Kami semua terpaku. Narchi dimakan sekali lahap. Sadam melakukannya di depan kami. Aku sangat terkejut, bagaimana perasaan Harchi sekarang.
Harchi memukul-mukul tanah, air matanya mengalir deras. "Maafkan aku …. Maafkan aku sebab tidak bisa melindungimu. Maafkan aku, Narchi …." Harchi menangis terisak-isak."Ini lezat sekali, tapi aku belum kencang." Sadam melirik Rai. "Selanjutnya pendekar itu." katanya.Aruna memeluk Rai, kepalanya menggeleng, matanya berkaca, bibirnya tertarik kebawah, dia memohon agar Sadam tidak mengambil Rai dari pelukannya.Aku tidak akan membiarkan Sadam memakan Rai, itu tidak boleh terjadi, bagaimanapun caranya aku harus menyelamatkan. Kalau Rai sampai dimakan, aku sangat bersalah dan hari ini merupakan hari yang sangat terburuk dalam hidupku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan temanku, aku tidak berguna.Aku berusaha menarik tubuhku, aku harus menyelamatkan Rai, apapun resikonya, walaupun kulitkSebagian lampu-lampu mulai dipadamkan, pasir yang berada di tabung atas semakin sedikit, para warga memasuki rumah, menutup jendela dan pintu rapat-rapat.Aku menggendong Rai dipunggung, melompat dari dahan ke dahan. Harchi menggendong Aruna, dia dalam kantong bajunya terdapat sisa buku Narchi, dia sempat mengambilnya sebelum mengeluarkan teknik besar itu.Mereka tidak mengetahui bahwa Sadam sudah mati, kami belum mengumumkannya. Bagaimana kami bisa sempat memberitahu mereka jika kami saja bingung harus bagaimana memberitahu Warchi tentang Narchi. Dia sudah tua, aku takut Warchi akan terkejut dan menyusul Narchi.Sore ini kami bisa melompati dahan tanpa terburu-buru, tanpa berjaga-jaga dan khawatir Sadam akan datang. Malam ini telingaku tidak akan pernah mendengar suara jelek Sadam lagi."Kenapa Narchi, seharusnya aku saja." Warchi menghela napas ketika Harchi memberitahu dan memberikan sisa bulu Narchi kepada Warchi. "Besok pagi kita akan memakam
"Lelah sekali, apakah masih jauh?" tanya Aruna, dia mengatur napasnya, keringatnya tidak dapat dihindari, mengalir deras terjun bebas ke bawah.Pagi-pagi sekali kami mengikuti Harchi memanjat pohon paling tinggi di kota ini. Dia bilang jalan satu-satunya agar keluar dari kota ini adalah dengan memanjat pohon ini, dia sana ada benda terlarang yang bisa melontarkan kami."Kenapa harus pagi-pagi sekali sih, aku masih ngantuk tahu, kemarin kita pulang sangat malam." Aruna masih mengomel dibawah sana. Aku dengannya beda dua dahan. Rai di samping Aruna, mendampinginya agar dia tidak pingsan."Karena itu watu yang cocok untuk ke atas sana, sebab jika ada orang yang melihat mereka akan melapor ke pemimpin kota dan kita akan dipenjara." Harchi berteriak, dia sudah sangat tinggi di atas kami."Kenapa dipenjara? Kita hanya memanjat saja kan, lagian siapa juga orang yang ingin memanjat pohon ini, cuma kita berempat." Aruna melihat kebawa, wajahnya pucat. "Tin
Paman Linchi sibuk melayani para pembeli yang recet agar pesanannya segera dibuatkan. Paman Linchi menyuruh kami menunggunya di dalam rumah. Sampai sore hari Paman Linchi baru menghampiri kami, dia mengendurkan urat-uratnya. "Hari ini ramai sekali, aku tidak bisa beristirahat dari pagi sampai sore." Paman Linchi menarik kursi, dia duduk dihadapan kami."Maafkan aku telah mengganggu waktu istirahatmu, Paman Linchi," ucap Harchi sopan."Tidak masalah, Harchi, warungku ramai ini semua karena Narchi yang telah mengalahkan Sadam. Mereka sangat senang dan merayakannya dengan meminum madu. Kamu ingin bicara apa, Harchi, sepertinya sangat penting?""Tadi pagi aku dan mereka pergi ke pohon itu, paman, aku ingin menggunakan alat itu, tetapi waktu kami sampai benda itu sudah hancur. Gubuk Paman Linchi juga roboh.""Pemerintah kota yang menghancurkannya, mereka tidak ingin siapapun yang menggunakannya."Wajah Paman Linchi berubah menjadi te
Paginya kami berpisah untuk mencari uang sesuai dengan yang sudah ditentukan kemarin. Aruna, Rai, dan Harchi pergi kepasar, Warchi menjaga rumah dan aku pergi ketempat pertandingan panco.Tempat ini masih sepi, mungkin aku datang terlalu pagi, mereka belum pada sampai. Aku duduk di dahan pohon, menguncang-uncang kaki. Para warga berlalu-lalang, tidak memperdulikan ku, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Aku melirik pergelangan tangan, ini sudah 30 menit aku menunggu, mereka belum sampai juga ke lokasi, apa kmhati ini pertarungan panci diliburkan?"Hei, ngapain kamu di sana," ucap seorang pria, kepalanya menengadah memandangku.Aku melompat ke lantai balai. "Aku pikir kalian tidak datang. Aku ingin bertarung panco lagi dengan kalian.""Kamu bertaruh berapa?" tanya orang itu."Aku hanya ada 100 Greal." "100 doang, itu terlalu kecil." "Pertandingan pertama kita bertaruh 100 Greal dulu, kalau aku menang, uang
Aku kembali ketempat pertarungan panco, kali ini aku yang terlambat, mereka menungguku, duduk di atas balai."Aku pikir kau tidak akan datang," ucap salah satu dari kelima orang tersebut."Ini pemenang pertarungan kemarin?" tanya satu orang anak baru. Aku baru melihatnya hari ini.Mereka mengangguk."Baguslah kau datang, aku ingin sekali bertarung denganmu," ucap anak baru itu."Hei, kau saja belum tentu mengalahkan kami.""Iya. Aku hampir menang kemarin, kali ini tidak akan aku biarkan kalian semua mengalahkanku. Cepat keluarkan uang taruhannya."Aku mengeluarkan uang 100 Greal. Mereka menoleh kiri-kanan. "100 lagi taruhannya?" tanya orang yang kemarin hampir menang."Aku takut kalian kalah lagi. 100 Greal sebagai percobaan, bagaimana?""Baiklah kalau takut kalah, lagi pula ada anak baru di sini, dia pasti kaget." "Enak saja, aku pernah memenangkan 5 kali pertandingan ini sebelumnya."
Pagi-pagi sekali dikalah orang-orang masih tertidur lelap. Kami pergi ke tokoh Paman Linchi membawa uang yang dia butuhkan. Sekarang peraturan Kota Tree sudah diperbarui setelah Sadam kalah, mereka sedang sibuk membangun sekolah sihir menyebar ke seluruh penjuru kota. Sekolah harus tutup sore hari, tidak boleh buka sampai malam.Meskipun Sadam sudah tidak ada, mereka tetap mematikan setengah lampu saat malam hari, tidur malam. Tidak boleh ada toko yang buka 24 jam.Setiap satu hari dalam seminggu diberlakukan hari libur. Hari ini kami bertepatan pada hari libur, jalan gantung yang biasanya ramai menyadi lenggang.Paman Linchi membuka toko di rumahnya. Saat ini rumahnya masih tertutup. Harchi menekan tombol belnya. Dalam beberapa menit tidak ada jawab dari penghuni rumah, Harchi memutuskan menekan bel itu lagi. Kami masih menunggu, lalu ada tetangga melintas."Paman Linchi tadi aku lihat dia terburu-buru pergi kearah sana. Aku tidak tahu
Awalnya dunia ini hanyalah kekosongan, kegelapan, kehampaan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hingga suatu hari muncul sosok pria tua memakai jubah biru, ia mempunyai sihir hebat, mengelilingi dunia ini sambil membawa sebuah bola bintang yang mengambang di atas tongkatnya. Dia membuat dunia ini terang dengan menyebarkan bintang-bintang, bulan dan matahari yang bekerja bergantian. Pria tua berjenggot putih panjang itu bernama Godfather. Manusia pertama yang membuat dunia ini menjadi hidup. Dia menciptakan gunung dan lautan beserta isinya. Pohon-pohon mulai tumbuh, rumput, dan berbagai binatang.Ternyata pada saat itu bukan hanya Godfather satu-satunya yang hidup di zaman tersebut. Ada satu makhluk lagi yang terbangun karena merasa terganggu habitatnya menjadi terang. Makhluk besar berwajah seram, tangannya empat, berbadan kuda. Dia bernama Deadwan.Deadwan ingin mengembalikan dunia ini menjadi kegelapan. Memang terdengar jahat, akan tetapi makhluk ini hanya ingin habitatnya kembali sepe
Flashback 10 tahun yang lalu ....Daun-daun kering berhamburan terkena hembusan angin dari hentakan kedua kakiku yang bergerak sangat cepat. Suara raungan hewan buas kian bertambah nyata semakin aku dekat dari desa. Burung-burung berterbangan menjauh, asap bertambah tebal.Teriakan, tangisan dan suara reruntuhan rumah dapat aku dengar dalam jarak yang cukup jauh. Namaku Indra, ibuku sudah meninggal, dan aku yakin ayahku lah pembunuhnya. Aku benci dengannya, selain pembunuh dia juga tidak kreatif memberikan nama untuk anaknya. Nama itu diambil dari indera pendengaranku yang istimewa. Telingaku sensitif, dapat mendengar dari jarak jauh sekalipun.Aku tinggal di dalam hutan kehidupan, dimana hutan ini mempunyai peraturannya sendiri. Tumbuhannya tidak akan pernah habis, jika di tebang, mereka akan tumbuh dengan cepat.Tapi jangan sesekali membunuh hewan atau manusia yang tinggal di dalam hutan ini. Kalau kamu hanya sekedar memanah untuk melatih bakatmu dan mengganggu hewan atau membunuhny