Beranda / Romansa / Is Beating / 13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

Share

13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

Penulis: Ratu sambi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.

Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.

Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.

Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.

Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.

Ingin mengantar Alluna pulang ke rumahnya tapi Andrew tak tahu tempat tinggalnya sehingga dia akhirnya membawa Alluna pulang ke rumahnya.

                               ****************

Andrew meletakkan tubuh Alluna di atas ranjang tempat tidurnya dengan sangat perlahan dan hati hati agar Alluna tak terganggu tidurnya.

Setelahnya perlahan Andrew menegakkan tubuhnya setelah sesaat membungkuk di atas ranjang telat di atas tubuh Alluna.

Dia terlihat menghela nafas panjang kemudian melangkah menuju ke pintu namun langkahnya terhenti ketika mengingat tanpa sadar dia telah membiarkan Alluna tidur di ranjangnya.

"Tunggu! Sepertinya aku sudah kehilangan akal sehatku!!" umpatnya, lalu memutar tubuh dan berniat untuk memindahkan Alluna ke kamar lain namun dia tak sampai hati melakukannya.

"Owh... sial!! Aku tidak percaya membiarkan perempuan itu tidur di ranjangku!!" Andrew mengurungkan niatnya untuk memindahkan Alluna, dia memilih pergi keluar dari kamar dan tidur di sofa depan tv.

                               ****************

Matahari mulai terlihat Andrew yang terbaring di sofa mulai terbangun, seketika pandangan matanya yang sempat berbayang langsung bisa melihat jelas saat dia mengerjapkan matanya beberapa kali ketika mendengar suara aneh yang mengganggu telinganya.

Andrew beranjak bangun namun dia sempat terdiam saat mendapati selimut menutupi tubuhnya.

Pandangannya nampak menyelidik ke selimut itu dan berfikir kalau Alluna lah yang menyelimuti dirinya semalam ketika terlelap.

Tak hanya suara aneh namun kini dia juga mulai mencium aroma masakan yang sangat lezat menelusup masuk ke dalam hidungnya.

Alluna tengah sibuk memasak di pantry, entah apa yang dia masak karena dia tak menemukan banyak bahan yang bisa di masak di dalam kulkas.

Dia hanya menggunakan beberapa bahan yang bisa di masak.

Sepanjang memasak senyum manis selalu menghiasi wajahnya, tanpa dia sadari Andrew sejak dari tadi mengawasinya dengan tatapan dingin.

Dia merasa bahwa suasana pantry sedikit terasa aneh dengan keberadaan perempuan itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" suara bariton keluar dari mulut Andrew yang bediri bersandar di pintu seketika mengejutkan Alluna.

Tubuhnya terperanjat kaget hingga tanpa sengaja menjatuhkan gelas kristal dari tangannya.

"Astaga!!"

Pyarr!!

"Oh???!! ya ampun!" Alluna terkejut sampai gugup ketakutan hingga menggigit bibir bawahnya gelisah.

Alluna memutar tubuhnya melihat Andrew berdiri dengan tangan bersedekap menatap kearahnya membuat mulutnya menganga terkejut seketika.

Sekilas dia teringat akan pesan Bella bahwa dia tak boleh menyentuh barang apapun milik Andrew.

"Bagaimana ini?? aku benar benar lupa, tidak seharusnya aku masuk ke dalam sini... dan sekarang aku justru memecahkan gelas... aaah! Ya ampuuun bagaimana ini, astagaa ini semua karena aku benar benar tak bisa menahan lapar?? Apa aku membuatnya marah?" Ucapnya dalam hati.

Andrew hanya diam dengan tatapan yang semula terlihat dingin, namun perlahan kini mulai berubah menghangat.

"Maaf, aku... aku tidak bermaksud membuat dapurmu kotor dan... dan gelas ini" Alluna terbata sangat ketakutan.

"Maaf, Andrew aku akan membersihkannya" Alluna sempat membungkuk bermaksud ingin membersihkan pecahan gelas, namun Andrew berucap untuk menghentikannya.

"Tetap berada di tempatmu!" perintahnya dengan lembut.

"Ha?" Alluna mengangkat wajahnya kebingungan, kini Andrew sedang berjalan kearahnya.

Laki laki itu mengenakan sweater ketat berwarna hitam dengan potongan kerah tinggi menutupi bagian lehernya.

Sangat ketat hingga membentuk setiap lekukan otot di lengannya bisa terlihat jelas.

Andrew telah berdiri di depan Alluna, sempat menatap lekat ke wajahnya sebelum akhirnya Andrew melihat ke sekitar memastikan apa yang sedang di masak oleh Alluna.

"Apa aku menyuruhmu untuk masak?" ekspresi wajahnya benar-benar membuat Alluna bingung, kedua matanya terlihat seperti kesal dan menahan amarah namun ada guratan senyum tipis di raut wajahnya dan itu benar-benar sangat membingungkan.

"Ti, tidak...." Alluna sangat gelisah takut Andrew akan memarahinya.

"Lalu... kenapa kau berada di sini dan membuat pantry berantakan?" Andrew memang tidak marah, bahkan dia berucap dengan lembut namun ada guratan aneh di wajahnya yang menampakkan seperti kesal saat melihat pantru menjadi berantakan.

"Maaf, baiklah aku akan jujur" Alluna tertunduk ketakutan.

"Aku, aku tidak bisa menahan lapar... aku juga bermaksud memasak untukmu sebagai ucapan terimakasih karena semalam sudah menjaga dan membiarkanku tidur di kamarmu."

Andrew tak percaya, mendengar cerita receh dari Alluna yang ternyata mampu membuatnya terkekeh kecil kemudian menggerakkan tangannya meraih ujung kepala Alluna mengusapnya lembut.

"Kenapa?" Andrew menghela nafas panjang.

"Kenapa kau terlihat menggemaskan saat kau mengatakan kau sedang lapar?" Andrew tersenyum tipis kemudian.

"Wajahmu seperti kucing kecil yang sangat kelaparan saat ini!"

Alluna sempat ketakutan kalau Andrew akan marah namun sebaliknya laki-laki itu bereaksi berbeda dari bayangannya.

"Maaf."

"Tidak perlu minta maaf, kau duduklah aku yang akan membersihkan pecahan gelas ini"

"Tapi" Alluna berusaha menolak karena merasa tak enak hati namun sekilas Andrew melirik tajam membuatnya sangat ketakutan.

"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?" laki-laki itu berucap dengan lembut namun ekspresi wajahnya benar benar tak bisa di tebak, kadang hangat namun seketika bisa berubah dingin dan mengerikan.

"I.iya" Alluna melepas celemek dan menggantungkannya di tempat semula, sementara Andrew mulai membersihkan pecahan gelas yang tercecer di lantai.

"Ah! ssssshhh! sial!!" desisnya ketika tanpa sengaja jarinya tergores pecahan gelas.

"Oh, An.andrew kau terluka?" Alluna belum sempat duduk, ketika melihat jari Andrew terluka dengan sedikit darah di sana Alluna pun langsung kembali mendekat.

Dia meraih tangan Andrew membuat laki laki itu terkejut dan langsung menajamkan matanya.

Andrew reflek dengan cepat menarik tangannya menepis tangan Alluna yang sempat menyentuh tangannya, bersamaan dengan itu kedua matanya kembali terbuka perlahan.

"Reaksimu berlebihan Alluna!!"

"Tidak Andrew!" Alluna meraih tangannya sekali lagi, kali ini cengkeramannya terasa sangat kuat menahan tangan Andrew agar tak bisa menepisnya lagi.

Tanpa di duga Alluna melakukan hal di luar nalarnya, perempuan itu memasukkan jari Andrew yang terluka ke dalam mulut.

Sejenak mengulum dan lidahnya di dalam sana menyentuh seperti mengusap tepat di bagian yang terluka agar menghentikan darahnya.

Raut wajah Andrew berubah seketika dia sangat terkejut saat Alluna menggerakkan lidahnya di dalam sana.

Andrew dibuat terbelalak, saat itu seperti ada aliran listrik yang tiba tiba menjalar ke seluruh tubuhnya setelah jarinya masuk ke dalam mulut Alluna.

Terlebih lagi saat Andrew melihat bagian leher Alluna bergerak seperti sedang menelan sesuatu di dalam sana itu sungguh sungguh membuatnya semakin terkejut dan tak mengira.

Dia hanya berfikir apakah Alluna membersihkan darah dan menelannya masuk ke dalam tenggorokan.

Andrew berusaha menarik tangannya namun entah kenapa tubuhnya terasa sangat lemas seperti tak memiliki tenaga sedikitpun untuk melakukannya.

Dia pun dibuat kebingungan bagaimana bisa hal itu terjadi, bahkan bisa dibilang mendorong tubuh Alluna agar menjauh darinya saja dia sangat mampu namun saat itu dia benar-benar tak memiliki tenaga untuk melakukan hal itu.

Alluna menarik tangan Andrew dengan begitu jarinya keluar dari mulutnya, Andrew terpana merasakan sensasi aneh saat jarinya dicabut dari dalam mulutnya.

Pandangannya kini terpaku pada bibir Alluna, dia sempat merasakan seperti ada rasa hangat dan lembut di dalam mulutnya membuat bulu kuduknya merinding dan dadanya berdebar kencang seketika.

"Sudah!" Alluna tersenyum dengan tangan masih menggenggam erat tangan Andrew.

"Sudah tidak ada darahnya, kan? dengan begini lukanya akan segera sembuh... dulu Ibuku sering malakukan hal ini padaku saat aku masih kecil."

Andrew tersadar dia langsung beranjak berdiri menarik tangannya.

"Darah itu kotor, dan... kau kemanakan darah di jariku?" Andrew masih tak percaya.

"Mmm, sudah tidak ada... aaaa" Alluna mendekat sambil membuka mulutnya tepat di depan mata Andrew, membuat jantungnya seperti meloncat keluar dari dadanya.

Alluna memperlihatkan kepada Andrew bahwa darahnya sudah tak ada di dalam mulutnya.

Saat mulutnya terbuka tepat di depan mata, wajah Alluna terlihat sangat imut. Andrew gugup hingga hampir kehilangan kesadarannya.

Dibayangannya terlintas wajah Tad yang sedang menggodanya namun bayangan wajah itu tiba-tiba berubah menjadi wajah Alluna.

"Sial!!" umpatnya dalam hati.

Andrew terpaku menelan ludahnya dengan susah payah ketika mengingat bahwa Alluna benar benar menelan darahnya.

Dia tak habis pikir bagaimana bisa Alluna melakukan hal itu padanya seperti tak ada beban, itu justru membuat Andrew seperti terserang psikisnya ketika dihadapkan dengan Alluna yang bersikap diluar nalar baginya.

"Andrew, kau baik baik saja?" Alluna melihat bahwa Andrew sempat mematung dengan pandangan kosong.

"Kembalilah ke kursimu aku akan menyelesaikan ini sendiri" Andrew berusaha keras mengendalikan dirinya.

"Oo, baiklah"

"Dan... jangan lakukan itu pada laki laki lain!!"

"Apa?"

"Itu, jangan... jangan lakukan apa yang baru saja kau lakukan padaku kepada laki laki lain!" ucap Andrew mencoba menjelaskan.

"Kenapa? aku merasa itu hal yang lumrah"

"Apa katamu? lumrah?? kau mengul... tidak! kau memasukkan jariku ke mulutmu dan kau pikir itu hal yang lumrah?? tidak bisa!! kau jangan pernah lakukan hal itu lagi pada laki laki lain siapapun itu!!"

"Mmm, kalau boleh tahu... kenapa memangnya?" Alluna kebingungan.

"Kau! kau akan membuat laki laki salah sangka dengan apa yang kau lakukan! kau seharusnya berfikir dua kali sebelum melakukan hal itu."

"Apa itu sebuah kesalahan? aah, aku pikir tidak!" gumam Alluna sembari duduk di bangku meja makan.

Bab terkait

  • Is Beating   14 Ancaman

    Setelah membuang pecahan gelas, Andrew menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Alluna.Dia melanjutkan masakan yang belum selesai dengan cara dan kahliannya.Nampak beberapa kali Andrew menghela nafas panjang ketika menoleh ke samping dan menyadari bahwa Alluna berada di sana sedang memperhatikan dirinya.Sikap Alluna sempat membuat Andrew salah tingkah dan merona, namun dia mampu mengendalikannya dengan baik.Masakan telah selesai, Andrew menyajikannya hanya di satu piring untuk Alluna."Makanlah" Andrew meletakkan piring yang sudah dipenuhi makanan di atas meja."Wuaaah... kau bisa memasak? Hebat sekali" Alluna meraih garpu dan mulai mengacak acak makanannya.Ekspresi dan tingkahnya membuat Andrew senang karena ini pertama kali baginya dia memasak untuk orang lain.Andrew berjalan ke sisi lain dan mengambil minuman, kemudian menegugnya perlahan."Aku sempat belajar memas

  • Is Beating   15 Tak Berdaya

    Mobil Andrew nampak berhenti mendadak di tepi jalan ketika perasaan tak enak bergelayut di dalam hatinya.Mengingat kembali ekspresi Alluna yang tak nyaman ketika berada di tempat itu sesaat ingin membuatnya kembali ke sana.Namun Andrew berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tak ada yang aneh dan perlu dia khawatirkan."Tunggu!!" dia teringat akan koreknya yang tertinggal di meja dekat sofa, kemudian dia mencarinya di setiap saku jas untuk lebih meyakinkan lagi dan ternyata koreknya memang benar benar tak ada.Dia langsung membanting stir mobil dan bergegas kembali menuju ke tempat pelatihan.****************Ada beberapa toilet di ruangan itu, Alluna keluar setelah beberapa saat duduk di salah satu kloset.Di ruangan itu terdapat beberapa wastafel berjejer. Di sana Alluna t

  • Is Beating   16 Konsekuensi Karena Menyentuh Perempuanku

    Perasaannya sudah tak karuan lagi, dadanya seketika memanas antara amarah dan kesal bercampur menjadi satu.Andrew membanting pintu mobil dan langsung berlari, dia teringat bahwa malam itu ketika Alluna berlatih dansa ekspresi wajahnya terlihat ketakutan.Dan lagi, tadi pagi sebelum masuk ke dalam tempat itu dia teringat ekspresi Alluna yang sama, sangat ketakutan dan tak nyaman namun Alluna tak mengakuinya jika itu semua karena pelatih laki laki itu."Sial!" umpat Andrew memaki dirinya sendiri yang merasa tak peka dengan Alluna yang sangat tertekan berada di tempat itu.Dia segera pergi menghampiri Alluna diikuti oleh Elisa dari arah belakang. ****************Andrew berlari melewati sebuah ruangan, instingnya membuat tangan Andrew bergerak cepat menyambar sebuah APAR yang terpasang di sa

  • Is Beating   17 Teman?

    Sepanjang jalan menuju ke mobil, Alluna meringkuk dalam dekapan Andrew, tubuhnya bergetar rambut serta pakaian yang dikenakannya nampak kusut dan berantakan.Dekapan Andrew mampu mmebuatnya nyaman dan tenang.Andrew bisa melihat guratan ketakutan yang teramat di wajahnya, dia kemudian meletakkan tubuh Alluna di kursi dengan perlahan lalu membantunya memasang sabuk pengaman.Setengah tubuhnya masih membungkuk di dalam mobil menatap wajah Alluna yang terus melamun. Ada rasa penyesalan karena sudah meninggalkan perempuan itu sendirian di dalam sana dan lebih memilih untuk pergi bekerja.Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Andrew tak datang kembali untuk mengambil koreknya saat itu.Tangannya bergerak meraih pipi Alluna, mengusap pipinya yang basah dengan ibu jarinya kemudian berucap dengan lirih.“Kau sudah aman” melihat kondisi Alluna, Andrew merasa han

  • Is Beating   18 Teman SMA

    “Tidak, aku akan membantumu mengobatinya” Andrew mengusapkan kapas yang telah diberi alkohol ke leher Alluna.“Kau bisa mengangkat dagumu sedikit?” perintahnya ketika merasa kesulitan saat ingin membersihkan luka di bagian lehernya.“E, umm” Alluna mengangguk perlahan.Andrew mendorong tubuhnya maju agar lebih dekat, karena merasa posisinya tak nyaman dia pun menarik pengait di samping kursi dan membuat kursi Alluna bergerak ke belakang.“Eh!!” Alluna pun terkejut saat di mana tubuhnya terbaring di atas kursi yang terdorong ke belakang, bersamaan dengan itu tubuh Andrew ikut mendekat.Melihat Alluna terkejut Andrew pun langsung berucap.“Tenang aku hanya ingin membuatmu nyaman.”Alluna terbaring dengan dagu sedikit terangkat agar mempermudahkan Andrew ketika mengobati lukanya. Dia melakukannya dengan sangat lembut dan hati-hati.“Sakit?” tanya Andrew ketika members

  • Is Beating   19 Ponsel Baru Untuk Alluna

    “Jadi kau belum memberi tahu kepada Tad kalau akulah perempuan yang akan pergi menemanimu ke pesta besok malam?” Alluna meraih cangkir berisi coffe latte miliknya, mencercap sedikit kemudian mengembalikannya ke tempat semula.“Hmm!” Andrew hanya menganggukkan kepala sementara tangannya sibuk memainkan ponsel. Mereka berdua sedang menikmati kopi sembari duduk di bangku yang sudah tersedia sementara Tad sedang berada di toilet umum.Andrew menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas kemudian menatap ke arah Alluna, lumayan lama dia mentapnya lekat sampai-sampai Alluna dibuat salah tingkah dengannya.Ghm!!Alluna berdehem mencoba mentralkan perasaannya sembari membuang pandangan kearah lain mencoba untuk menghindari tatapan matanya.“Terimakasih” ucapnya seketika mengalihkan suasana.“Untuk?” jawabnya tampa mengalihkan pan

  • Is Beating   20 Suara Laki-laki

    "Andrew? Kau... masih di sini?" Alluna tak menyangka kalau Andrew akan menunggu dirinya di sana.Laki laki itu menoleh memperhatikan Alluna yang sedang berjalan mendekat, kemudian beranjak berdiri.“Bagaimana keadaan Ibumu?”“Emmm, dia baik baik saja... kau kenapa masih ada di sini?” sebenarnya Alluna sangat senang ketika melihat Andrew masih menunggu dirinya, tapi bagaimanapun juga dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya.“Menunggumu, kau bilang akan kembali ke toko jadi aku menunggu untuk mengantarmu ke toko setelah ini.”“Tapi, apakah tidak apa apa?” ucapnya gugub.“Apa maksudmu?”“Apa kau tidak repot?” mereka berbincang sembari melangkah menuju ke mobil.“Tidak, semenjak kau memutuskan untuk menerima tawaranku aku putuskan bahwa kau adalah tanggung jawabku terlepas dari kau adalah asetku yang berharga saat ini untuk membuat

  • Is Beating   21 Khawatir

    “Hallo?” sahut seseorang diseberang sana. Andrew yang masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian pinggang kebawahnya terpaku saat mendengar suara seorang laki-laki yang telah menjawab panggilannya. Itu membuat Andrew mengambil kesimpulan bahwa Alluna telah ceroboh meletakkaan ponselnya sembarangan. “Dasar perempuan ini! Kenapa selalu membuatku khawatir!” batinnya. “Siapa Kau?!” Andrew sebenarnya sudah tahu suara siapa yang sedang di dengarnya saat itu, namun untuk lebih meyakinkannya lagi, dia melontarkan pertanyaan yang kemudian dijawab dengan santai oleh seorang laki-laki dari seberang sana. “Kau bisa memanggilku, Nathan!” Deg! Dugaannya benar seketika ada rasa aneh yang tiba-tiba muncul di dadanya seperti kesal dan ingin marah tapi Andrew tak tahu bagaimana harus melampiaskannya. Karena jikalaupun dia marah, marah untuk apa dan siapa? Terlihat sekali kalau saat ini dia sedang berusaha keras untuk mengendalikan perasaannya. Andrew menarik naf

Bab terbaru

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

  • Is Beating   80 Membaik

    Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men

  • Is Beating   79 Pembohong!

    "Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.“Kau... memanggilku apa?” suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela

  • Is Beating   78 Makan Malam

    Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al

DMCA.com Protection Status