Ketika langit malam mulai tergelap, bulan menyinari langit dengan germelap cahayanya yang lembut. Tampak menawan dengan keindahan yang mempesona, bulan memberikan pesona romantis dan misterius yang tak pernah diabaikan.Bulan yang terlihat seperti piringan putih terang yang menjulang di langit, mengeluarkan cahaya yang lembut dan menyebar ke sekelilingnya. Ketika malam telah benar-benar gelap, bulan menjadi pusat perhatian dan memberikan pancaran cahaya yang cukup untuk menerangi bumi.Bulan juga memiliki keindahan yang berbeda-beda pada setiap fase-nya. Ketika bulan purnama, terlihat penuh dan begitu terang sehingga menghilangkan bayangan di bumi. Sedangkan bulan sabit terlihat seperti busur indah yang menambah ketertarikan dalam pandangan mata.Aku memagang mata kalung yang berbentuk bulan sabit. Kalung ini terbuat dari kristal putih dan terukir namaku di dalamnya. Aku penasaran siapa yang memberikan kalung ini untukku. Kenapa dia menitipkannya kepada ibu penjual sayur, tidak memberi
"Hai, berhenti!" Aku melompati balai tempat para penjual buah mengobral barang dagangnya. Jarakku 5 meter darinya.Pria payu baya itu memakai kemeja hitam sobek-sobek. Rambutnya berantakan, dia berlari pincang.Aku membelah kerumunan, meganggu aktifitas ibu-ibu yang sedang menawar barang, merusak permainan anak-anak, sesekali bahuku tersenggol, bentrokan, aku meminta maaf.Walau pincang, pria itu berlari sangat cepat, tidak kesulitan dengan kekurangannya, menyibak semua orang yang menghalangi jalannya."Kembalikan kalungku!" Aku menunduk, melewati kolong balai penjual baju.Hampir saja tanganku meraih bajunya, dia berbelok mendadak membuatku kehilangan kendali. Aku menabrak orang, terjatuh duduk."Kalau lari hati-hati!" bentak pria bertubuh kekar itu."Lewat sini, Indra." ucap Aruna, dia dan Rai berbelok mengejar pria itu.Aku berdiri, meminta maaf, lanjut berlari mengejar pencuri itu.Pria itu mem
Bumi bergetar, atap berguguran, pria itu berlari melindungi kristalnya agar tidak berjatuhan. Lampu-lampu bergoyang, menyinari kesana-kemari. Aku menunduk, melindungi kepalaku, Aruna memeluk keranjang bambu, bersembunyi di balik tubuh Rai."Apa yang terjadi?" tanya Aruna dengan nada bergetar."Ini gemba bumi." ucapku."Bukan, aku mendengar suara bom." Rai menebak. Pria payu baya itu melindungi kristalnya ke tempat yang aman, dia meletakkannya di peti kayu. Tubuhnya lebam-lebam terkena hantaman batu."Pencuri datang …, bummm, dia datang …, bummm." Pria itu memeluk kedua lututnya. Getaran berhenti, atap kembali tenang. Aku berdiri, mataku menyapu sekitar. Lihatlah, ruangan ini menjadi berantakan, beberapa lampu pecah, kotak transparan berjatuhan, cahaya redup.Aruna mengambil kristal berwarna hijau yang jatuh tertindi puing, dia membersihkannya. Pria itu dengan cepat merampas kristal itu dari tangan Aruna.
Saat semuanya gelap, sunyi. Aku mendengar suara gemercik air terjun dan seorang perempuan yang selalu memanggil namaku. Tiba-tiba sebuah tangan menarikku, dia berkata lembut padaku untuk mengikutinya datang kedunianya dulu, tempat di mana dia menemukan kehidupan yang sempurna.Seketika ruangan itu menjadi terang dan menakjubkan. Ini seperti negeri mimpi, tetapi rasanya sangat nyata.Dimana aku? Apa ini surga?Aku melihat sekelilingDi tengah alam yang subur, terhampar sebuah lembah hijau yang menakjubkan. Lembah ini ditumbuhi oleh bunga-bunga indah berwarna-warni, menciptakan pemandangan yang memikat hati siapapun yang melihatnya. Sinar matahari yang lembut menyinari lembah ini, membuat warna-warni bunga semakin bersinar dan mempesona.Di tepi lembah terdapat sebuah rumah sederhana terbuat dari kayu, dengan atap batu-batu merah yang dilapisi rumput hijau.Air terjun yang mengalir dari pengunungan di sekitar lembah
Ibunya Aruna tercengang melihatku bertelanjang dada dengan tubuh memerah. Dia langsung menyuruhku merebahkan tubuh di bangku panjang. Dia kembali membawa mangkuk berisi ramuan. Ibunya Aruna mengoleskan ramuan itu ke seluruh tubuhku yang memerah, rasanya dingin dan menyejukkan."Terkena bom!" Betapa terkejutnya dia mendengar penjelasan dari anaknya.Poninya yang sama dengan Aruna bergerak-gerak tertiup angin. Dia duduk di samping Aruna menanyakan kelanjutannya."Indra masih hidup terkena bom sebesar itu." Dia melirikku yang perlahan bangun untuk duduk."Iya, Bu, aku juga tidak percaya, tiba-tiba jantung Indra berdetak lagi, matanya terbuka. Aku memang tidak melihatnya, pria itu yang mengatakannya padaku, saat dia ingin mengembalikan kalung kristalnya Indra." Aruna menjelaskan.Angin bertiup sepoi-sepoi memasuki rumah dari jendela besar di samping bangku panjang. Kami berada di ruang tengah, persis di hadapanku, jauh di pojok dind
Rai keluar rumah, dia duduk di balai. Beberapa menit lengang, tidak ada percakapan diantara kami. Aku melihat langit malam, cuaca selalu cerah, bulan bersinar terang."Aku tahu perasaanmu, Indra. Mungkin ada sebabnya Subaru melakukan itu." Rai memecah lenggang, dia mencoba mencairkan suasana."Aku tidak ingin membahasnya lagi, semua tentangnya aku tidak peduli," ucapku, mataku tetap menatap langit.Aku sangat kecewa sekarang, sebab seseorang yang aku kagumi ternyata sosok itu adalah orang yang selama ini tidak aku suka, rasanya aku tidak percaya, kenapa harus dia."Wanita itu mungkin ada kaitannya dengan masa lalu ayahmu." Rai membahas tentang wanita bernama Alena."Sudah kubilang jangan bahas hal itu lagi Rai, aku tidak peduli lagi!" Intonasi suaraku meninggi.Rai terdiam, halaman rumah lenggang.Malam hari begitu sunyi di kota ini, jarak dari rumah ke rumah tidak terlalu jauh, tetapi mereka sudah masuk rumah untuk beristirahat, hanya terdengar suara daun bergoyang.Aruna dan ibunya
Bulan perlahan tenggelam ditelan bumi, matahari keluar dari tempat persembunyiannya di balik bukit. Langit berwarna jingga, burung-burung berkelompok, berterbangan, angin sepoi-sepoi menggoyang dedaunan.Danau ini bernama bening, persisi seperti namanya, airnya sangat jernih dan tenang. Tempat ini berada di lapang rumput luas, belakang rumah penduduk, tidak jauh dari pasar.Benar yang dikatakan Aruna, danau ini sangat ramai, mereka menyaksikan keindahan matahari terbit. Cahayanya memantulkan bayangan wajahku dan pohon bungur di sekitarnya.Matahari terbit dengan gemilang, menerangi seluruh danau dan membuat airnya tampak begitu bening dan jernih. Bunyi desiran air dan angin menghiasi suasana. Di sekitar danau yang mempesona ini, bisa ditemukan berbagai jenis pohon bungur yang aggun dan elegan. Pohon-pohon ini merupakan ciri khas danau ini, menambahkan nuansa alami yang menakjubkan. Bunga-bungu bungur mekar dengan indah, menghiasi sekeliling danau
Aku tidak percaya, raja sampai mengutus Komandan Prajurit Kerajaan untuk mencari Aruna. Gadis ini sekarang menjadi buronan no 1 di negeri ini, tapi kenapa raja ikut campur, padahal ini hanya masalah keluarga, masih banyak penjahat yang lebih berbahaya daripada ini.Tiga prajurit melompat turun dari punggung Batterai, dua orang laki-laki memakai baju tangan panjang berwarna coklat, di lengannya terdapat kain warna hitam sampai bawah sikut, dengan rompi biru bergambar kepala Batterai yang sedang membuka mulut lebar, itu merupakan lambang dari Kerajaan Manggo. Mereka memakai celana panjang dengan warna serupa, sepatu boots setinggi betis berwarna hitam, pedang menyangkut di pinggangnya.Satu lagi seorang wanita, dia memakai kaos putih dengan kemeja biru yang tidak di kancing. Lambang Kerajaan Manggo terdapat di punggung kemeja itu. Celana legging panjang berwarna hitam dengan garis biru di sampingnya. Sandal ber-hak tinggi berwarna coklat. Telinga kanan sampai leher b