu. "Mmm, Saya yang akan mengajarkan kepada Nona???" laki laki itu berucap sembari mengulurkan tangannya m

  • Is Beating   13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

    Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.Ingin mengantar Alluna p

  • Is Beating   14 Ancaman

    Setelah membuang pecahan gelas, Andrew menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Alluna.Dia melanjutkan masakan yang belum selesai dengan cara dan kahliannya.Nampak beberapa kali Andrew menghela nafas panjang ketika menoleh ke samping dan menyadari bahwa Alluna berada di sana sedang memperhatikan dirinya.Sikap Alluna sempat membuat Andrew salah tingkah dan merona, namun dia mampu mengendalikannya dengan baik.Masakan telah selesai, Andrew menyajikannya hanya di satu piring untuk Alluna."Makanlah" Andrew meletakkan piring yang sudah dipenuhi makanan di atas meja."Wuaaah... kau bisa memasak? Hebat sekali" Alluna meraih garpu dan mulai mengacak acak makanannya.Ekspresi dan tingkahnya membuat Andrew senang karena ini pertama kali baginya dia memasak untuk orang lain.Andrew berjalan ke sisi lain dan mengambil minuman, kemudian menegugnya perlahan."Aku sempat belajar memas

  • Is Beating   15 Tak Berdaya

    Mobil Andrew nampak berhenti mendadak di tepi jalan ketika perasaan tak enak bergelayut di dalam hatinya.Mengingat kembali ekspresi Alluna yang tak nyaman ketika berada di tempat itu sesaat ingin membuatnya kembali ke sana.Namun Andrew berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tak ada yang aneh dan perlu dia khawatirkan."Tunggu!!" dia teringat akan koreknya yang tertinggal di meja dekat sofa, kemudian dia mencarinya di setiap saku jas untuk lebih meyakinkan lagi dan ternyata koreknya memang benar benar tak ada.Dia langsung membanting stir mobil dan bergegas kembali menuju ke tempat pelatihan.****************Ada beberapa toilet di ruangan itu, Alluna keluar setelah beberapa saat duduk di salah satu kloset.Di ruangan itu terdapat beberapa wastafel berjejer. Di sana Alluna t

  • Is Beating   16 Konsekuensi Karena Menyentuh Perempuanku

    Perasaannya sudah tak karuan lagi, dadanya seketika memanas antara amarah dan kesal bercampur menjadi satu.Andrew membanting pintu mobil dan langsung berlari, dia teringat bahwa malam itu ketika Alluna berlatih dansa ekspresi wajahnya terlihat ketakutan.Dan lagi, tadi pagi sebelum masuk ke dalam tempat itu dia teringat ekspresi Alluna yang sama, sangat ketakutan dan tak nyaman namun Alluna tak mengakuinya jika itu semua karena pelatih laki laki itu."Sial!" umpat Andrew memaki dirinya sendiri yang merasa tak peka dengan Alluna yang sangat tertekan berada di tempat itu.Dia segera pergi menghampiri Alluna diikuti oleh Elisa dari arah belakang. ****************Andrew berlari melewati sebuah ruangan, instingnya membuat tangan Andrew bergerak cepat menyambar sebuah APAR yang terpasang di sa

  • Is Beating   17 Teman?

    Sepanjang jalan menuju ke mobil, Alluna meringkuk dalam dekapan Andrew, tubuhnya bergetar rambut serta pakaian yang dikenakannya nampak kusut dan berantakan.Dekapan Andrew mampu mmebuatnya nyaman dan tenang.Andrew bisa melihat guratan ketakutan yang teramat di wajahnya, dia kemudian meletakkan tubuh Alluna di kursi dengan perlahan lalu membantunya memasang sabuk pengaman.Setengah tubuhnya masih membungkuk di dalam mobil menatap wajah Alluna yang terus melamun. Ada rasa penyesalan karena sudah meninggalkan perempuan itu sendirian di dalam sana dan lebih memilih untuk pergi bekerja.Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Andrew tak datang kembali untuk mengambil koreknya saat itu.Tangannya bergerak meraih pipi Alluna, mengusap pipinya yang basah dengan ibu jarinya kemudian berucap dengan lirih.“Kau sudah aman” melihat kondisi Alluna, Andrew merasa han

  • Is Beating   18 Teman SMA

    “Tidak, aku akan membantumu mengobatinya” Andrew mengusapkan kapas yang telah diberi alkohol ke leher Alluna.“Kau bisa mengangkat dagumu sedikit?” perintahnya ketika merasa kesulitan saat ingin membersihkan luka di bagian lehernya.“E, umm” Alluna mengangguk perlahan.Andrew mendorong tubuhnya maju agar lebih dekat, karena merasa posisinya tak nyaman dia pun menarik pengait di samping kursi dan membuat kursi Alluna bergerak ke belakang.“Eh!!” Alluna pun terkejut saat di mana tubuhnya terbaring di atas kursi yang terdorong ke belakang, bersamaan dengan itu tubuh Andrew ikut mendekat.Melihat Alluna terkejut Andrew pun langsung berucap.“Tenang aku hanya ingin membuatmu nyaman.”Alluna terbaring dengan dagu sedikit terangkat agar mempermudahkan Andrew ketika mengobati lukanya. Dia melakukannya dengan sangat lembut dan hati-hati.“Sakit?” tanya Andrew ketika members

  • Is Beating   19 Ponsel Baru Untuk Alluna

    “Jadi kau belum memberi tahu kepada Tad kalau akulah perempuan yang akan pergi menemanimu ke pesta besok malam?” Alluna meraih cangkir berisi coffe latte miliknya, mencercap sedikit kemudian mengembalikannya ke tempat semula.“Hmm!” Andrew hanya menganggukkan kepala sementara tangannya sibuk memainkan ponsel. Mereka berdua sedang menikmati kopi sembari duduk di bangku yang sudah tersedia sementara Tad sedang berada di toilet umum.Andrew menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas kemudian menatap ke arah Alluna, lumayan lama dia mentapnya lekat sampai-sampai Alluna dibuat salah tingkah dengannya.Ghm!!Alluna berdehem mencoba mentralkan perasaannya sembari membuang pandangan kearah lain mencoba untuk menghindari tatapan matanya.“Terimakasih” ucapnya seketika mengalihkan suasana.“Untuk?” jawabnya tampa mengalihkan pan

Bab terbaru

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

  • Is Beating   80 Membaik

    Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men

  • Is Beating   79 Pembohong!

    "Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.“Kau... memanggilku apa?” suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela

  • Is Beating   78 Makan Malam

    Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al

DMCA.com Protection Status