Paginya kami berpisah untuk mencari uang sesuai dengan yang sudah ditentukan kemarin. Aruna, Rai, dan Harchi pergi kepasar, Warchi menjaga rumah dan aku pergi ketempat pertandingan panco.
Tempat ini masih sepi, mungkin aku datang terlalu pagi, mereka belum pada sampai. Aku duduk di dahan pohon, menguncang-uncang kaki. Para warga berlalu-lalang, tidak memperdulikan ku, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Aku melirik pergelangan tangan, ini sudah 30 menit aku menunggu, mereka belum sampai juga ke lokasi, apa kmhati ini pertarungan panci diliburkan?"Hei, ngapain kamu di sana," ucap seorang pria, kepalanya menengadah memandangku.Aku melompat ke lantai balai. "Aku pikir kalian tidak datang. Aku ingin bertarung panco lagi dengan kalian.""Kamu bertaruh berapa?" tanya orang itu."Aku hanya ada 100 Greal.""100 doang, itu terlalu kecil.""Pertandingan pertama kita bertaruh 100 Greal dulu, kalau aku menang, uangAku kembali ketempat pertarungan panco, kali ini aku yang terlambat, mereka menungguku, duduk di atas balai."Aku pikir kau tidak akan datang," ucap salah satu dari kelima orang tersebut."Ini pemenang pertarungan kemarin?" tanya satu orang anak baru. Aku baru melihatnya hari ini.Mereka mengangguk."Baguslah kau datang, aku ingin sekali bertarung denganmu," ucap anak baru itu."Hei, kau saja belum tentu mengalahkan kami.""Iya. Aku hampir menang kemarin, kali ini tidak akan aku biarkan kalian semua mengalahkanku. Cepat keluarkan uang taruhannya."Aku mengeluarkan uang 100 Greal. Mereka menoleh kiri-kanan. "100 lagi taruhannya?" tanya orang yang kemarin hampir menang."Aku takut kalian kalah lagi. 100 Greal sebagai percobaan, bagaimana?""Baiklah kalau takut kalah, lagi pula ada anak baru di sini, dia pasti kaget." "Enak saja, aku pernah memenangkan 5 kali pertandingan ini sebelumnya."
Pagi-pagi sekali dikalah orang-orang masih tertidur lelap. Kami pergi ke tokoh Paman Linchi membawa uang yang dia butuhkan. Sekarang peraturan Kota Tree sudah diperbarui setelah Sadam kalah, mereka sedang sibuk membangun sekolah sihir menyebar ke seluruh penjuru kota. Sekolah harus tutup sore hari, tidak boleh buka sampai malam.Meskipun Sadam sudah tidak ada, mereka tetap mematikan setengah lampu saat malam hari, tidur malam. Tidak boleh ada toko yang buka 24 jam.Setiap satu hari dalam seminggu diberlakukan hari libur. Hari ini kami bertepatan pada hari libur, jalan gantung yang biasanya ramai menyadi lenggang.Paman Linchi membuka toko di rumahnya. Saat ini rumahnya masih tertutup. Harchi menekan tombol belnya. Dalam beberapa menit tidak ada jawab dari penghuni rumah, Harchi memutuskan menekan bel itu lagi. Kami masih menunggu, lalu ada tetangga melintas."Paman Linchi tadi aku lihat dia terburu-buru pergi kearah sana. Aku tidak tahu
Awalnya dunia ini hanyalah kekosongan, kegelapan, kehampaan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hingga suatu hari muncul sosok pria tua memakai jubah biru, ia mempunyai sihir hebat, mengelilingi dunia ini sambil membawa sebuah bola bintang yang mengambang di atas tongkatnya. Dia membuat dunia ini terang dengan menyebarkan bintang-bintang, bulan dan matahari yang bekerja bergantian. Pria tua berjenggot putih panjang itu bernama Godfather. Manusia pertama yang membuat dunia ini menjadi hidup. Dia menciptakan gunung dan lautan beserta isinya. Pohon-pohon mulai tumbuh, rumput, dan berbagai binatang.Ternyata pada saat itu bukan hanya Godfather satu-satunya yang hidup di zaman tersebut. Ada satu makhluk lagi yang terbangun karena merasa terganggu habitatnya menjadi terang. Makhluk besar berwajah seram, tangannya empat, berbadan kuda. Dia bernama Deadwan.Deadwan ingin mengembalikan dunia ini menjadi kegelapan. Memang terdengar jahat, akan tetapi makhluk ini hanya ingin habitatnya kembali sepe
Flashback 10 tahun yang lalu ....Daun-daun kering berhamburan terkena hembusan angin dari hentakan kedua kakiku yang bergerak sangat cepat. Suara raungan hewan buas kian bertambah nyata semakin aku dekat dari desa. Burung-burung berterbangan menjauh, asap bertambah tebal.Teriakan, tangisan dan suara reruntuhan rumah dapat aku dengar dalam jarak yang cukup jauh. Namaku Indra, ibuku sudah meninggal, dan aku yakin ayahku lah pembunuhnya. Aku benci dengannya, selain pembunuh dia juga tidak kreatif memberikan nama untuk anaknya. Nama itu diambil dari indera pendengaranku yang istimewa. Telingaku sensitif, dapat mendengar dari jarak jauh sekalipun.Aku tinggal di dalam hutan kehidupan, dimana hutan ini mempunyai peraturannya sendiri. Tumbuhannya tidak akan pernah habis, jika di tebang, mereka akan tumbuh dengan cepat.Tapi jangan sesekali membunuh hewan atau manusia yang tinggal di dalam hutan ini. Kalau kamu hanya sekedar memanah untuk melatih bakatmu dan mengganggu hewan atau membunuhny
Beruang raksasa itu tidak membunuhku melainkan membawaku ke depan wajahnya. Kakiku menerima lembut bulu tangannya. "Terima kasih, kamu sudah menyelamatkan aku." Ia bisa berbicara, aku yakin tidak salah dengar."Kamu sudah membebaskanku dari virus iblis." Suaranya bergemah."Virus iblis? Apa yang kau maksud?" Aku tidak yakin dia bisa mengerti bahasaku. "Virus iblis merupakan virus yang dapat menyerang orang atau hewan yang jiwanya memiliki rasa dendam, kebencian, energi negatif yang berlebihan."Dia menjawabnya itu berarti beruang ini mengerti bahasaku."Anak-anakku membutuhkanku, jika aku mati tidak ada yang merawatnya, maka izinkan aku hidup dan pergi dari sini." Dia seorang ibu, anak-anaknya akan sedih jika ibunya tiada. Aku sangat memahami itu. Lalu bagaimana dengan kerusakan ini. Hutan kehidupan sudah pasti memaafkannya, tapi ras Triton terluka parah, desanya hancur, mereka tidak mudah mengikhlaskan perbuatan beruang ini.Jika aku punya ibu, pasti ibuku sangat menyayangiku, dia
Pagi hari, sebelum matahari bangun seutuhnya. Aku melakukan aktifitas yang sudah lama aku tekunin, yaitu berlatih bersama guru. Aku mengingat perkataan kakek waktu aku malas berlatih, dia kata. "Ilmu itu tidak ada batasnya, jika kamu berpikir bahwa dirimu sudah hebat, itu adalah awal kesombonganmu mulai tumbuh."Aku tidak mengerti yang kakek katakan, aku memang hebat, pukulanku kuat, bisa menghancurkan batu besar sampai berkeping-keping."Coba kamu daki pohon ini sampai kepuncaknya, Indra." ucap guru."Aku sudah pernah memanjat pohon itu, guru. Waktu latihan pertama, apa guru tidak ingat?" tanyaku."Saat itu kamu tidak menyadari apa yang ada di atas sana. Kamu ingin tahu dari mana virus iblis itu. Jawabannya ada di atas sana."Mendaki pohon adalah latihan yang sangat membosankan, bagaimana tidak. Jika kamu sudah berhasil memecahkan teka-teki, kamudian kamu di perintah menyelesaikan teka-teki itu lagi, kamu tidak akan sebahagia saat pertama dulu.Namun, untuk mengetahu jawab yang aku c
"Tolong! Tolong! Tolong!" Seorang gadis terpojok di balik tiga pria berbaju hitam, ia memundurkan dirinya sampai punggungnya menyentuh dinding. Aku bisa menebang bagaimana raut wajah ketakutannya. Dia pasti berjongkok sambil menangis, wajahnya memelas minta dikasihani. "Kau tidak bisa lari lagi." ucap salah satu pria itu."Kau jangan melawan, kami tidak akan menyakitimu. Mari ikut kami dan temui bos kami." "Kenapa bos menginginkan bocah cengeng ini?" tanya pria yang berada di samping kanan.Mereka tidak menyadari ada pria tampan di belakang yang akan meremukkan tulang belulang mereka. Cahaya redup di sebuah gang yang terapit dinding sulit melarikan diri untuk mereka yang terjebak di dalamnya. Lalat berterbangan mengitari tumpukkan sampah di sisi dinding. Bau menyengat dari tong sampah mengundang mereka untuk berpesta di sana.Orang berlalu lalang di mulut gang, tidak peduli mengikuti urusan orang lain. Bahkan sebelum aku sampai mereka sudah mendengar gadis ini meminta tolong, tapi
Darah menetes dari kedua pedang yang dipegangnya. Matanya tajam menatap lawan, membuat mereka gentar. Perhatian mereka terganti pada seorang pria yang berdiri memasang kuda-kuda mantap. Satu pedangnya disodorkan ke depan, tangan kanan dia arahkan ke belakang. Ia siap mencincang-cincang lawan."Kenapa kalian diam saja, cepat serang pria itu!" Pemimpin mereka berteriak, menyuruh menyerang.Pria itu berjalan santai ke arah kami, menyabet orang yang menyerangnya, tangannya kukuh memegang hulu pedang. Dia pandai menggunakan pedang, keduanya seakan menari-nari memusnahkan lawan.Tinggal dua orang tersisa, mereka menyerah, memutuskan melarikan diri. Jika aku jadi pria itu, tidak akan kubiarkan mereka keluar dari gang ini hidup-hidup."Cepat, kita pergi dari sini." Pria itu menarik tangan gadis itu, berlari keluar gang, meninggalkanku."Hei, tunggu! Kalian mau kemana?" Aku berlari mengikuti mereka.Kedua pedangnya di simpan kembali ke sarungnya yang terikat di pinggang. Kain berwarna merah di