Awalnya dunia ini hanyalah kekosongan, kegelapan, kehampaan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hingga suatu hari muncul sosok pria tua memakai jubah biru, ia mempunyai sihir hebat, mengelilingi dunia ini sambil membawa sebuah bola bintang yang mengambang di atas tongkatnya. Dia membuat dunia ini terang dengan menyebarkan bintang-bintang, bulan dan matahari yang bekerja bergantian. Pria tua berjenggot putih panjang itu bernama Godfather. Manusia pertama yang membuat dunia ini menjadi hidup. Dia menciptakan gunung dan lautan beserta isinya. Pohon-pohon mulai tumbuh, rumput, dan berbagai binatang.
Ternyata pada saat itu bukan hanya Godfather satu-satunya yang hidup di zaman tersebut. Ada satu makhluk lagi yang terbangun karena merasa terganggu habitatnya menjadi terang. Makhluk besar berwajah seram, tangannya empat, berbadan kuda. Dia bernama Deadwan.Deadwan ingin mengembalikan dunia ini menjadi kegelapan. Memang terdengar jahat, akan tetapi makhluk ini hanya ingin habitatnya kembali seperti semula.Mereka berkelahi merebutkan kekuasaan. Bentrokan sihir besar dari mereka berdua menghancurkan daratan itu menjadi empat Banua, yaitu, Banua Timur, Banua Selatan, Banua Barat, dan Banua Utara.Dari peperangan itu Godfather dikalahkan oleh Deadwan, lalu muncul empat manusia pertama dari daging Godfather. Empat manusia itu disebut Dewa.Kekuatan sihir Godfather terbagi kepada empat Dewa tersebut. Mereka bersatu mengalahkan Deadwan. Raja Iblis berhasil dikalahkan, akan tetapi tidak dapat membunuhnya. Sebab makhluk ciptaannya muncul, menyegelnya pada menara besar."Aku tidak akan membiarkan kalian membunuh raja yang maha kuasa atas dunia ini." ucap iblis murni keturunan Deadwan yang bernama Mata Iblis."Mereka yang membuat dunia ini mati akan dihancurkan tanpa sisa, karena dunia ini dibuat untuk mereka yang hidup dengan keterangan." kata Dewa Petir."Kalian makhluk pendatang tidak akan aku biarkan merebut dunia kami." Mata Iblis berlari mulai menyerang keempat Dewa."Biar aku bakar dia dengan apiku." Dewa Api menyemburkan kekuatannya. Sebuah gelombang api menyerang."Dia bisa menghindarinya." Dewa Api tidak percaya, kobaran api yang dia buat cukup besar bisa dihindari dengan mudah."Akanku hanyutkan iblis itu dengan airku." Dewa Air membuat aliran air dengan ombak dashyat.Mata Iblis cukup mengulurkan telapak tangannya. Sihir Dewa air terbelah dua."Sihirku sempurna melekat di dalam tubuhku, sedangkan sihir kalian terbagi dalam keempat tumbuh. Perbandingan yang tidak seimbang." Mata Iblis mengeluarkan tinju api."Aaa!" Dewa Air dan Dewa Api terkena pukulan itu. Mereka terpental jauh."Bagaimana dengan raksasa tanah milikku, Mata Iblis." Dewa Tanah menciptakan sepuluh raksasa terbuat dari tanah, mereka menyerang bersamaan."Sihirmu terlalu lemah, Dewa tanah." Mata Iblis dengan cepat menghancurkan raksasa tanah itu, kemudian melesat ke hadapan Dewa Tanah, menendangnya sampai tubuh Dewa itu terpelanting menabrak tanah.Dewa Petir mengambang di udara, dia mengulurkan kedua tangannya. Petir bersambaran menyerang Mata Iblis. "Silahkan kau hindari petirku jika mampu, Mata Iblis." ucap Dewa Petir."Sihirmu memang hebat Dewa petir, tapi tidak sebanding denganku." Mata Iblis berkelit, melompat kesana-kemari menghindari sambaran petir . Ledakan-ledakan besar menghancurkan daratan, bahkan bintang-bintang buatan Godfather yang berada di langit berjatuhan.Mata Iblis muncul di depan Dewa Petir kemudian memukulnya sampai terjatuh membelah tanah.Mata Iblis mempunyai kesempatan yang baik, dia muncul saat keempat Dewa sudah kelelahan sehabis melawan Deadwan, sihirnya belum kembali sempurna."Kehidupan yang Godfather idamkan untuk mengisi dunia ini hanya sampai di sini. Tidak ada lagi yang namanya Dewa atau Bangsa Manusia yang sering kalian sebut untuk tinggal di dunia kekelaman ini." Mata Iblis mengangkat tubuh Dewa Petir di ujung jurang yang paling dalam."Akan ada seseorang yang akan membebaskan dunia ini dari Bangsa Iblis. Dia merupakan keturunan murni Godfather dan ras hebat di jaman itu. Dia adalah manusia yang mewarisi kekuatan Godfather, reinkarnasi dari jiwa-jiwa kami. Di usianya yang ke 17 tahun, dia akan menghancurkan kain peredup cahaya yang terbentang di Banua Utara dan dia akan membebaskan negeri itu dari makhluk seperti kalian." Napas Dewa Petir terengah-engah. Dia dapat melihat masa depan begitu jauhnya, kekuatannya ia habiskan untuk ramalan yang membuat Mata Iblis ketakutan sepanjang hidupnya. Dewa Petir tersenyum sebelum tubuhnya dibuang ke dasar jurang dimana duri-duri tajam menunggunya.Mata Iblis berhasil mengalahkan keempat Dewa. Namun, dia tidak bisa mengembalikan dunia ini seperti dahulu kala, kekuatan sihirnya belum mampu mengalahkan sihir Godfather. Oleh karena itu Deadwan disegel untuk menyempurnakan dirinya dan mengumpulkan kekuatannya kembali.Pertempuran keempat Dewa melawan Mata Iblis membuat bintang-bintang ciptaan Godfather berjatuhan. Benda atau binatang yang tersentuh dari bintang sihir itu dapat membuahkan manusia.Ras human lebih banyak mendominasi di dunia, sebab sebagian bintang sihir itu jatuh ke tanah, sehingga ras human tidak mempunyai sihir.Mata Iblis lalai mengenai bintang-bintang sihir itu. Setelah mengalahkan keempat Dewa. Mata Iblis kembali ke jurang paling dalam dan membuat istana di sana, ia sangat percaya kalau dunia ini sudah menjadi milik Bangsa Iblis, tinggal menunggu kebangkitan kekuatan Deadwan untuk menghancurkan sihir Godfather. Ia tidak menyadari di atas sana Bangsa Manusia memulai peradaban baru.***Menjadi manusia yang diramalkan membuat perjalanan hidupku begitu berat. Banyak sekali pertempuran-pertempuran yang sudah aku lewatkan untuk sampai ketempat seribu tahun yang lalu disaat ramalan itu diucapkan oleh Dewa Petir.Pertarungan mematikan yang sudah aku lalui dan pengorbanan teman-temanku tidak akan aku sia-siakan. Membunuh Mata Iblis dan menghancurkan bangsanya adalah pembayaran untuk utang budiku kepada mereka. Sebelum menara besar itu terbuka yang akan membangkitkan Deadwan dengan kekuatan sempurnanya. Aku harus menghancurkannya terlebih dahulu.Tangan kananku diselimuti oleh tanah yang berapi-api. Sedangkan putaran air di tangan kiriku. Tersisa tiga dari ribuan raksasa tanah yang aku buat untuk menyerbu Mata Iblis, sekarang musuh utama para Dewa itu sudah terbaring tidak sadarkan diri di depan menara besar.Kekuatan dahsyat yang aku miliki tidak terlepas dari rasa sakit yang pernah aku lalui. Kehilangan sahabat, keluarga dan orang-orang tersayang merupakan pengorbanan yang paling menyedihkan.Dunia ini tidak pernah terlepas dari kata pertempuran, perebutan wilayah, penjajahan, dan penyiksaan. Bukan hanya iblis sebagai lawan utamanya, tetapi manusia yang haus dengan kekuasaan, kekuatan dan rasa dendam yang mendalam.Takdir membawaku ke tempat ini, memikul semua harapan manusia, menerima paling banyak rasa sakit demi mewujudkan dunia yang lebih baik. Membebaskan mereka dari Bangsa Iblis yang sudah sangat lama menjajah dunia ini. Aku teringat 10 tahun yang lalu dimana aku tidak mengetahui apa-apa. Aku selalu mencari asal-usulku. Kenapa ibuku bisa mati? Kenapa ayah meninggalkanku sejak bayi? Dan dari ras apa aku ini?Aku akan menceritakan perjalanan hidupku pada kalian. Pertempuran 10 tahun lalu yang membuat aku harus berkelana demi menyelamatkan manusia dan mengetahui jawaban-jawaban yang aku tanyakan. Perjalananku yang ingin menghancurkan menara besar yang bernama Olympus.Flashback 10 tahun yang lalu …..Flashback 10 tahun yang lalu ....Daun-daun kering berhamburan terkena hembusan angin dari hentakan kedua kakiku yang bergerak sangat cepat. Suara raungan hewan buas kian bertambah nyata semakin aku dekat dari desa. Burung-burung berterbangan menjauh, asap bertambah tebal.Teriakan, tangisan dan suara reruntuhan rumah dapat aku dengar dalam jarak yang cukup jauh. Namaku Indra, ibuku sudah meninggal, dan aku yakin ayahku lah pembunuhnya. Aku benci dengannya, selain pembunuh dia juga tidak kreatif memberikan nama untuk anaknya. Nama itu diambil dari indera pendengaranku yang istimewa. Telingaku sensitif, dapat mendengar dari jarak jauh sekalipun.Aku tinggal di dalam hutan kehidupan, dimana hutan ini mempunyai peraturannya sendiri. Tumbuhannya tidak akan pernah habis, jika di tebang, mereka akan tumbuh dengan cepat.Tapi jangan sesekali membunuh hewan atau manusia yang tinggal di dalam hutan ini. Kalau kamu hanya sekedar memanah untuk melatih bakatmu dan mengganggu hewan atau membunuhny
Beruang raksasa itu tidak membunuhku melainkan membawaku ke depan wajahnya. Kakiku menerima lembut bulu tangannya. "Terima kasih, kamu sudah menyelamatkan aku." Ia bisa berbicara, aku yakin tidak salah dengar."Kamu sudah membebaskanku dari virus iblis." Suaranya bergemah."Virus iblis? Apa yang kau maksud?" Aku tidak yakin dia bisa mengerti bahasaku. "Virus iblis merupakan virus yang dapat menyerang orang atau hewan yang jiwanya memiliki rasa dendam, kebencian, energi negatif yang berlebihan."Dia menjawabnya itu berarti beruang ini mengerti bahasaku."Anak-anakku membutuhkanku, jika aku mati tidak ada yang merawatnya, maka izinkan aku hidup dan pergi dari sini." Dia seorang ibu, anak-anaknya akan sedih jika ibunya tiada. Aku sangat memahami itu. Lalu bagaimana dengan kerusakan ini. Hutan kehidupan sudah pasti memaafkannya, tapi ras Triton terluka parah, desanya hancur, mereka tidak mudah mengikhlaskan perbuatan beruang ini.Jika aku punya ibu, pasti ibuku sangat menyayangiku, dia
Pagi hari, sebelum matahari bangun seutuhnya. Aku melakukan aktifitas yang sudah lama aku tekunin, yaitu berlatih bersama guru. Aku mengingat perkataan kakek waktu aku malas berlatih, dia kata. "Ilmu itu tidak ada batasnya, jika kamu berpikir bahwa dirimu sudah hebat, itu adalah awal kesombonganmu mulai tumbuh."Aku tidak mengerti yang kakek katakan, aku memang hebat, pukulanku kuat, bisa menghancurkan batu besar sampai berkeping-keping."Coba kamu daki pohon ini sampai kepuncaknya, Indra." ucap guru."Aku sudah pernah memanjat pohon itu, guru. Waktu latihan pertama, apa guru tidak ingat?" tanyaku."Saat itu kamu tidak menyadari apa yang ada di atas sana. Kamu ingin tahu dari mana virus iblis itu. Jawabannya ada di atas sana."Mendaki pohon adalah latihan yang sangat membosankan, bagaimana tidak. Jika kamu sudah berhasil memecahkan teka-teki, kamudian kamu di perintah menyelesaikan teka-teki itu lagi, kamu tidak akan sebahagia saat pertama dulu.Namun, untuk mengetahu jawab yang aku c
"Tolong! Tolong! Tolong!" Seorang gadis terpojok di balik tiga pria berbaju hitam, ia memundurkan dirinya sampai punggungnya menyentuh dinding. Aku bisa menebang bagaimana raut wajah ketakutannya. Dia pasti berjongkok sambil menangis, wajahnya memelas minta dikasihani. "Kau tidak bisa lari lagi." ucap salah satu pria itu."Kau jangan melawan, kami tidak akan menyakitimu. Mari ikut kami dan temui bos kami." "Kenapa bos menginginkan bocah cengeng ini?" tanya pria yang berada di samping kanan.Mereka tidak menyadari ada pria tampan di belakang yang akan meremukkan tulang belulang mereka. Cahaya redup di sebuah gang yang terapit dinding sulit melarikan diri untuk mereka yang terjebak di dalamnya. Lalat berterbangan mengitari tumpukkan sampah di sisi dinding. Bau menyengat dari tong sampah mengundang mereka untuk berpesta di sana.Orang berlalu lalang di mulut gang, tidak peduli mengikuti urusan orang lain. Bahkan sebelum aku sampai mereka sudah mendengar gadis ini meminta tolong, tapi
Darah menetes dari kedua pedang yang dipegangnya. Matanya tajam menatap lawan, membuat mereka gentar. Perhatian mereka terganti pada seorang pria yang berdiri memasang kuda-kuda mantap. Satu pedangnya disodorkan ke depan, tangan kanan dia arahkan ke belakang. Ia siap mencincang-cincang lawan."Kenapa kalian diam saja, cepat serang pria itu!" Pemimpin mereka berteriak, menyuruh menyerang.Pria itu berjalan santai ke arah kami, menyabet orang yang menyerangnya, tangannya kukuh memegang hulu pedang. Dia pandai menggunakan pedang, keduanya seakan menari-nari memusnahkan lawan.Tinggal dua orang tersisa, mereka menyerah, memutuskan melarikan diri. Jika aku jadi pria itu, tidak akan kubiarkan mereka keluar dari gang ini hidup-hidup."Cepat, kita pergi dari sini." Pria itu menarik tangan gadis itu, berlari keluar gang, meninggalkanku."Hei, tunggu! Kalian mau kemana?" Aku berlari mengikuti mereka.Kedua pedangnya di simpan kembali ke sarungnya yang terikat di pinggang. Kain berwarna merah di
Dari luar bangunan ini sungguh buruk, tidak ada ukiran-ukiran cantik atau model rumah keren seperti di buku-buku. Hanya tumpukkan batu yang disusun rapi. Tapi lihat lah betapa indah keadaan di dalam rumah ini. Dinding batu dia gambar sebuah perkotaan yang sungguh damai. Rumah-rumah terbuat dari kayu, jendel lebar sepanjang dinding, pohon dengan bunga berwarna merah tumbuh disetiap halaman rumah, bulan purnama bersinar sejuk, lampu-lampu jalan menyalah.Sisi sebelahnya ada ukiran sungai, airnya mengalir dari tebing-tebing. Ada daratan yang ditumbuhi pohon berdaun merah, di bawah pohon berdiri sebuah rumah kayu."Ruangan ini keren." Mataku terus menelusuri dinding. Jemariku merabah setiap detail-detail yang terukir."Papaku yang membuatnya, dia ingin kami selalu mengingat negeri kami." Rai membalik lembar demi lembar buku yang sedang ia baca.Rai menghembus napas kecewa, kemudian mengambil buku lain di lemari. Selama membaca, sesekali ia melirikku, mengamatiku dari ujung kepala hingga ka
Ada apa dengan badak ini. Dia seperti mempunyai sihir. Aku yakin sekali bahwa cula di kepalanya hanya ada satu, tapi kenapa sekarang menjadi empat. Atau jangan-jangan nanti akan tumbuh lima, enam, dan seterusnya. Sial, aku tidak bisa lari lagi. Punggungku sudah menyentuh dinding rumah, sedangkan badak ini terus berlari mengejar. Aku bukan hanya bisa bertarung, lompatku juga tinggi. Aku tersenyum. Ayo kemari badak. Persis saat badak itu berada satu meter di hadapanku, aku segerah lompat ke belakangnya. Badak itu menyungkur dinding.Rumah bergetar hebat. Gawat, kuat sekali sungkurannya, bagaimana kalau rumah itu roboh. Rai dan Aruna masih ada di dalam.Badak itu berbalik menatapku dengan mata memerah. Dia sangat marah, merasa dibohongi. Kembali menyerang.Aku menghirup udara bersih, mataku tertutup, menikmati segarnya alam Kota Seed yang asri. Jiwaku damai, tentram, fokusku bertambah. Namun, badak itu mengejutkanku. "Kali ini kau tidak bisa menghindar." ucapnya dengan nada marah.Dia b
Rai menarik tanganku. Tiga orang anggota mereka baru saja datang dari belakang kami. Rai melompat naik ke atas atap toko, aku mengikuti. Kami bersembunyi tengkurap di atap sambil melihat situasi.Ternyata satu dari ketiga orang itu merupakan komandan mereka. Ia mengenakan jaket berwarna biru dengan gambar yang sama. Tubuhnya gempal, pendek, memakai topi bundar."Berikan kalung berlian milikmu ibu toko." Komandan itu memanggul gadanya ke pundak."Anakku yang menyimpannya."Bummm ….Pemimpin pasukan elit menendang ibu itu sampai tubuhnya terpelanting. "Cepat berikan!" bentaknya.Para warga terpaku, berseru tertahan, menutup mulutnya. Anak-anak memeluk tubuh ibunya, menangis. Mereka kasihan dengan ibu itu, tapi apa daya, mereka tidak bisa apa-apa. Rai menatapku, ia takut aku tidak dapat mengendalikan diri. Aku berusaha menahan amarah yang menggebu-gebu di dalam dadaku. Tanganku terkepal, urat-uratnya terlihat.Hingar-bingar yang merupakan ciri khas pasar tidak terdengar lagi. Siapa yang