ホーム / Romansa / Is Beating / 9 Menerima Tawaran

共有

9 Menerima Tawaran

著者: Ratu sambi
last update 最終更新日: 2024-10-29 19:42:56

Alluna berlari secepat mungkin setelah mengetahui kondisi Ibu Tesha semakin buruk.

"Ibu bertahanlah, aku akan segera sampai."


Alluna memperlebar langkah kakinya di bawah terik sinar mentari sampai terlihat basah bagian kening karena keringat.

"Tunggu aku, Bu" bisiknya dalam hati.


Dia terus berlari tanpa menghiraukan orang orang di sekitar yang menghalau jalannnya.


Alluna akhirnya sampai di lobi rumah sakit dia langsung menuju ke ruang rawat inap. Dia segera membuka pintu dan masuk dengan nafas terengah engah.


Di dalam sana dia melihat sudah ada dokter dan perawat yang sedang memeriksa Ibunya.

Alluna masih berusaha mengatur nafasnya bahkan dadanya terasa panas karena harus berlari jauh.


"Nona, kau harus cepat ambil tindakan, terlambat sedikit saja kita mengoperasinya... maka rumah sakit tidak akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Ibumu" Dokter masih berdiri di sana menunggu keputusan Alluna.


Sementara Alluna hanya diam menatap wajah pucat perempuan paruh baya di atas ranjang itu.

"Ya! Dokter... Anda harus mengoperasinya hari ini?? Tapi bisakah Anda memberi waktu padaku sedikit lagi?" Alluna mengalihkan pandangannya ke Dokter. 

Dia bermaksud untuk memikirkan tawaran dari Andrew karena keadaan yang sangat mendesak.


Sembari menetralkan nafasnya, Alluna mendekati Tesha yang terbaring dengan alat alat canggih terpasang di tubuhnya.

                              ****************

Setelah berunding dengan Dokter untuk meminta waktu sebentar, Alluna melangkah keluar dari lift dan mengambil ponselnya.


Dia berjalan menuju ke reseptionis sambil menghubungi seseorang, berharap semoga keputusan yang dia ambil tak akan salah.


                             ****************

"Mmmh, ah, ngh... Andrew pelan pelan!" rintih Tad yang sedang merasakan kenikmatan di bagian bawah sana.

"Kau yang memintaku melakukan ini, kan?? lalu sekarang jangan merintih kesakitan! nikmati saja!!" entah apa yang mereka lakukan di sebuah kamar khusus yang hanya Andrew saja yang bisa masuk ke sana meskipun Tad di perbolehkan masuk itu pun dia harus menutup matanya.


Andrew sengaja menutup mata Tad dengan dasinya sebelum membawanya masuk ke dalam ruangan itu.


Terlihat ada luka merah seperti bekas di cambuk dengan ikat pinggang di bagian paha dan pantat Tad yang mulus hingga terlihat merah dan bergaris memar.


Tad hanya mengenakan kemeja yang terbuka sebagian kancingnya tanpa celana, kemeja putih itu sudah terlihat lusuh dan basah, banyak jejak merah di leher dan dadanya yang sedikit terbuka.


Sementara Andrew masih rapih dengan kemeja hitam yang sengaja dilipat ke atas sampai bagian lengannya dengan celana senada sementara jasnya dia letakkan begitu saja di sofa.


Hari itu Tad merasa aneh sepertinya Andrew tak bergairah dan tak bersemangat seperti biasanya, dia akan menggila dan membuat Tad sampai tak bisa menghela nafas ataupun beristirahat bahkan untuk sejenak.

"Andrew?? are you ok?" Tad menggerakkan kepalanya mencari keberadaan Andrew dengan indra pendengarannya karena matanya masih tertutup rapat oleh dasi.


Laki laki jangkung itu tengah berjalan ke sisi lain.


Brugh!


Andrew membuang tubuhnya ke sofa mengambil sapu tangan untuk membersihkan jarinya yang basah dan sedikit lengket.


Tad langsung menghampirinya ketika mendengar suara di sana. Tangannya yang masih diikat membuat dirinya tak bisa bergerak bebas.


Andrew mengambil rokok sebatang kemudian menyalakannya.


Sepanjang apa yang dia lakukan dengan Tad siang itu, Andrew tak bisa menikmatinya karena bayangan wajah sedih Alluna dengan tiba tiba secara tak terduga muncul di benaknya.


Berkali kali Andrew menepis bayangan wajahnya namun yang ada justru bayangan wajah Alluna yang sedang menangis semakin menguat.


Huuufftt!


Andrew menghela nafas panjang membuang asap dari dalam mulutnya.


"Ada apa denganku!!" Ucapnya dalam hati.


Tad yang akhirnya berhasil menghampiri Andrew tertuduk di atas karpet bulu memposisikan dirinya di tengah sela sela paha Andrew.

Tak ada jawaban dari Andrew dari pertanyaan awal yang di lontarkan oleh Tad, membuat laki laki yang tengah menengadahkan kepala itu kembali berucap.

"Andrew??"


"Entahlah! mungkin karena pekerjaan yang terlalu banyak akhir akhir ini dan tekanan dari Ayahku... aku benar benar tidak bisa fokus" Andrew menyandarkan kepala di sandaran sofa sembari menghisap rokoknya agar lebih tenang.


Matanya mulai terpejam ketika Tad mengecup dan meraba bagian sensitifnya yang masih terbungkus celana.


"Kalau begitu biarkan aku yang membuatmu senang kali ini, agar semua otot di tubuhmu lebih rileks lagi" Tad mulai membuka lesreting dengan giginya dan mengeluarkan benda tumpul milik Andrew yang sepertinya belum menegang.


"Tidak biasanya kau seperti ini, hanya berdua di ruangan denganku saja biasanya kau sudah menegang. Apa yang terjadi denganmu Andrew?" Tad sangat penasaran dan khawatir.


"Aku baik baik saja" Andrew meraih ujung kepala Tad dan meremas rambutnya.

"Kalau milikku belum menegang, itu artinya kau harus bekerja keras kali ini."


"It's ok! itu hal yang sepele" Tad mulai mencium, menghisap bahkan mengulum bagian ujung milik Andrew namun semua yang dia lakukan tak membuat Andrew menegang dan mengeras.


Andrew tertawa kecil melihat usaha Tad.

"Lakukan sesukamu aku akan memberimu banyak waktu untuk membuatku tegang kali ini."


Mendengar ucapan Andrew, Tad semakin bersemangat.


Namun tiba tiba fokusnya terbuyarkan oleh ponselnya yang bergetar.


Dreeet dreet!


Ujung matanya langsung melirik ke ponselnya yang menyala di atas meja. Andrew benar benar akan sangat marah jika sedang berduaan dengan Tad dan ada orang yang berani mengganggu waktunya.


Andrew sengaja mengacuhkannya dan memilih fokus dengan apa yang dilakukan oleh Tad sampai akhinya layar ponselnya mati, namun tak lama kemudian ponselnya kembali menyala.


Andrew mulai geram, dia menyambar ponselnya dan langsung menjawab panggilan itu.


"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan tadi??!!! aku sudah mengatakan padamu untuk tidak menghubungiku selama 2 jam kedepan!!" Andrew mengira itu panggilan dari sekretarisnya namun ternyata bukan, pandangannya menajam dan ekspresi wajahnya terpaku seketika, saat suara perempuan yang terdengar bergetar menyahut dari seberang.


"Maaf, ap.apa aku mengganggumu, Tuan?" suara Alluna terbata, karena menangis sampai terisak isak bukan karena Andrew membentaknya namun karena mengingat dia sudah tak memiliki banyak waktu untuk menyelamatkan Ibu Tesha.


Tad yang tengah sibuk di bawah sana menggerakkan kepalanya mendongak ke atas mencari keberadaan suara Andrew.

Dia samar-samar melihat ekspresi wajah Andrew yang terkejut bercampur kekhawatiran yang mendalam yang tak bisa di jelaskan dengan kata kata, serta suara Andrew yang tiba tiba melemah membuat Tad melepaskan apa yang baru saja dia hisap dan memenuhi mulutnya.


Seperti ada yang menggerakkan hatinya ketika mendengar Alluna menangis namun Andrew tak tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

"Kau?"


Di seberang sana suara Alluna terdengar serak menahan tangis namun suaranya tak bisa membohongi bahwa dia sangat sedih sampai Andrew bisa merasakan apa yang sedang di rasakan oleh Alluna.


"Tuan... Andrew... aku menghubungimu untuk memberi tahu, kalau aku... aku setuju dengan tawaran yang kau berikan."


Andrew menyeringai tipis, tangannya bergerak menyingkirkan Tad dari hadapannya kemudian beranjak berdiri sambil merapihkan celana.


"Tapi, bisakah... bisakah kau datang kerumah sakit sekarang? karena Ibuku harus di operasi saat ini juga" suara Alluna bergetar ketakutan, dia hanya berfikir Ibunya tak akan terselamatkan jika Andrew tak segera datang.

"Aku mohon" tambahnya, membuat Andrew semakin tersenyum lebar.


Andrew menyeringai kemudian dengan tenang dia berucap.

"Dengan senang hati Nona manis, aku akan melakukan apapun yang kau inginkan" Andrew memutuskan panggilannya dan segera mengambil jas dari sofa.

Dia sempat melirik ke arah Tad yang terduduk di atas karpet bulu.

"Kau, keluar dari tempat ini tanpa membuka penutup matamu! bersihkan dirimu dan segera pergi dari rumahku" ucapnya pada Tad.


"Kau?? Kau mau pergi?? Kemana? Dan siapa?, siapa tadi yang menghubungimu?" Tad meraba sekitar mencoba mencari keberadaan Andrew.


"Aku akan memberitahumu nanti, aku harus pergi dulu!"

Andrew bergegas pergi meninggalkan Tad dan segera menuju ke rumah sakit untuk menemui Alluna.

関連チャプター

  • Is Beating   10 Perawatan

    "Aku mohon."Suara Alluna yang terdengar bergetar dan serak ketakutan itu selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan saat itu Andrew langsung menginjak pedal gas agar mobilnya semakin melaju dengan kencang.Akhirnya dia sampai di halaman rumah sakit, setelah memakirkan mobilnya, Andrew melangkah keluar dan menuju ke pintu masuk.Andrew selalu berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ada rasa gelisah semanjak dia mendengar suara Alluna mengangis ketika menghubunginya.Pandangannya menyapu setiap ruangan lobi rumah sakit untuk mencari keberadaan Alluna, perempuan itu sedang duduk tertunduk sambil sesekali mengusap air matanya.Saat Andrew melangkah mendekat dia melihat seorang suster mendatanginya dengan sebuah map di tangannya."Nona, anda harus menandatanganinya saat ini Dokter sudah bersiap siap hanya tinggal menunggu tanda tangan dari Anda, Dokter bilang sudah tak

  • Is Beating   11 Peringatan Dari Bella

    "Apa Kakakku membuatmu takut??" "Ha?? Mmm, tidak... dia terlihat baik hanya saja ketika tragedi dompet yang tertinggal dan dia tak bisa membayar botol itu sempat membuatku terkejut" Alluna nampak belum terbiasa dengan Bella dan suasana di tempat itu, namun mau bagaimana lagi Alluna harus bisa membiasakan diri karena pasti hidupnya akan berubah setelah memutuskan untuk menerima tawaran Andrew. "Iya, Kah? Aku pikir juga begitu... Kakakku tak pandai bergaul dengan perempuan." "Ya, aku tahu... itulah sebabnya dia Gay... penyuka laki laki, kan?" batin Alluna. Setelah melihat pegawainya pergi Bella menarik kursi agar merapat dan bisa lebih berdekatan dengan Alluna."Karena sekarang kau sudah dekat, eh belum... tapi akan dekat dengan Kakakku kau harus tahu... kalau Kakakku penyuka sesama jenis" Bella berbisik ke telinga Al

  • Is Beating   12 Makan Malam Bersama

    Andrew mengajak Alluna menemui seorang ahli yang sering mengurus orang orang yang ingin belajar bagaimana menjadi orang yang bermartabat dan high clash di mata masyarakat. "Tuan Andrew??" sapa seorang laki laki yang terkejut saat melihat kedatangan Andrew bersama seorang perempuan berparas cantik."Nona Elisa sudah memberitahumu kalau aku akan datang?" sikap dingin dengan aura gelap langsung terlihat ketika Andrew berucap. "I.iya Tuan, beliau sedang ada urusan lain dan harus pergi, dia sempat menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa menemui Anda" ucap pelatih laki laki itu dengan sopan."Jadi??" keningnya seketika berkerut halus menunggu kelanjutan penjelasan dari pria itu. "Mmm, Saya yang akan mengajarkan kepada Nona???" laki laki itu berucap sembari mengulurkan tangannya m

  • Is Beating   13 Perasaan Aneh Yang Tiba-tiba Muncul

    Selesai makan malam Andrew akhirnya mengantar Alluna ke rumah sakit, mobilnya terlihat berhenti di halaman parkir namun Andrew tak kunjung keluar.Ternyata Alluna tertidur di dalam mobilnya, perempuan itu sangat kelelahan, mulai dari pagi harus kuliah siangnya mengurus toko sendirian dan sorenya dia pergi ke rumah sakit lalu sampai malam dia harus belajar di tempat khusus pelatihan.Tubuh Alluna benar-benar terasa remuk karena beberapa jam yang lalu harus terus menahan berat tubuhnya agar tetap tegak dan tak boleh membungkuk sedikitpun.Andrew hanya diam melihat Alluna tidur di dalam mobil, tak tega rasanya untuk membangunkan Alluna karena terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia benar benar sangat kelelahan.Andrew hanya diam membiarkan Alluna tetap tidur di dalam mobilnya namun saat melihat Alluna usil seperti tak nyaman tidur di kursi, dia pun mulai kebingungan.Ingin mengantar Alluna p

  • Is Beating   14 Ancaman

    Setelah membuang pecahan gelas, Andrew menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Alluna.Dia melanjutkan masakan yang belum selesai dengan cara dan kahliannya.Nampak beberapa kali Andrew menghela nafas panjang ketika menoleh ke samping dan menyadari bahwa Alluna berada di sana sedang memperhatikan dirinya.Sikap Alluna sempat membuat Andrew salah tingkah dan merona, namun dia mampu mengendalikannya dengan baik.Masakan telah selesai, Andrew menyajikannya hanya di satu piring untuk Alluna."Makanlah" Andrew meletakkan piring yang sudah dipenuhi makanan di atas meja."Wuaaah... kau bisa memasak? Hebat sekali" Alluna meraih garpu dan mulai mengacak acak makanannya.Ekspresi dan tingkahnya membuat Andrew senang karena ini pertama kali baginya dia memasak untuk orang lain.Andrew berjalan ke sisi lain dan mengambil minuman, kemudian menegugnya perlahan."Aku sempat belajar memas

  • Is Beating   15 Tak Berdaya

    Mobil Andrew nampak berhenti mendadak di tepi jalan ketika perasaan tak enak bergelayut di dalam hatinya.Mengingat kembali ekspresi Alluna yang tak nyaman ketika berada di tempat itu sesaat ingin membuatnya kembali ke sana.Namun Andrew berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tak ada yang aneh dan perlu dia khawatirkan."Tunggu!!" dia teringat akan koreknya yang tertinggal di meja dekat sofa, kemudian dia mencarinya di setiap saku jas untuk lebih meyakinkan lagi dan ternyata koreknya memang benar benar tak ada.Dia langsung membanting stir mobil dan bergegas kembali menuju ke tempat pelatihan.****************Ada beberapa toilet di ruangan itu, Alluna keluar setelah beberapa saat duduk di salah satu kloset.Di ruangan itu terdapat beberapa wastafel berjejer. Di sana Alluna t

  • Is Beating   16 Konsekuensi Karena Menyentuh Perempuanku

    Perasaannya sudah tak karuan lagi, dadanya seketika memanas antara amarah dan kesal bercampur menjadi satu.Andrew membanting pintu mobil dan langsung berlari, dia teringat bahwa malam itu ketika Alluna berlatih dansa ekspresi wajahnya terlihat ketakutan.Dan lagi, tadi pagi sebelum masuk ke dalam tempat itu dia teringat ekspresi Alluna yang sama, sangat ketakutan dan tak nyaman namun Alluna tak mengakuinya jika itu semua karena pelatih laki laki itu."Sial!" umpat Andrew memaki dirinya sendiri yang merasa tak peka dengan Alluna yang sangat tertekan berada di tempat itu.Dia segera pergi menghampiri Alluna diikuti oleh Elisa dari arah belakang. ****************Andrew berlari melewati sebuah ruangan, instingnya membuat tangan Andrew bergerak cepat menyambar sebuah APAR yang terpasang di sa

  • Is Beating   17 Teman?

    Sepanjang jalan menuju ke mobil, Alluna meringkuk dalam dekapan Andrew, tubuhnya bergetar rambut serta pakaian yang dikenakannya nampak kusut dan berantakan.Dekapan Andrew mampu mmebuatnya nyaman dan tenang.Andrew bisa melihat guratan ketakutan yang teramat di wajahnya, dia kemudian meletakkan tubuh Alluna di kursi dengan perlahan lalu membantunya memasang sabuk pengaman.Setengah tubuhnya masih membungkuk di dalam mobil menatap wajah Alluna yang terus melamun. Ada rasa penyesalan karena sudah meninggalkan perempuan itu sendirian di dalam sana dan lebih memilih untuk pergi bekerja.Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Andrew tak datang kembali untuk mengambil koreknya saat itu.Tangannya bergerak meraih pipi Alluna, mengusap pipinya yang basah dengan ibu jarinya kemudian berucap dengan lirih.“Kau sudah aman” melihat kondisi Alluna, Andrew merasa han

最新チャプター

  • Is Beating   86 Final

    “Ini masih siang Andrew!” “Aku tidak peduli, aku terlalu lama menahan semua ini! Apa kau tidak sadar itu?” Andrew membungkuk meraih kaki Alluna, menggendong perempuan itu masuk ke dalam kamar. “Aku belum mandi, aku harus membersihkan tubuhku dulu” Alluna terus berucap untuk mengulur waktu namun Andrew kali ini tak melepaskannya. “Tidak perlu, aku menyukai bau wangi parfum yang bercampur keringatmu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kau keluar dari kamar sampai aku benar-benar puas!” Pipi Alluna merona panas dia membiarkan tubuhnya terbaring di ranjang sementara Andrew telah memaku tubuhnya dengan kedua tangan agar tak bisa bergerak ke mana pun. Andrew telah berhasil melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke lantai begitu saja, kini dia telah bertelanjang dada kemudian membungkuk lagi di atas tubuh Alluna.Perlahan Andrew menyingkirkan

  • Is Beating   85 Menghapus Bekas Lelaki Lain

    “Siapa?”Andrew bertanya sembari melangkah keluar dari kamar, seketika tubuhnya terpaku saat melihat sosok perempuan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya berdiri di depan pintu rumahnya. Andrew membuang pandangannya kearah lain kemudian memilih pergi menuju pantry. Melihat sikap Andrew, Alluna pun mencoba untuk mengalihkan perhatian Belinda.“Umm... silakan masuk Ibu” Alluna menggandeng lengan Belinda mengajak perempuan itu masuk ke dalam.Setelah sampai di pantry Alluna menarik kursi mempersilakan Belinda agar duduk di sana. Dia juga menyiapkan minuman untuk perempuan paruh baya itu.Alluna Kekemudian meminta Andrew untuk duduk di seberang meja berdampingan dengannya. Andrew tampak canggung tapi di bawah meja Alluna menggenggam erat tangannya untuk menenangkan lelaki itu.Dia pun menoleh menatap wajah Istrinya, melihat senyum di bibir Alluna mampu membuat hatinya menjadi tenang. “Mm, maaf ka

  • Is Beating   84 Tamu Tak Diundang

    Alluna menutup pintu kamar mandi kemudian setelahnya dia bersandar dibalik pintu dengan raut wajah memerah. Dadanya bergerak cepat bersamaan dengan nafasnya yang terengah-engah. Alluna tak bisa menyembunyikan rasa malunya karena tadi saat di depan Andrew dia secara terang-terangan bahkan tanpa rasa malu dia memamerkan dan mengakui kalau dia sendiri yang telah memesan alat-alat itu. "Ya ampun, bagaimana ini... mau ditaruh di mana mukaku saat keluar nanti!" Alluna benar-benar sangat malu entah bagaimana lagi nanti ketika dia keluar dari kamar mandi harus menghadapi Andrew.Saat ini dia berusaha untuk menenangkan diri karena tadi sesaat ketika sedang berhadapan dengan Andrew dadanya berdebar tak karuan. “Aduh bagaimana ini? Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ya ampun lagi pula kenapa juga aku menantang Andrew untuk memakai alat itu?” Alluna berjalan mondar-mandir layaknya orang kebingungan karena kesalahannya sendiri.

  • Is Beating   83 Permintaan Yang Mengejutkan Dari Alluna

    Allunan tak menduga kalau dia akhirnya akan bisa kembali bersama dengan Andrew. Awal mula juga dia membantu Andrew hanya karena ingin ibu angkatnya sembuh dari penyakit dia tak berpikir sampai sejauh ini hingga akhirnya bisa bersanding hidup dengan lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta.Kalau dipikir-pikir dari awal, membayangkan untuk menyukai Andrew yang notabennya adalah seorang gay itu tidaklah mungkin namun ketika akhirnya dia bisa meyakinkan kalau lelaki itu juga menyukainya itu seperti sebuah mimpi bagi Alluna.Banyak kesedihan yang Alluna lalui untuk bisa bersama dengan Andrew, begitu juga dengan lelaki itu. Banyak kepedihan yang harus dia lewati mulai dari kehilangan seseorang yang dulu pernah dia cintai kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang dulu juga pernah menyakitinya serta harus melewati sisa hidup di ambang kematian, selama beberapa tahun dan kini ketika perempuan itu kembali Andrew membuktikan kalau kek

  • Is Beating   82 Menikahlah Denganku

    Saat lampu padam dan semua ruangan menjadi gelap gulita Alluna terlihat panik, dia sempat beranjak dari kursi dan ingin berlari keluar namun saat mengingat ucapan Andrew agar tak pergi kemana-mana membuat Alluna mengurungkan niatnya.Dia terlihat sangat gelisah dan gusar berharap Andrew akan datang saat itu juga."Andrew?” seru Alluna Namun lelaki itu tak mendengar panggilannya.Lama Alluna menunggu Andrew pun tak kunjung terlihat.Suasana semakin sepi, membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.“Ke mana perginya dia?” gumam Alluna sembari membuang pandangan ke sana ke mari yang tak nampak apa pun karena gelap.Dari arah belakang Alluna merasa seperti ada sesuatu yang datang dan mendekat, perlahan Alluna menoleh ke belakang penuh waspada.Bersamaan dengan itu lampu menyala, Alluna di kejutkan dengan Andrew yang tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah kue, ada beberapa lil

  • Is Beating   81 Restu Dari Tuan James

    Ruangan itu adalah ruangan beberapa tahun yang lalu di mana Tuan James menghina Alluna, tepat di ruang tengah rumah keluarga Mayer, Tuan James menawarkan sejumlah uang kepada Alluna agar perempuan itu pergi meninggalkan putranya.Namun kali ini sepertinya suasana terlihat berbeda dari raut wajah Tuan James yang tak terlihat garang seperti biasanya membuat Alluna tak merasa takut seperti dulu ketika mereka bertatap muka.Seorang Bodyguard terlihat masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah map berwarna hitam di tangannya melangkah mendekati Tuan James."Silakan Tuan James” ucapnya sembari memberikan map itu.Setelah mapnya berpindah tangan, Tuan James kemudian meletakkannya di atas meja mendorongnya perlahan kearah Alluna.Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang kejadian ini mengingatkan Alluna pada momen beberapa tahun yang lalu. Ketika Tuan James menawari dirinya beasiswa untuk sekola

  • Is Beating   80 Membaik

    Alluna menatapnya kesal bercampur tak percaya, bagaimana bisa lelaki itu tega membohongi dirinya. Seketika saat itu juga wajah Alluna berubah memerah karena tak sanggup lagi menahan tangis dia mulai merengek membuat Andrew merasa bersalah.Tetapi lelaki itu masih bisa tertawa menikmati keberhasilannya dalam membuat Alluna kesal. Andrew tersenyum kemudian memeluk Alkuna dengan erat.“Maaf” ucapnya sembari membelai lembut kepala Alluna.“Kenapa?” Alluna mendorong dada Andrew membuat dirinya lepas dari dekapannya. Ada rasa bahagia yang bercampur jengkel atas perbuatan Andrew.“Kenapa kau harus membohongiku?! Apa untungnya ha?” Alluna mengusap pipinya yang basah.Lagi, Andrew ingin memeluknya namun Alluna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada Andrew agar tak bisa mendekat.“Kau pikir ini lucu!! Kenapa kau tertawa? Kau men

  • Is Beating   79 Pembohong!

    "Aluna!" Seketika tanpa sadar Andrew menggeram menyebut namanya. Dan saat perempuan itu memutar tubuhnya menatap kearah wajah Andrew, lelaki itu membuang pandangannya ke arah lain bersikap seolah dia lupa dengan apa yang baru saja dia lontarkan. Aluna tersadar lelaki itu menyebut namanya dengan suara dan intonasi nada seperti dulu saat Andrew masih sedang bersamanya.Raut wajahnya nampak berbinar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Alluna perlahan melangkahkan kakinya kembali mendekati meja. Sementara Andrew yang mulai terlihat gelisah masih tak berani menatap mata Alluna yang sedang menatapnya dengan lekat. Dada Alluna berdebar kencang saat langkahnya semakin dekat dengan Andrew.“Kau... memanggilku apa?” suaranya bergetar, pandangannya tak pernah lepas dari Andrew yang masih berusaha menghindar dari tatapannya. Mencoba untuk tenang Andrew kemudian menghela

  • Is Beating   78 Makan Malam

    Di ruang kerja tempat Alluna mengecek semua perkembangan pasiennya, terlihat Andrew dan Alluna duduk saling berhadap-hadapan di seberang meja.Ada dokter lelaki yang sebelumnya menyapa Andrew ketika dia datang ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Andrew sampai keruangan Alluna setelah itu dia dia pergi karena masih ada pekerjaan lain."Saya akan membiarkan kalian berdua untuk berbincang, kalau begitu saya pamit pergi terlebih dulu" Dokter itu sempat menundukkan kepala sebelum akhirnya dia melangkah ke pintu kemudian pergi meninggalkan ruangan.Suasana di ruangan menjadi semakin canggung terlebih lagi untuk Alluna yang merasa bahwa Andrew seperti orang asing baginya saat ini.Raut wajah Andrew saat menatap ke arahnya terlihat begitu sangat berbeda bukan seperti Andrew yang biasanya. Mereka masih saling diam belum ada satupun dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memulai pembicaraan.Terlihat beberapa kali Al

DMCA.com Protection Status