Home / Romansa / Is Beating / 12 Makan Malam Bersama

Share

12 Makan Malam Bersama

Author: Ratu sambi
last update Last Updated: 2021-05-04 18:23:46

Andrew mengajak Alluna menemui seorang ahli yang sering mengurus orang orang yang ingin belajar bagaimana menjadi orang yang bermartabat dan high clash di mata masyarakat.


"Tuan Andrew??" sapa seorang laki laki yang terkejut saat melihat kedatangan Andrew bersama seorang perempuan berparas cantik.


"Nona Elisa sudah memberitahumu kalau aku akan datang?" sikap dingin dengan aura gelap langsung terlihat ketika Andrew berucap.


"I.iya Tuan, beliau sedang ada urusan lain dan harus pergi, dia sempat menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa menemui Anda" ucap pelatih laki laki itu dengan sopan.


"Jadi??" keningnya seketika berkerut halus menunggu kelanjutan penjelasan dari pria itu.


"Mmm, Saya yang akan mengajarkan kepada Nona???" laki laki itu berucap sembari mengulurkan tangannya menyambut serta menunggu Alluna menyebutkan namanya.


"Alluna" ucapnya memperkenalkan diri.


"Nona Alluna" dia mengulangi ucapan Alluna dengan penuh senyum.

"Saya yang akan mengajari Nona Alluna malam ini "


Andrew menghela nafas panjang sembari menyimpan kedua tangan ke dalam saku celana sementara pandangannya masih tertuju ke tangan pelatih itu yang masih dan terus menggenggam tangan Alluna.

"Tapi sebelumnya apa kau bisa melepaskan tanganmu??" bibirnya tersenyum, namun matanya menajam layaknya seperti sedang memperlihatkan rasa tak suka.


"Ooh, maaf Tuan"


Andrew kemudian mengalihkan pandangannya ke Alluna.

"Baiklah, Alluna" ucap Andrew dengan sangat lembut.

"Ikutlah dengannya"


"Tapi" Alluna nampak khawatir kalau-kalau Andrew akan meninggalkannya lagi seperti saat di tempat Bella.

Tempat itu sangat asing baginya sehingga ada rasa malu serta tak nyaman ketika harus sendirian di sana.


"Kau tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu... aku akan duduk di sini menunggu" Andrew berucap penuh dengan senyum membuat Alluna merasa sangat nyaman dengan keberadaannya.


Ya, senyum yang sangat manis mampu membuat para wanuta jatuh terhanyut ke dalamnya namun ekspresi dan matanya memperlihatkan suatu hal berbeda.

Seperti menggambarkan bahwa semua apa yang di perlihatkan saat itu adalah palsu belaka.


"Baiklah" sahut Alluna.


"Mari Nona Alluna, silakan ikuti Saya" pelatih laki laki itu melangkah terlebih dulu menunjukkan jalan kepada Alluna.


Alluna merasa lega dia pun mengikuti langkah laki laki itu.


Andrew sempat melihat kesekitar sebelum akhirnya dia duduk di bangku yang sudah tersedia di sana.


Tak lama kemudian nampak seorang pelayan datang menghampirinya dengan membawa nampan dan secangkir kopi di atasnya.

"Silakan, Tuan" ucapnya sembari meletakkan cangkir ke atas meja.


Ruangan yang sangat luas dengan tatanan ruang serta hiasan khas Eropa dan lampu yang temaram membuat suasana semakin hangat, di sana ada sebuah pintu yang langsung berhubungan dengan ruangan lain di mana Alluna berada, dan pembatas dari kaca sehingga Andrew bisa mengawasi Alluna dari kejauhan.


Andrew meraih cangkir dan mencium aroma kopi sebelum mencercapnya perlahan, sementara kedua bola matanya nampak memperhatikan Alluna yang sedang berlatih layaknya seorang putri agar nantinya tak melakukan kesalahan ketika sedang makan malam bersama Ayah dan kolega lainnya.


                         ****************


Andrew melirik ke jam yang melingkar di tangannya dan waktu telah menunjukkan pukul 9 malam.

Kopi di cangkirnya telah habis namun Andrew sampai tak menyadarinya karena sejak dari tadi dia terlalu menikmati kopinya sambil terus memperhatikan Alluna.


Tiba saatnya di sesi terakhir, Alluna diajarkan bagaimana caranya berdansa yang baik dan benar.


Dilihat dari raut wajah Alluna, dia sepertinya benar benar sangat kelelahan karena berjam jam harus belajar berdiri, berjalan dan duduk dengan punggung yang tegak dan tak boleh terlihat sedikitpun membungkuk.


"Oh, kapan ini akan selesai?? aku benar benar sangat lelah dan pegal"  keluh Alluna dalam hati.


Andrew bersandar di sandaran kursi dengan kaki satu disilangkan di atas kaki satunya lagi, sementara kedua tangannya berada di atas paha dengan jari jemari saling bertautan.

Posisi duduk seperti itu membuat Andrew terlihat sangat berkharismatik, pantas saja banyak perempuan yang menyukainya jika Andrew bukan gay mungkin saat ini dia sudah mengencani beberapa perempuan setiap harinya.


Pandangannya terus tertuju ke Alluna yang sedang belajar dansa. Awalnya Andrew merasa baik baik saja namun ketika laki laki itu meletakkan tangannya di pinggang Alluna dan memaksa perempuan itu merapatkan tubuhnya, Andrew merasa seperti ada yang berdesir aneh di dalam hatinya.


Ekspresi wajahnya terlihat santai namun matanya yang menajam bagaikan mata elang memperlihatkan seperti ada kilatan rasa sengit saat melihat pelatih itu menyentuh pinggang Alluna.


Dia tetap berusaha keras untuk tenang dan bersikap biasa namun melihat Alluna yang sepertinya tak nyaman berdekatan dengan pelatih pria itu, Andrew ingin sekali rasanya menyudahi latihan malam itu, namun dia masih ragu.


Ujung matanya masih terus mengawasi Alluna di mana peremuan itu semakin terlihat gelisah dan seperti ketakutan.

Jelas saja karena kini tangan pelatih telah bergerak perlahan menurun lebih tepatnya bukan di pinggang namun berada di pantat Alluna yang padat berisi.


Andrew menghela nafas panjang, dia nampak kesal dalam hatinya selalu bertanya tanya apakah sekarang metode berlatih dansa sudah berubah sampai pelatih itu harus memegang bagian tubuh yang tak seharusnya?


Memang sangat tidak lazim namun Andrew berfikir kalau tempat pelatihan milik Elisa ini terkenal paling bagus sehingga Andrew tak berfikir aneh.

Mungkin pelatih hanya meminta Alluna untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.


Entah apa yang dibisikkan oleh pria itu karena Andrew sempat melihat dia seperti sedang membisikkan sesuatu ke telinga Alluna, atau mungkin dia hanya memberikan arahan kepada Alluna akan tetapi Andrew tak tahu jelas yang pasti ekspresi wajah Alluna berubah ketika melihat pelatih pria itu berbisik di telinganya.


"Beri tahu aku kalau kau tak nyaman, dengan begitu aku memiliki alasan dan akan segera membawamu keluar dari tempat ini" batin Andrew.


Entah apakah alam mengirim sinyal batin Andrew kepada Alluna melalui isi hatinya namun yang terjadi saat itu adalah Alluna langsung menoleh dan melihat ke arah Andrew.

Memperlihatkan ekspresi muram dengan mata memerah seperti sangat ketakutan berdekatan dengan laki laki itu saat berlatih dansa.


Alluna menatap dengan penuh harap bahwa Andrew akan segera membawanya pergi dan menyudahi latihan malam itu.


Andrew beranjak berdiri melangkah sembari merapihkan jasnya, dengan gagah dia semakin mendekat dan menghentikan mereka berdua.

"Aku pikir latihan malam ini cukup!" ucapnya seketika membuat pelatih itu seperti tak rela melepas Alluna pergi sebelum menyelesaikan sesi latihan dansa.


Inilah saatnya Alluna menjauh dan dia langsung memaksa pelatih itu melepaskan tangan dari pinggangnya kemudian celat cepat Alluna berdiri di samping Andrew seperti sedang mencari perlindungan.


"Tapi, Tuan?"


"Aku bilang cukup!!!" geram Andrew seketika, dengan tatapan menajam sesaat ke pelatih pria itu.

Namun ekspresi wajahnya berubah menghangat dan melembut saat menoleh menatap Alluna dia bahkan menggenggam tangannya yang kemudian di balas dengan sangat erat oleh Alluna.


"Ayo kita pulang" suara Andrew berubah lembut ketika berucap dengan Alluna.

Andrew membawanya kembali ke mobil, dia bisa merasakan perempuan itu ketakutan dari tangannya yang sangat dingin dan berkeringat.

Andrew ingin bertanya kepada Alluna namun sepertinya itu membutuhkan waktu yang tepat.


Dia telah berhasil masuk ke dalam mobil namun dia belum menyalakan mesinnya kerena pandangannya teralihkan ke Alluna yang diam seperti masih ketakutan dengan kedua tangan saling meremas gelisah.


Andrew mendekatinya mencoba membuat Alluna tenang.

"Kau baik baik saja?" Andrew meraih bahunya namun Alluna terkejut terhentak tubuhnya, membuat Andrew menajamkan matan seolah Alluna merasa tertekan selama berada di dalam sana.


"Aku, aku baik baik saja" Alluna terbata.


Andrew masih mengawasinya melihat tangan Alluna bergetar ketakutan dia pun meraihnya.

"Tanganmu sangat dingin, katakan... apa yang terjadi selama kalian berdekatan tadi? apa dia mengancammu? atau dia melakukan sesuatu pada tubuhmu?"


"Tidak, dia tidak mengatakan apapun" sahut Alluna.


Melihat apa yang terjadi dan apa yang di katakan Alluna berbanding terbalik 180% membuat Andrew tak percaya.

Andrew tahu benar ada yang tak beres di sana ketika mereka berlatih dansa, namun Alluna tak mau memberitahunya.

"Dia melakukan sesuatu yang tidak senonoh dengan tubuhmu?"


"Tidak!" sahut Alluna lagi dengan cepat mematahkan tuduhan Andrew.


"Lalu... dia mengancammu agar kau tidak mengatakan sesuatu padaku dengan apa yang dia lakukan pada tubuhmu?"


"Tidak, tidak, tidak... tidak ada apa apa... aku hanya, aku sangat lapar."


"Ha? Hahahahaha...."

Andrew tertawa mendengar ucapan Alluna namun tersadar bahwa tawanya menggema di seisi kabin mobil, perlahan pun tawanya menghilang dan berganti dengan ekspresi wajah serius.


"Ya ampun... aku lupa kalau belum mengajakmu makan, kenapa kau tidak mengingatkanku dari tadi?" Andrew mengusap ujung kepala Alluna karena gemas.

"Baiklah sebelum aku mengantarmu ke rumah sakit, kita akan makan terlebih dulu."


Alluna hanya tersenyum tipis namun masih terlihat guratan gelisah masih menghiasi wajahnya.


                             ****************

Andrew sengaja memesan hidangan terfavorit di salah satu restouran elite di kota itu. Tak hanya satu, ada beberapa dan itu sangat banyak.

Membayangkan semua itu masuk ke perutnya saja membuat Alluna kenyang terlebih dulu.

"Aku sengaja memesan semua ini untukmu, karena aku tidak tahu apa yang kau sukai... kau tak perlu menghabiskannya karena aku tahu perutmu tidak akan muat... makanlah yang menurutmu enak dan kau sukai... atau ada makanan lain yang kau inginkan? aku akan memesannya untukmu"


"Tidak, tidak Tuan... ini sudah sangat cukup" mencium semua aroma makanan sebanyak itu membuat perutnya terasa penuh.


"Tuan??" Andrew berucap dengan nada bertanya, seperti seolah mengingatkan kepada Alluna.


"E, maaf.. aku belum terbiasa memanggil namamu" Alluna tertunduk malu tak enak hati.


Andrew meraih dagunya memaksa Alluna mengangkat wajah dan melihat ke arahnya.

"Mulai saat ini kau harus terbias, harus! Siapa namaku?? Sebutkan namaku? Hmmm??" Andrew mengangkat kedua alisnya secara bersamaan.


"Andrew" Alluna nampak lancar menyebut namanya, namun terkadang lidahnya sukar untuk di ajak kompromi.


"Manis sekali, kau sangat imut" Andrew tersenyum tipis, namun entah kenapa itu tak membuat Alluna ketakutan karena terkadang di suatu sisi yang dia rasakan senyum Andrew terlihat mengerikan.


Alluna dibuat berdebar mendengar sanjungan dari Andrew terlebih lagi laki-laki itu sejak dari tadi memperlakukannya seperti layaknya seorang kekasih, Alluna sangat paham dia tak ingin berfikir lebih karena Andrew pasti memiliki alasan lain melakukan hal itu.


Andrew mengambil lap khusus yang sudah tersedia di meja itu menggunakannya untuk membersihkan sisa makanan di bibir Alluna.

"Kau seperti anak kecil, makananmu belepotan di mana mana" wajah mereka sangat dekat dan setelah Andrew menyadari kedekatan mereka, tangannya terpaku di udara.

Kedua bola matanya tertuju ke bibir Alluna yang merona.

Jakunnya terlihat naik turun ketika berusaha menelan ludahnya dengan susah payah.


Sesaat Alluna terdiam kemudian berucap.

"Maaf, aku pastikan besok saat datang ke pesta Ayahmu aku tidak akan melakukan hal ini di depannya" Alluna menoleh memalingkan wajahnya karena malu.


Andrew tersenyum lebar mendengar ucapan Alluna seolah berusaha sedang menenangkan dirinya.

"Kau tak perlu menjadi orang lain di depanku, tapi kau harus berakting dengan baik ketika sedang bertemu dengan Ayahku."


"Aku akan berusah untuk tidak mengecewakanmu."


"Iya, harus! habiskan makananmu setelah ini aku akan mengantarmu ke rumah sakit."

Related chapters

  • Is Beating   13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

    Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.Ingin mengantar Alluna p

    Last Updated : 2021-05-05
  • Is Beating   14 Ancaman

    Setelah membuang pecahan gelas, Andrew menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Alluna.Dia melanjutkan masakan yang belum selesai dengan cara dan kahliannya.Nampak beberapa kali Andrew menghela nafas panjang ketika menoleh ke samping dan menyadari bahwa Alluna berada di sana sedang memperhatikan dirinya.Sikap Alluna sempat membuat Andrew salah tingkah dan merona, namun dia mampu mengendalikannya dengan baik.Masakan telah selesai, Andrew menyajikannya hanya di satu piring untuk Alluna."Makanlah" Andrew meletakkan piring yang sudah dipenuhi makanan di atas meja."Wuaaah... kau bisa memasak? Hebat sekali" Alluna meraih garpu dan mulai mengacak acak makanannya.Ekspresi dan tingkahnya membuat Andrew senang karena ini pertama kali baginya dia memasak untuk orang lain.Andrew berjalan ke sisi lain dan mengambil minuman, kemudian menegugnya perlahan."Aku sempat belajar memas

    Last Updated : 2021-05-05
  • Is Beating   15 Tak Berdaya

    Mobil Andrew nampak berhenti mendadak di tepi jalan ketika perasaan tak enak bergelayut di dalam hatinya.Mengingat kembali ekspresi Alluna yang tak nyaman ketika berada di tempat itu sesaat ingin membuatnya kembali ke sana.Namun Andrew berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tak ada yang aneh dan perlu dia khawatirkan."Tunggu!!" dia teringat akan koreknya yang tertinggal di meja dekat sofa, kemudian dia mencarinya di setiap saku jas untuk lebih meyakinkan lagi dan ternyata koreknya memang benar benar tak ada.Dia langsung membanting stir mobil dan bergegas kembali menuju ke tempat pelatihan.****************Ada beberapa toilet di ruangan itu, Alluna keluar setelah beberapa saat duduk di salah satu kloset.Di ruangan itu terdapat beberapa wastafel berjejer. Di sana Alluna t

    Last Updated : 2021-05-05
  • Is Beating   16 Konsekuensi Karena Menyentuh Perempuanku

    Perasaannya sudah tak karuan lagi, dadanya seketika memanas antara amarah dan kesal bercampur menjadi satu.Andrew membanting pintu mobil dan langsung berlari, dia teringat bahwa malam itu ketika Alluna berlatih dansa ekspresi wajahnya terlihat ketakutan.Dan lagi, tadi pagi sebelum masuk ke dalam tempat itu dia teringat ekspresi Alluna yang sama, sangat ketakutan dan tak nyaman namun Alluna tak mengakuinya jika itu semua karena pelatih laki laki itu."Sial!" umpat Andrew memaki dirinya sendiri yang merasa tak peka dengan Alluna yang sangat tertekan berada di tempat itu.Dia segera pergi menghampiri Alluna diikuti oleh Elisa dari arah belakang. ****************Andrew berlari melewati sebuah ruangan, instingnya membuat tangan Andrew bergerak cepat menyambar sebuah APAR yang terpasang di sa

    Last Updated : 2021-05-18
  • Is Beating   17 Teman?

    Sepanjang jalan menuju ke mobil, Alluna meringkuk dalam dekapan Andrew, tubuhnya bergetar rambut serta pakaian yang dikenakannya nampak kusut dan berantakan.Dekapan Andrew mampu mmebuatnya nyaman dan tenang.Andrew bisa melihat guratan ketakutan yang teramat di wajahnya, dia kemudian meletakkan tubuh Alluna di kursi dengan perlahan lalu membantunya memasang sabuk pengaman.Setengah tubuhnya masih membungkuk di dalam mobil menatap wajah Alluna yang terus melamun. Ada rasa penyesalan karena sudah meninggalkan perempuan itu sendirian di dalam sana dan lebih memilih untuk pergi bekerja.Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Andrew tak datang kembali untuk mengambil koreknya saat itu.Tangannya bergerak meraih pipi Alluna, mengusap pipinya yang basah dengan ibu jarinya kemudian berucap dengan lirih.“Kau sudah aman” melihat kondisi Alluna, Andrew merasa han

    Last Updated : 2021-05-18
  • Is Beating   18 Teman SMA

    “Tidak, aku akan membantumu mengobatinya” Andrew mengusapkan kapas yang telah diberi alkohol ke leher Alluna.“Kau bisa mengangkat dagumu sedikit?” perintahnya ketika merasa kesulitan saat ingin membersihkan luka di bagian lehernya.“E, umm” Alluna mengangguk perlahan.Andrew mendorong tubuhnya maju agar lebih dekat, karena merasa posisinya tak nyaman dia pun menarik pengait di samping kursi dan membuat kursi Alluna bergerak ke belakang.“Eh!!” Alluna pun terkejut saat di mana tubuhnya terbaring di atas kursi yang terdorong ke belakang, bersamaan dengan itu tubuh Andrew ikut mendekat.Melihat Alluna terkejut Andrew pun langsung berucap.“Tenang aku hanya ingin membuatmu nyaman.”Alluna terbaring dengan dagu sedikit terangkat agar mempermudahkan Andrew ketika mengobati lukanya. Dia melakukannya dengan sangat lembut dan hati-hati.“Sakit?” tanya Andrew ketika members

    Last Updated : 2021-05-18
  • Is Beating   19 Ponsel Baru Untuk Alluna

    “Jadi kau belum memberi tahu kepada Tad kalau akulah perempuan yang akan pergi menemanimu ke pesta besok malam?” Alluna meraih cangkir berisi coffe latte miliknya, mencercap sedikit kemudian mengembalikannya ke tempat semula.“Hmm!” Andrew hanya menganggukkan kepala sementara tangannya sibuk memainkan ponsel. Mereka berdua sedang menikmati kopi sembari duduk di bangku yang sudah tersedia sementara Tad sedang berada di toilet umum.Andrew menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas kemudian menatap ke arah Alluna, lumayan lama dia mentapnya lekat sampai-sampai Alluna dibuat salah tingkah dengannya.Ghm!!Alluna berdehem mencoba mentralkan perasaannya sembari membuang pandangan kearah lain mencoba untuk menghindari tatapan matanya.“Terimakasih” ucapnya seketika mengalihkan suasana.“Untuk?” jawabnya tampa mengalihkan pan

    Last Updated : 2021-05-19
  • Is Beating   20 Suara Laki-laki

    "Andrew? Kau... masih di sini?" Alluna tak menyangka kalau Andrew akan menunggu dirinya di sana.Laki laki itu menoleh memperhatikan Alluna yang sedang berjalan mendekat, kemudian beranjak berdiri.“Bagaimana keadaan Ibumu?”“Emmm, dia baik baik saja... kau kenapa masih ada di sini?” sebenarnya Alluna sangat senang ketika melihat Andrew masih menunggu dirinya, tapi bagaimanapun juga dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya.“Menunggumu, kau bilang akan kembali ke toko jadi aku menunggu untuk mengantarmu ke toko setelah ini.”“Tapi, apakah tidak apa apa?” ucapnya gugub.“Apa maksudmu?”“Apa kau tidak repot?” mereka berbincang sembari melangkah menuju ke mobil.“Tidak, semenjak kau memutuskan untuk menerima tawaranku aku putuskan bahwa kau adalah tanggung jawabku terlepas dari kau adalah asetku yang berharga saat ini untuk membuat

    Last Updated : 2021-05-19

Latest chapter

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

  • Is Beating   80 Membaik

    Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men

  • Is Beating   79 Pembohong!

    "Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.“Kau... memanggilku apa?” suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela

  • Is Beating   78 Makan Malam

    Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al

DMCA.com Protection Status