Share

Bab 19. Kecewa dan Senang

"Mas, memang salah kalau aku mempunyai rasa kecewa? Aku tuh, seperti diangkat tinggi-tinggi kemudian dihempaskan." Aku mengadu ke Mas Farhan, tentunya setelah dia selesai membersihkan badan, makan malam, dan sholat isyak.

Rasa yang tidak aku suka ini sudah terpendam dari tadi siang, semenjak selesai menerima telpon dari Dek Arif. Memang, gaya grafitasi itu ada. Semakin hati kita melambung, dan berakhir kecewa, sakitnya itu lebih terasa.

Apalagi, sedari kecil ibu selalu menekankan aku untuk mengalah kepada adikku ini. Kepunyaanku harus berbagi dengan adik, tetapi milik Dek Arif tetaplah kepunyaan dia. Awalnya, aku anggap biasa saja. Namun, pernah saat masih sekolah dulu, aku merasa dianaktirikan oleh ibu. Memang tidak ada yang salah, karena ibuku yang sekarang ini memang ibu sambung.

Mas Farhanlah, yang menjinakkan hatiku yang nyaris digerogoti kecemburuan kasih sayang ibu. Dia yang memberiku pengertian, bagaimanapun yang membesarkan aku adalah ibuku yang ada sekarang ini.

Kejadian i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status